ARITMIA
DISUSUN OLEH :
LUTHFYANI WIDYA PRATAMA MULYA
S1 KEPERAWATAN
LUTHFYANI WIDYA PRATAMA MULYA
S1 KEPERAWATAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Jantung merupakan salah satu organ vital dalam tubuh
manusia yang terletak dalam mediastinum di antara kedua paru-paru. Jantung
memiliki fungsi utama sebagai pemompa darah. Jantung merupakan salah satu organ
yang tidak pernah beristirahat Dalam
keadaan fisiologis, pembentukan rangsang irama denyut jantung berawal dari
nodus sinoatrial (nodus SA) dan menyebar ke serat otot lainnya sehingga
menimbulkan kontraksi jantung. Jika rangsang irama ini mengalami gangguan dalam
pembentukannya dan penghantarannya, maka dapat terjadi gangguan pada kinerja
jantung.
Gangguan pada sistem kardiovaskuler merupakan masalah
kesehatan utama yang dialami masyarakat pada umumnya. Hal ini dikarenakan,
jantung mempunyai suatu sistem pembentukan rangsang tersendiri. Pada zaman
modern ini, angka kejadian penyakit jantung semakin meningkat. Baik di Negara
maju maupun berkembang, penyebab yang sering ditemukan adalah gaya hidup
misalnya, diet yang salah, stress, kondisi lingkungan yang buruk, kurang
olahraga, kurang istirahat dan lain-lain. Diet yang salah, seperti terlalu
banyak mengkonsumsi junk food yang notabene banyak mengandung kolesterol jahat,
yang berujung pada kegagalan jantung. Apalagi ditambah dengan lingkungan yang
memiliki tingkat stressor tinggi, kurang olahraga, dan istirahat, maka resiko
untuk terkena penyakit jantung akan semakin tinggi,
Berbagai macam penyakit jantung seperti penyakit jantung
koroner, infark miokard akut, hipertensi yang semuanya berujung pada gagal
jantung dan komplikasi lainnya. Hal ini sangat membahayakan bagi kehidupan
seseorang, sehingga untuk mencegah
komplikasi lebih lanjut harus segera mendapat perawatan medis di rumah sakit.
Dari situ lah gunanya kita sebagai mahasiswa tingkat 2 S1 Keperawatan mempelajari
kardiovaskuler.
1.2
Tujuan Penulisan
1.1.1
Mahasiswa S1 Keperawatan paham dengan
komprehensif anatomi fisiologi jantung, definisi.
1.1.2
Mahasiswa S1 Keperawatan paham atas
kaitannya anatomi fisiologi yang sudah terganggu dengan resiko yang ditimbulkan
seperti gangguan kardiovaskuler, arythmia.
1.3 Rumusan masalah
1.3.1
Jelaskan anatomi fisiologi yang
menandakan adanya arythmia
1.3.2
Jelaskan definisi aritmia
1.3.3
Jelaskan dan sebutkan jenis-jenis
arythmia
1.3.4
Jelaskan etiologi aritmia
1.3.5
Bagaimana perjalanan patofisiologi
aritmia
1.3.6
Bagaimana penatalaksanaan aritmia
1.3.7
Jelaskan asuhan keperawatan pada
penderita aritmia
1.4 Sitematika Penulisan
1.4.1
BAB I :
Latar belakang, tujuan penulisan, rumusan masalah
1.4.2
BABII :
pembahasan anatomi fisiologi aythmia, definisi arythmia, jenis-jenis arythmia, Etiologi Aritmia,
Patofisiologi aritmia, penatalaksanaan aritmia,
dan asuhan keperawatan aritmia.
1.4.3
BAB III :
kesimpulan, saran, dan daftar pustaka
BAB
II
ARITMIA
2.1
Anatomi dan Fisiologi Jantung
Anatomi Jantung
1.
