TEKNOLOGI KEPERAWATAN
DISUSUN OLEH :
LUTHFYANI WIDYA PRATAMA MULYA
S1 KEPERAWATAN
LUTHFYANI WIDYA PRATAMA MULYA
S1 KEPERAWATAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Perkembangan
teknologi informasi yang begitu pesat telah merambah ke berbagai sektor
termasuk kesehatan. Meskipun dunia kesehatan (dan medis) merupakan bidang yang
bersifat information-intensive, akan tetapi adopsi teknologi informasi relatif
tertinggal. Sebagai contoh, ketika transaksi finansial secara elektronik sudah
menjadi salah satu prosedur standar dalam dunia perbankan, sebagian besar rumah
sakit di Indonesia baru dalam tahap perencanaan pengembangan billing system.
Meskipun rumah sakit dikenal sebagai organisasi yang padat modal-padat karya,
tetapi investasi teknologi informasi masih merupakan bagian kecil. Di AS,
negara yang relatif maju baik dari sisi anggaran kesehatan maupun teknologi
informasinya, rumah sakit rerata hanya menginvestasinya 2% untuk teknologi
informasi.
Di
sisi yang lain, masyarakat menyadari bahwa teknologi informasi merupakan salah
satu tool penting dalam peradaban manusia untuk mengatasi (sebagian) masalah
derasnya arus informasi. Teknologi informasi (dan komunikasi) saat ini adalah
bagian penting dalam manajemen informasi. Di dunia medis, dengan perkembangan
pengetahuan yang begitu cepat (kurang lebih 750.000 artikel terbaru di jurnal
kedokteran dipublikasikan tiap tahun), dokter akan cepat tertinggal jika tidak
memanfaatkan berbagai tool untuk mengupdate perkembangan terbaru. Selain memiliki potensi dalam
memfilter data dan mengolah menjadi informasi, TI mampu menyimpannya dengan
jumlah kapasitas jauh lebih banyak dari cara-cara manual. Konvergensi dengan
teknologi komunikasi juga memungkinkan data kesehatan di-share secara mudah dan
cepat. Disamping itu, teknologi memiliki karakteristik perkembangan yang sangat
cepat. Setiap dua tahun, akan muncul produk baru dengan kemampuan pengolahan
yang dua kali lebih cepat dan kapasitas penyimpanan dua kali lebih besar serta
berbagai aplikasi inovatif terbaru. Dengan berbagai potensinya ini, adalah naif
apabila manajemen informasi kesehatan di rumah sakit tidak memberikan perhatian
istimewa.
Perkembangan
ilmu keperawatan di dunia telah mencakup pada spesialisasi keperawatan
informatik. Area keperawatan ini belum populer di Indonesia, tetapi telah
berkembang dibeberapa negara seperti Amerika, A.ustralia, Canada, Inggris, dan
beberapa negara maju lainnya. Spesialis perawat informatik tersebut memiliki
jenjang karir yang luas dan berkembang.
1.2 RUMUSAN
MASALAH
Dari latar belakang masalah
di atas maka dapat dirumuskan : Bagaimana perkembangan teknologi informasi
keperawatan di Amerika Serikat ( AS ) ?
1.3 TUJUAN
Makalah ini mempunyai tujuan
utama yaitu memberikan informasi mengenai perkembangan teknologi informasi
keperawatan di Amerika Serikat.
1.4 MANFAAT
Bagi mahasiswa keperawatan
dapat memperluas pengetahuan tentang perkembangan teknologi informasi
keperawatan di Amerika Serikat.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 PERAWAT DAN TEKNOLOGI
INFORMASI
Di
era teknologi informasi dan era keterbukaan ini, masyarakat mempunyai kebebasan
untuk mengemukakan pendapatnya, sehingga apabila masyarakat mendapatkan
pelayanan kesehatan yang tidak bermutu maka masyarakat berhak menuntut pada
pemberi pelayanan kesehatan. Namun kondisi keterbukaan pada masyarakat saat ini
sepertinya belum didukung dengan kesiapan pelayanan kesehatan, salah satunya
dalam memenuhi ketersediaan alat dokumentasi yang cepat dan modern dipelayanan
kesehatan, khususnya rumah sakit. Perkembangan teknologi informasi dan
komunikasi dewasa ini belum secara luas dimanfaatkan dengan baik oleh perawat
khususnya di pelayanan rumah sakit, terutama pelayanan keperawatan.