Ukuran dan bentuk
Jantung
adalah organ berongga berbentuk kerucut tumpul yang memiliki empat ruang yang
terletak antara kedua paru-paru di bagian tengah rongga toraks. Dua pertiga
jantung terletak di sebelah kiri garis midsternal. Jantung dilindungi
mediastinum. Jantung berukuran kurang lebih sebesar kepalan tangan pemiliknya
(Ethel, 2003: 228).
2.
Pelapis
a. Perikardium adalah kantong
berdinding ganda yang dapat membesar dan mengecil,
membungkus jantung dan pembuluh darah besar. Kantong ini melekat pada diafragma, sternum dan pleura
yang membungkus paru-paru. Di dalam
perikardium terdapat dua lapisan yakni lapisan fibrosa luar dan lapisan serosa dalam.
b. Rongga perikardial adalah ruang
potensial antara membran viseral dan parietal
(Ethel, 2003: 228-229). Membran viseral dan parietal sendiri difungsikan untuk mencegah gesekan pada saat
jantung berdenyut (valerie dan Tina,
2007: 250).
3.
Dinding Jantung
Terdiri
dari tiga lapisan
a. Epikardium luar tersusun dari
lapisan sel-sel mesotelial yang berada di atas jaringan
ikat.
b. Miokardium tengah terdiri dari
jaringan otot jantung yang berkontraksi utnuk
memompa darah. Kontraksi miokardium menekan darah keluar ruang menuju arteri besar.
c. Endokardium dalam tersusun dari
lapisan endotellial yang melapisi pembuluh
darah yang memasuki dan meninggalkan jantung (Ethel, 2003: 229).
4.
Tanda – tanda Permukaan
a. Sulkus Koroner (atrioventrikular)
mengelilingi jantung diantara atrium dan ventrikel.
b. Sulkus Interventrikular anterior
dan posterior, memisahkan ventrikel kanan dan
ventrikrl kiri (Ethel, 2003: 230).
5.
Rangka Fibrosa Jantung
Tersusun dari nodul-nodul
fibrokartilago di bagian atas septum interventrikular
dan cincin jaringan ikat rapat di sekeliling bagian dasar trunkus pulmonar dan aorta (Ethel, 2003: 230).
6.
Ruang Jantung
1. Ada empat ruang, atrium kanan dan
kiri atas yang dipisahkan oleh septum intratrial,
ventrikel kanan dan kiri bawah dipisahkan oleh septum interventrikular.
2. Dinding atrium relatif tipis.
Atrium menerima darah dari vena yang membawa
darah kembali ke jantung.
a.
Atrium kanan terletak dalam bagian superior kanan jantung, menerima darah dari seluruh jaringan kecuali
paru-paru.
(1)
Vena cava superior dan inferior membawa darah yang tidak mengandung oksigen
dari tubuh kembali ke jantung.
(2)
Sinus koroner membawa kembali darah dari dinding jantung itu sendiri.
b.
Atrium kiri di di bagian superior kiri jantung, berukuran lebih kecil dari atrium kanan, tetapi dindingnya
lebih tebal. Atrium kiri menampung
empat vena pulmonalis yang
mengembalikan darah teroksigenasi
dari paru-paru.
3. Ventrikel berdinding tebal.
Bagian ini mendorong darah ke luar jantung menuju
arteri yang membawa darah meninggalkan jantung.
(1)
Ventrikel kanan terletak di bagian inferior kanan pada apeks jantung. Darah meninggalkan ventrikel kanan
melalui trunkus pulmonar
dan mengalir melewati jarak
yang pendek ke paru- paru.
(2)
Ventrikel kiri terletak di bagian inferior kiri pada apeks jantung. Tebal dindingnya 3 kali tebal dinding
ventrikel kanan darah meninggalkan
ventrikel kiri melalui aorta
dan mengalir ke seluruh
bagian tubuh kecuali paru-paru.
(3)
Trabeculae carneae adalah hubungan otot bundar atau tidak teratur yang menonjol dari permukaan bagian dalam kedua ventrikel ke rongga ventrikuler (Ethel, 2003: 229).
7.
Katup Jantung
1) Katup
Trikuspid yang terletak antara atrium kanan dan ventrikel kanan.
2) Katup
Bikuspid yang terletak antara atrium kiri dan ventrikel kiri.
3) Katup
Semilunar aorta dan pulmonary terletak di jalur keluar ventrikular jantung
sampai ke aorta ke trunkus pulmonar (Ethel, 2003: 229-230)
8.
Aliran Darah ke dan dari Jantung
1)
Sirkuit pulmonar adalah jalur untuk menuju dan meninggalkan paru-paru.
2)
Sisi kanan jantung menerima darah terdeoksigenasi dari tubuh dan mengalirkannya
ke paru-paru untuk dioksigenasi. Darah yang sudah teroksigenasi kembali ke sisi
kiri jantung.
3)
Atrium kanan katup trikuspid Ventrikel kanan
4)
Katup semilunar arteri pulmonar kanan dan kiri
5)
kapilar paru vena pulmonar atrium kiri.
6)
Sirkuit sistemik adalah jalur menuju dan meninggalkan bagian tubuh.
7)
Sisi kiri jantung menerima darah teroksigenasi dari paru-paru dan
mengalirkannya ke seluruh tubuh.
8)
Atrium kiri katup bikuspid Ventrikel kiri katup semilunar trunkus aorta regia
dan organ tubuh (otot, ginjal, otak) (Ethel, 2003: 230-231).
9.
Sirkulasi Koroner
1. Arteri koroner kanan
dan kiri merupakan cabang aorta tepat diatas katup semilunar aorta
a. cabang utama dari artri koroner
kiri ;
(1) Arteri interventrikular anterior
(desenden), yang mensuplai darah ke bagian
anterior ventrikel kanan dan
kiri serta membentuk satu cabang, arteri
marginalis kiri yang mensuplai darah
ke ventrikel kiri.
(2) Arteri sirkumfleksa mensuplai
darah ke atrium kiri dan ventrikel kiri.
b. cabang utama dari arteri koroner
kanan ;
(1) Arteri interventrikular
posterior (desenden), yang mensuplai darah untuk kedua dinding ventrikel.
(2) Arteri marginalis kanan yang
mensuplai darah untuk atrium kanan dan ventrikel
kanan.
2. Vena jantung
mengalirkan darah dari miokardium ke sinus koroner, yang kemudian bermuara di
atrium kanan.
3. Darah mengalir
melalui arteri koroner terutama saat otot-otot jantung berelaksasi karena
arteri koroner juga tertekan pada saat kontraksi berlangsung (Ethel, 2003: 231)
Fisiologi Jantung
1.
Sistem konduksi jantung
a.
Nodus sinoatrial (nodus S-A) adalah suatu masa jaringan otot jantung khusus
yang terletak di dinding posterior atrium kanan tepat di bawah pembukaan vena
cava superior. Nodus S-A mengatur frekuensi kontraksi irama, sehingga disebut
pemacu jantung. Sel-sel dalam SA Node ini bereaksi secara otomatis dan teratur
mengeluarkan impuls (rangsangan listrik) dengan frekuensi 60 – 100 kali
permenit kemudian menjalar ke atrium, sehingga menyebabkan seluruh atrium
terangsang
b.
Nodus atrioventrikular (nodus A-V) berfungsi untuk menunda impuls seperatusan
detik, sampai ejeksi darah atrium selesai sebelum terjadi kontraksi
ventrikular.
c.
Berkas A-V atau bundle His berfungsi membawa impuls di sepanjang septum
interventrikular menuju ventrikel (Ethel, 2003: 231-232).
d.
Serabut purkinje adalah serabut otot jantung khusus yang mampu menghantar
impuls dengan kecepatan lima kali lipat kecepatan hantaran serabut otot jantung.