Tenaga
perawat sebagai salah satu tenaga yang mempunyai kontribusi besar bagi
pelayanan kesehatan, mempunyai peranan penting untuk meningkatkan mutu
pelayanan kesehatan. Dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan kesehatan, seorang
perawat harus mampu melaksanakan asuhan keperawatan sesuai standar, yaitu dari
mulai pengkajian sampai dengan evaluasi dan yang sangat penting adalah disertai
dengan sistem pendokumentasian yang baik. Namun pada realitanya dilapangan,
asuhan keperawatan yang dilakukan masih bersifar manual dan konvensional, belum
disertai dengan sistem /perangkat tekhonolgi yang memadai. Contohnya dalam hal
pendokumentasian asuhan keperawatan masih manual, sehingga perawat mempunyai
potensi yang besar terhadap proses terjadinya kelalaian dalam praktek. Dengan
adanya kemajuan teknologi informasi dan komunikasi, maka sangat dimungkinkan
bagi perawat untuk memiliki sistem pendokumentasian asuhan keperawatan yang
lebih baik dengan menggunakan Sistem Informasi Manajemen.
2.2
APLIKASI TEKNOLOGI INFORMASI UNTUK MENDUKUNG SISTEM MANAJEMEN INFORMASI
KESEHATAN
Secara
umum masyarakat mengenal produk teknologi informasi dalam bentuk perangkat
keras, perangkat lunak dan infrastruktur. Perangkat keras meliputi perangkat
input (keyboard, monitor, touch screen, scanner, mike, camera digital, perekam
video, barcode reader, maupun alat digitasi lain dari bentuk analog ke
digital). Perangkat keras ini bertujuan untuk menerima masukan data/informasi
ke dalam bentuk digital agar dapat diolah melalui perangkat komputer.
Selanjutnya, terdapat perangkat keras pemroses lebih dikenal sebagai CPU
(central procesing unit) dan memori komputer. Perangkat keras ini berfungsi
untuk mengolah serta mengelola sistem komputer dengan dikendalikan oleh sistem
operasi komputer. Selain itu, terdapat juga perangkat keras penyimpan data baik
yang bersifat tetap (hard disk) maupun portabel (removable disk). Perangkat
keras berikutnya adalah perangkat outuput yang menampilkan hasil olahan
komputer kepada pengguna melalui monitor, printer, speaker, LCD maupun bentuk
respon lainnya.
Selanjutnya
dalam perangkat lunak dibedakan sistem operasi (misalnya Windows, Linux atau
Mac) yang bertugas untuk mengelola hidup matinya komputer, menhubungkan media
input dan output serta mengendalikan berbagai perangkat lunak aplikasi maupun
utiliti di komputer. Sedangkan perangkat aplikasi adalah program praktis yang
digunakan untuk membantu pelaksanaan tugas yang spesifik seperti menulis,
membuat lembar kerja, membuat presentasi, mengelola database dan lain
sebagainya. Selain itu terdapat juga program utility yang membantu sistem
operasi dalam pengelolaan fungsi tertentu seperti manajemen memori, keamanan
komputer dan lain-lain.
Pada
aspek infrastruktur, kita mengenal ada istilah jaringan komputer baik yang
bersifat terbatas dan dalam kawasan tertentu (misalnya satu gedung) yang
dikenal dengan nama Local Area Network maupun jaringan yang lebih luas, bahkan
bisa meliputi satu kabupaten atau negara atau yang dikenal sebagai Wide Area
Network (WAN). Saat ini, aspek infrastruktur dalam teknologi informasi
seringkali disatukan dengan perkembangan teknologi komunikasi. Sehingga muncul
istilah konvergensi teknologi informasi dan komunikasi. Perangkat PDA (personal
digital assistant) yang berperan sebagai komputer genggam tetapi sarat dengan
fungsi komunikasi (baik Wi-Fi, bluetooth maupun GSM) merupakan salah satu
contoh diantaranya.
Perangkat
keras (baik input, pemroses, penyimpan, maupun output), perangkat lunak serta
infrastruktur, ketiga-tiganya memiliki potensi besar untuk meningkatkan
efektivitas maupun efisiensi manajemen informasi kesehatan.
Dengan sistem manajemen
informasi ini memungkinkan tenaga kesehatan untuk mengakses
rekam medis pasien,
seperti obat yang tengah dikonsumsi, riwayat medis, dan lain-lain. Selain itu,
informasi medis tersebut dapat pula diakses secara virtual di mana pun kapan
pun, Di samping itu data pasien atau gambar kondisi/penyakit pasien dapat
didokumentasikan, untuk tujuan pengajaran atau riset, demi meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan.
Perawat
dapat mengakses secara cepat informasi tentang obat, penyakit, dan perhitungan
kalkulasi obat atau perhitungan cairan IV fluid/infus; perawat dapat menyimpan
data pasien, membuat grafik/table, mengefisiensikan data dan
menyebarluaskannya; perawat dapat mengorganisasikan data, mendokumentasikan
intervensi keperawatan dan membuat rencana asuhan keperawatan.
Dengan
demikian, perawat
dapat meningkatkan produktivitas, mengurangi kesalahan serta
kelalaian/negligence, meningkatkan mutu perawatan kepada pasien, dan
meningkatkan juga kepuasan kerja perawat.
2.2.1 . Rekam medis berbasis komputer
(Computer based patient record)
Salah
satu tantangan besar dalam penerapan teknologi informasi dan komunikasi di
rumah sakit adalah penerapan rekam medis berbasis komputer. Dalam laporan
resminya, Intitute of Medicine mencatat bahwa hingga saat ini masih sedikit
bukti yang menunjukkan keberhasilan penerapan rekam medis berbasis komputer
secara utuh, komprehensif dan dapat dijadikan data model bagi rumah sakit
lainnya.
Pengertian
rekam medis berbasis komputer bervariasi, akan tetapi, secara prinsip adalah
penggunaan database untuk mencatat semua data medis, demografis serta setiap
event dalam manajemen pasien di rumah sakit. Rekam medis berbasis komputer akan
menghimpun berbagai data klinis pasien baik yang berasal dari hasil pemeriksaan
dokter, digitasi dari alat diagnosisi (EKG, radiologi, dll), konversi hasil
pemeriksaan laboratorium maupun interpretasi klinis. Rekam medis berbasis
komputer yang lengkap biasanya disertai dengan fasilitas sistem pendukung
keputusan (SPK) yang memungkinkan pemberian alert, reminder, bantuan diagnosis
maupun terapi.
2.2.2 Teknologi penyimpan data portable
Salah
satu aspek penting dalam pelayanan kesehatan yang menggunakan pendekatan
rujukan (referral system) adalah continuity of care. Dalam konsep ini,
pelayanan kesehatan di tingkat primer memiliki tingkat konektivitas yang tinggi
dengan tingkat rujukan di atasnya. Salah satu syaratnya adalah adanya
komunikasi data medis secara mudah dan efektif. Beberapa pendekatan yang
dilakukan menggunakan teknologi informasi adalah penggunaan smart card (kartu
cerdas yang memungkinkan penyimpanan data sementara). Smart card sudah
digunakan di beberapa negara Eropa maupun AS sehingga memudahkan pasien, dokter
maupun pihak asuransi kesehatan. Dalam smart card tersebut, selain data demografis,
beberapa data diagnosis terakhir juga akan tercatat. Teknologi penyimpan
portabel lainnya adalah model web based electronic health record yang
memungkinkan pasien menyimpan data sementara kesehatan mereka di Internet. Data
tersebut kemudian dapat diakses oleh dokter atau rumah sakit setelah
diotorisasi oleh pasien. Teknologi ini merupakan salah satu model aplikasi
telemedicine yang tidak berjalan secara real time.