Peristiwa
Listrik Pada Jantung
Miokardium seperti halnya
otot rangka, dapat berkontraksi setelah diinisiasi oleh potensial aksi yang
berasal dari sekelompok sel konduktif pada SA node (nodus sinoatrial) yang
terletak pada dinding atrium kanan.
Dalam keadaan normal, SA
node berperan sebagai pacemaker (pemicu) bagi kontraksi miokardium. Selanjutnya
potensial aksi menyebar ke seluruh dinding atrium dan menyebabkan kontraksi
atrium. Selain menyebar ke seluruh dinding atrium, impuls juga menyebar ke AV
node (nodus atrioventrikular) melalui traktus internodal, kemudian ke berkas
his dan selanjutnya ke sistem purkinye. Penyebaran impuls pada sistem purkinye
menyebabkan kontraksi ventrikel.
Penyebaran potensial aksi pada ventrikel
terdiri dari 5 fase yaitu :
1. Fase
0 depolarisasi cepat
Yaitu masuknya arus
natrium ekstraseluler ke dalam intraseluler yang berlangsung dengan cepat.
Menyebabkan keadaan di dalam (+) di luar (-)
2. Fase
1 Repolarisasi parsial
Yaitu perubahan kadar
ion sebagai penyeimbang atau proses repolarisasi yang mengembalikan potensial
dalam sel menjadi seimbang. Terjadi akibat penutupan atau inaktivasi Na.
3. Fase
2 Prolonged Plateu
Kalsium mulai masuk ke
dalam sel miokard dengan laju lambat dan menyebabkan keadaan stabil atau tidak
terjadi perubahan muatan listrik, ion masuk dan ke luar seimbang.
4. Fase
3 Late Rapid
Fase ini merupakan fase
pengembalian potensial intrasel ke potensial istirahat, akibat pengeluaran
kalium dari dalam sel ke luar sel, sehingga mengurangi muatan positif di dalam
sel.
5. Fase
4 Resting Membrane Potential
Fase ini disebut dengan
fase istirahat. Dimana sel miokard kembali bermuatan (+) di luar dan bermuatan
(-) di dalam sel, hal ini disebut dengan polarisasi.
2.
Siklus jantung
Siklus jantung mencakup periode dari
akhir kontraksi (sistole) dan relaksasi (diastole) jantung sampai akhir sistole
dan diastole berikutnya. Kontraksi jantung mengakibatkan perubahan tekanan dan
volume darah dalam jantung dan pembuluh utama yang mengatur pembukaan dan
penutupan katup jantung serta aliran darah yang melalui ruang-ruang dan masuk
ke arteri.
Peristiwa
mekanik dalam siklus jantung ;
a. selama masa diastole (relaksasi),
tekanan dalam atrium dan ventrikel sama-sama rendah, tetapi tekanan atrium
lebih besar dari tekanan ventrikel.
(1) atrium secara pasif terus –
menerus menerima darah dari vena (vena cava superior
dan inferior, vena pulmonar).
(2) darah mengalir dari atrium
menuju ventrikel melalui katup A-V yang terbuka.
(3) Tekanan ventrikular mulai
meningkat saat ventrikel mengembang untuk menerima
darah yang masuk.
(4) Katup semilunar aorta dan
pulmonar menutup karena tekanan dalam pembuluh-pembuluh
lebih besar daripada tekanan dalam ventrikel.
(5) Sekitar 70% pengisian
ventrikular berlangsung sebelum sistole atrial.
b.
Akhir diastole ventrikular, nodus S-A melepas impuls, atrium berkontraksi dan
peningkatan tekanan dalam atrium mendorong tambahan darah sebanyak 30% ke dalam
ventrikel.
c.
Sistole ventrikular. Aktivitas listrik menjalar ke ventrikel yang mulai
berkontraksi. Tekanan dalam ventrikel meningkat dengan cepat dan mendorong
katup A-V untuk segera menutup.
d.