Aplikasi
penyimpan data portabel sederhana adalah bar code (atau kode batang). Kode
batang ini sudah jamak digunakan di kalangan industri sebagai penanda unik
merek datang tertentu. Hal ini jelas sekali mempermudah supermarket dan gudang
dalam manajemen retail dan inventori. Food and Drug Administration (FDA) di AS
telah mewajibkan seluruh pabrik obat di AS untuk menggunakan barcode sebagai
penanda obat. Penggunaan bar code juga akan bermanfaat bagi apotik dan
instalasi farmasi di rumah sakit dalam mempercepat proses inventori. Selain
itu, penggunaan barcode juga dapat digunakan sebagai penanda unik pada kartu
dan rekam medis pasien.
Teknologi
penanda unik yang sekarang semakin populer adalah RFID (radio frequency
identifier) yang memungkinkan pengidentifikasikan identitas melalui radio
frekuensi. Jika menggunakan barcode, rumah sakit masih memerlukan barcode
reader, maka penggunaan RFID akan mengeliminasi penggunaan alat tersebut.
Setiap barang (misalnya obat ataupun berkas rekam medis) yang disertai dengan
RFID akan mengirimkan sinyal terus menerus ke dalam database komputer. Sehingga
pengidentifikasian akan berjalan secara otomatis
2.2.3. Teknologi nirkabel
Pemanfaatan
jaringan computer dalam dunia medis sebenarnya sudah dirintis sejak hampir 40
tahun yang lalu. Pada tahun 1976/1977, University of Vermon Hospital dan Walter
Reed Army Hospital mengembangkan local area network (LAN) yang memungkinkan
pengguna dapat log on ke berbagai komputer dari satu terminal di nursing
station. Saat itu, media yang digunakan masih berupa kabel koaxial. Saat ini,
jaringan nir kabel menjadi primadona karena pengguna tetap tersambung ke dalam
jaringan tanpa terhambat mobilitasnya oleh kabel. Melalui jaringan nir kabel,
dokter dapat selalu terkoneksi ke dalam database pasien tanpa harus terganggun
mobilitasnya.
2.2.4. Komputer genggam (Personal
Digital Assistant)
Saat
ini, penggunaan komputer genggam (PDA) menjadi hal yang semakin lumrah di
kalangan medis. Di Kanada, lima puluh
persen dokter yang berusia di bawah 35 tahun menggunakan PDA. PDA dapat
digunakan untuk menyimpan berbagai data klinis pasien, informasi obat, maupun
panduan terapi/penanganan klinis tertentu. Beberapa situs di Internet
memberikan contoh aplikasi klinis yang dapta digunakan di PDA seperti
epocrates. Pemanfaatan PDA yang sudah disertai dengan jaringan telepon memungkinkan
dokter tetap dapat memiliki akses terhadap database pasien di rumah sakit
melalui jaringan Internet. Salah satu contoh penerapan teknologi telemedicine
adalah pengiriman data radiologis pasien yang dapat dikirimkan secara langsung
melalui jaringan GSM. Selanjutnya dokter dapat memberikan interpretasinya
secara langsung PDA dan memberikan feedback kepada rumah sakit.
2.2.5
faktor keberhasilan penerapan rekam medis
berbasis komputer
Memang,
hingga saat ini tidak ada satu rumah sakit di dunia yang dapat menerapkan
konsep rekam medis elektronik yang ideal. Namun demikian, beberapa penelitian
melaporkan karakteristik dan pengalaman rumah sakit dalam menerapkan rekam
medis elektronik. Doolan, Bates dan James mempublikasikan suatu studi tentang
keberhasilan penerapan 5 rumah sakit utama di AS yang menerapkan rekam medis
berbasis komputer dan mendapatkan penghargaan Computer-Based Patient Record
Institute Davies’ Award. Kelimanya adalah :
1.