Ejeksi darah ventrikular ke dalam arteri
(1) Tidak semua darah ventrikular
dikeluarkan saat kontraksi. Volume sistolik akhir
darah yang tersisa pada akhir
sistole adalah sekitar 50 ml
(2) Isi sekuncup (70 ml) adalah
perbedaan volume diastole akhir (120 ml) dan volume
sistole akhir (50 ml)
e. Diastole ventrikular
(1) Ventrikel berepolarisasi dan
berhenti berkontraksi. Tekanan dalam ventrikel
menurun tiba-tiba sampai di
bawah tekanan aorta dan trunkus pulmonary,
sehingga katup semilunar menutup
(bunyi jantung kedua).
(2) Adanya peningkatan tekanan aorta
singkat akibat penutupan katup semilunar
aorta.
(3) Ventrikel kembali menjadi rongga
tertutup dalam periode relaksasi isovolumetrik
karena katup masuk dan katup keluar
menutup. Jika tekanan dalam ventrikel menurun tajam dari 100 mmHg samapi mendekati nol, jauh dibawah tekanan atrium,
katup A-V membuka dan siklus jantung
dimulai kembali (Ethel,
2003: 234-235).
3. Perdarahan
Sirkulasi Koroner
Karena jantung berkerja
menggunakan otot khusus yaitu otot jantung yang sifatnya berkerja tanpa
perintah otak. Maka jantung berdeneyut menggunakan suatu sistem konduksi untuk
menggerakkan otot miokardium. Sehingga selain kerja jantung adalah sebagai
pemompa darah ke seluruh tubuh dan ke paru-paru. Jantung juga memperdarahai
dirinya sendiri guna menutrisikan bagian jaringan-jaringan yang bekerja di jantung.
Suplai darah miokardium berasal dari dua arteri koronaria yang berasal dari
radiks aorta.
(1)
RCA (right coronary arteri) menyuplai sebagian besar
ventrikel kanan. Mempunyai cabang arteri meginalis yang memperdarahi ventrikel
kanan dan arteri intraventrikularis posterior yang memperdarahi kedua
ventrikel.
(2)
LCA (left coronary arteri), ukurannya lebih besar
menyuplai sebagian besar ventrikel kiri berasal dari sinus aorta posterior(belakang).
Mempunyai cabang arteri intraventrikularis anterior yang memperdarahi ventrikel
sinistra dextra et sinistra dan septum intraventrikularis dan arteri circumflex
yang juga memperdarahi atrium sinistra dan ventrikel sinistra.
2.2 Definisi Aritmia
Gangguan irama jantung atau aritmia
merupakan komplikasi yang sering terjadi pada infark miokardium. Aritmia atau
disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang disebabkan
oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis (Doenges, 1999).
Aritmia timbul akibat perubahan
elektrofisiologi sel-sel miokardium. Perubahan elektrofisiologi ini
bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik
aktivitas listrik sel (Price, 1994).
Gangguan irama jantung tidak hanya
terbatas pada iregularitas denyut jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan
denyut dan konduksi (Hanafi, 1996).
Jadi kesimpulan dari
beberap adefinisi diatas yaitu, gangguan listrik jantung atau dalam istilah
medis dikenal dengan istilah Aritmia / Disritmia adalah suatu keadaan dimana
impuls listrik yang mengkoordinasikan denyut jantung seseorang tidak berfungsi
dengan baik, sehingga dapat menyebabkan denyut jantung terlalu cepat (disebut
takiaritmia jika denyut jantung > 100/menit), terlalu lambat (disebut
bradiaritmia jika denyut jantung < 60x/menit) atau bahkan denyut jantung
yang tidak teratur (irregular).
2.3 Jenis Arythmia
Sesuai dengan
pengertian Arythmia diatas yaitu gangguan pada hantaran atau sistem konduksi
jantung yang menyebabkan ketidak teraturan irama jantung. Ada juga pengertian
dan maksud dari aritmia / disritmia jantung ini adalah variasi-variasi diluar
irama normal jantung. Kelainannya irama jantung ini bisa berhubungan dengan
kecepatan, keteraturan, atau tempat asal impuls atau urutan aktivasi dari
listrik jantung itu sendiri yang tergambarkan dari perekaman EKG. Untuk bisa
mengetahui akan aritmia ini kita juga perlu mengetahui bagaimana cara membaca EKG normal sehingga dengan mengetahui gambaran EKG yang normal
maka kita bisa mengetahui pula akan jenis aritmia yang tidaklah sedikit
jumlahnya itu.
Untuk membaca EKG kita harus mengetahui akan dasar-dasar EKG dan pembacaan EKG itu sendiri. Pembacaan EKG normal terdiri dari :
1. Irama : ukur
jarak R-R, teratur atau tidak.
2. Frekuensi
(HR) : dapat dipergunakan 3 cara berikut. : A.300 dibagi jumlah kotak besar
jarak R-R. B. 1500 dibagi jumlah kotak kecil jarak R-R. C. Bila jarak R-R tidak
teratur : dalam 30 kotak besar (6 detik) hitung jumlah QRS-nya, lalu kalikan
10.
3. Gelombang P:
normal, ada atau tidak, dan apakah selalu diikuti kompleks QRS.
4. Interval P-R
: normalnya, 0,12-0,20 detik, dan apakah jaraknya memanjang atau tidak.
5. Gelombang
QRS: normalnya, 0,06-0,12 detik.
Macam disritmia ini dibedakan dari
asalnya dan ini terbagi dari beberapa macam sumber aritmia. Sumber aritmia dibedakan menjadi :
·
Aritmia yang bersumber dari Nodus SA (SA Node)
·
Aritmia yang bersumber dari Atrium.
·
Aritmia yang bersumber dari Nodus AV. (AV Node)
·
Aritmia yang bersumber dari Ventrikel.
·
Aritmia yang bersumber dari Supraventrikel.
Dari berbagai macam sumber dan asal
disritmia tadi di atas bisa dibekana kembali menjadi jenis aritmia
jantung dan bisa dibedakan menjadi:
A. Jenis aritmia yang berasal dari
nodus SA, yaitu :
1. Bradikardia
Sinus Sinus bradikardia adalah denyut jantung abnormal lambat (yaitu, kurang dari 60 denyutan per menit).
2. Takikardia
Sinus Takikardia sinus adalah
peningkatan denyut jantung yang
normal dan teratur. Kondisi ini terjadi ketika nodus sinoatrial (alat pacu jantung alami)
mengirimkan sinyal-sinyal listrik lebih cepat dari biasanya. Denyut jantung cepat,
tetapi jantung bekerja dengan benar.
Takikardia
sinus dapat disebabkan oleh kecemasan, ketakutan, demam, olahraga atau kondisi
seperti anemia, hipertiroidisme, serangan jantung atau gagal jantung, dan perdarahan berat.
3. Sinus Arrest
terjadi istirahat denyut jantung setelah beberapa adanya denyut jantung yang
teratur.
4. Blok
Sinoatrial Gangguan konduksi jantung di mana respon atrium ditunda atau
dihilangkan karena gangguan parsial atau lengkap dengan penjalaran impuls dari
node sinoatrial ke atrium.
5. Aritmia
Sinus suatu kondisi dimana terjadi perbedaan detak jantung saat
inspirasi (menarik napas) dan ekspirasi (membuang napas).
6. SSS (sick
sinus syndrome) jenis aritmia yang mana menunjukkan bahwa nodus SA tidak
berfungsi secara baik.
B. Jenis aritmia yang berasal dari
Atrium.
1. Extrasystole
Atrial/Kompleks Atrial Premature tidak teratur karena ada irama yang timbul
lebih awal.