LDS Hospital, Salt Lake City (LDSH) pada 1995
2.
Wishard Memorial Hospital, Indianapolis (WMH) tahun 1997
3.
Brigham and Women’s Hospital, Boston (BWH) tahun 1996
4.
Queen’s Medical Center, Honolulu (QMC) in1999
5.
Veteran’s Affairs Puget Sound Healthcare System, Seattle and Tacoma (VAPS)
tahun 2000
Rekam
medis elektronis telah diterapkan untuk mendukung pelayanan rawat inap, rawat
jalan maupun rawat darurat. Berbagai hasil pemeriksaan laboratoris baik berupa
teks, angka maupun gambar (seperti patologi, radiologi, kedokteran nuklir,
kardiologi sampai ke neurologi sudah tersedia dalam format elektronik.
Disamping itu, catatan klinis pasien yang ditemukan oleh dokter maupun perawat
juga telah dimasukkan ke alam komputer baik secara langsung (dalam bentuk teks
bebas atau terkode) maupun menggunakan dictation system. Sedangkan pada bagian
rawat intensif, komputer akan mengcapture data secara langsung dari berbagai
monitor dan peralatan elektronik. Sistem pendukung keputusan (SPK) juga sudah
diterapkan untuk membantu dokter dan perawat dalam menentukan diagnosis,
pemberitahuan riwayat alergi, pemilihan obat serta mematuhi protokol klinik.
Dengan kelengkapan fasilitas elektronik, dokter secara rutin menggunakan
komputer untuk menemukan pasien, mencari data klinis serta memberikan instruksi
klinis.
2.3
HAMBATAN DAN KENDALA
Namun
demikian, tidak dipungkiri bahwa masih banyak kendala dalam penerapan teknologi
informasi untuk manajemen kesehatan di rumah sakit. Jika masih dalam taraf
pengembangan sistem informasi transaksi (misalnya data administratif, keuangan
dan demografis) problem sosiokltural tidak terlalu kentara. Namun demikian,
jika sudah sampai aspek klinis, tantangan akan semakin besar. Di sisi lain,
persoalan kesiapan SDM seringkali menjadi pengganjal. Pemahaman tenaga
kesehatan di rumah sakit terhadap potensi TI kadang menjadi lemah karena
pemahaman yang keliru. Oleh karena itu penguatan pada aspek pengetahuan dan
ketrampilan merupakan salah satu kuncinya. Disamping itu, tentu saja adalah
masalah finansial. Tanpa disertai dengan bantuan tenaga ahli yang baik,
terkadang investasi TI hanya akan memberikan pemborosan tanpa ada nilai
lebihnya. Yang terakhir adalah kecurigaan terhadap lemahnya aspek security,
konfidensialitas dan privacy data medis.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Ilmu
keperawatan telah berkembang pesat di beberapa negara.. Kondisi masyarakat masih belum
memahami bahkan menerima bahwa keperawatan ternyata memiliki area yang luas di
bidangnya, tidak terbatas pada praktik klinik (kuratif). Salah satu area
disiplin ilmu keperawatan yang masih belum populer yaitu perawat informatik.
Perawat
informatik adalah salah satu area spesialisasi dari ilmu keperawatan yang
berkembang dan mulai dikembangkan di Indonesia. Keperawatan informatika
bermanfaat untuk menunjang tugas perawat dalam memberikan asuhan keperawatan
baik di area klinik maupun non-klinik.
Saat
ini posisi manajemen keperawatan informatik masih banyak diambil alih oleh ahli
dari disiplin ilmu lain. Kenapa hal ini dapat terjadi? Inilah tantangan untuk
para perawat kenapa keadaan di negara-negara berkembang, sangat berbeda dengan
keadaan perkembangan keperawatan informatik di luar negri misal USA, Australia,
Canada, Jepang, dan beberapa negara maju lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
0 komentar:
Posting Komentar