2. WAP
(wandering atrial pacemaker) jika dilihat dari gambaran EKG P wave nya akan
terlihat tidak beraturan
3. AF (atrial
fibrilasi) Sebagai gangguan irama ektopik atrium yang cepat
dengan frekuensi atrium 400 – 650 X / menit.
4. AFL (atrial
flatter) Flutter merupakan irama ektopik atrium cepat dengan
frekuensi 250 – 350 X / menit
5. SVT
(supraventrikel takikardia Supraventrikular Takiaritmia
terjadi karena adanya faktor reentri impuls pada SA node / atrium.
C. Jenis
disritmia yang berasal dari
Nodus AV.
1. Juctional
bradikardia irama ini terjadi pada sel pacu jantung di berkas His dengan laju
< 60 x/menit.
2. Juctional
takikardia irama ini terjadi pada sel pacu jantung di berkas His dengan laju
> 60 x/menit.
3. Juctional
Extrasystole
4. Juctional
acceleration
D. Jenis aritmia yang berasal dari
Ventrikel.
Hampir
sebagian besar aritmia, yang berasal dari ventrikel memiliki resiko/potensi
mengancam jiwa pada pasien yang memiliki kelainan jantung. Dan ada beberapa
jenis aritmia ini yang membutuhka resusitasi jantung.
1. VES
(ventrikel extrasystole)/PVC (premature ventrikel compleks) dan meliputi : VES
bigemini, VES trigemini, VES quadrigemini, VES multifokal, VES consecutive, VES
RonT. Adalah denyutan prematur yang muncul lebih dini dari denyutan yang
diharapkan. Biasanya gelombang T menunjukkan arah yang berlawan dengan QRS.
2. Acceleration
Idiovetrikular di dalam gambaran EKG akan terlihat PRint tidak terindentifikasi
QRS melebar, cirinya irama teratur, heart rate bradikardi 20-40x/menit.
3. VT
(ventrikel takikardia) terbagi : keadaan ini ditandai dengan lebih dari tiga
PVC berurutan dengan laju lebih dari 100x/menit. Jika muncul kurang dari 30
detik disebut nonsustained VT, jika lebih dari 30 detik disebut sustained VT.
4. VF
(ventrikel fibrilasi) tidak ada depolarisasi ventrikel yang terorganisasi,
sehingga tidak ada kontraksi miokard yang efektif dan tidaak ada pulsasi nadi,
terdiri dari VF kasar (coarse) dan VF halus (fine).
5. Asistole dan
asistole sama sekali tidak ada aktivitas listrik ventrikel
6. Torsade de pointes
7. PEA
(pulseless electrical activity)
E. Jenis aritmia yang berasal dari
Supraventrikel.
Aritmia macam ini ada yang
membutuhkan pemasangan pacu jantung sementara (TPM) Temporary Pace Maker. Dan
ada yang membutuhkan pemasangan pacu jantung permanen (PPM) Permanen pace
Maker. Av block terganggu sistem hantaraannya.
1.
AV Blok derajat 1. terlihat oada gambaran EKG tipe ini memiliki irama yang
teratur heart ratenya terhitung normal 60-100x/menit. Namun pada P-R
intervalnya memanjang konstan.
2. AV Blok
derajat 2 type Mobitz 1 / Wenchebach. Interval PR makin memanjang, suatu saat
ada gelombang QRS yang hilang. Setelah jeda di mana node AV pulih maka siklus
ini akan berulang.
3.
AV Blok derajat 2 type Mobitz 2. Ratio AV konduksi (gelombang P
diikuti kompleks QRS) umumnya 2:1, 3:1, atau 4:1. QRS kompleks biasanya luas
karena blok ini biasanya melibatkan kedua cabang bundel. Interval PR tetap,
suatu saat ada gelombang QRS yang hilang
AV B4. AV Blok derajat 3 atau Total AV Block. Di dalam
gambaran EKG Pwave terlihat normal, tetapi ada gelombang P berdiri sendiri
sehingga Gelombang P ada yang tidak diikuti QRS.
2.4 Etiologi Penyakit Aritmia
Etiologi
aritmia jantung dalam garis besarnya dapat disebabkan oleh :
1.
Alkohol yang berlebihan
2.
Kadar hormon tiroid yang berlebihan
3.
Tingkat oksigen darah yang rendah
4.
Stress
5.
Merokok
6.
Peradangan jantung misalnya demam
rematik, peradangan miokard (miokarditis karena infeksi)
7.
Gangguan sirkulasi koroner
(arterosklerosis koroner atau spasme arteri koroner), misalnya iskemia miokard,
infark miokard.
Gangguan sirkulasi yaitu tidak
efektifnya masuknya suplai oksigen
kedalam pembuluh darah arteri koroner.
8.
Karena obat (intoksikasi) antara lain
oleh digitalis, quinidin dan obat-obat anti aritmia lainnya.
Karna pasien terlalu banyak
mengkonsumsi obat-obatan sehingga berpengaruh pada sistem kerja jantung atau
mengganggu jalannya sistem kerja jantung.
9. Gangguan
keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia).
Hiperkalemia yaitu
keadaan kadar kalium darah yang lebih timggi dari normal
Hipokalemia yaitu
keadaan kadar kalium darah yang rendah
Dari jantung
mengalirkan darah keseluruh tubuh dan kesemua organ jika jantung tidak dapat
mengalirkan darah secara optimal maka aliran darah yang seharusnya ke ginjal
pun akan terganggu sehingga produksi urine berkurang.
10. Gangguan
pada pengaturan susunan saraf otonom yang mempengaruhi kerja dan irama
jantung.
11. Gangguan
metabolik (asidosis, alkalosis)
12. Gangguan
endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme).
13. Gangguan
irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung.
Kardiomiopati adalah kerusakan atau gangguan otot
jantung sehingga menyebabkan dinding-dinding jantung tidak bergerak sempurna
dalam menyedot dan memompa darah. Penderita kardiomiopati seringkali berisiko
terkena arritmia dan gagal jantung mendadak.
14. Gangguan
hantaran : SA node --» AVnode (biasanya membutuhkan waktu untuk hantaran 0,20
second) , karena mengalami gangguan hantaran maka waktu untuk menuju AVnode
menjadi lebih lama.
15. Gangguan
pembentukan impuls
a.
kelainan
automatisasi
Pada
keadaan normal, automatisasi (depolarisasi spontan) hanya terjadi pada nodus
SA. Hal ini disebabkan karena impuls-impuls yang dicetuskan di nodus SA
sedemikian cepatnya sehingga menekan proses automatisasi di sel lain.
Apabila
terjadi perubahan tonus susunan saraf pusat otonom atau karena suatu penyakit
di Nodus SA sendiri maka dapat terjadi aritmia
b.
trigger
automatisasi
Dasar
mekanisme trigger automatisasi ialah adanya early dan delayed
after-depolarisation yaitu suatu voltase kecil yang timbul sesudah sebuah
potensial aksi.
Apabila
suatu ketika terjadi peningkatan tonus simpatis misalnya pada gagal jantung
atau terjadi penghambatan aktivitas sodium-potassium-ATP-ase misalnya pada
penggunaan digitalis, hipokalemia atau hipomagnesemia atau terjadi reperfusi
jaringan miokard yang iskemik misalnya pada pemberian trombolitik maka keadaan-keadaan
tersebut akan mnegubah voltase kecil ini mencapai nilai ambang potensial
sehingga terbentuk sebuah potensial aksi prematur yang dinamakan “trigger
impuls”.
Trigger
impuls yang pertama dapat mencetuskan sebuah trigger impuls yang kedua
kemudian
yang ketiga dan seterusnya samapai terjadi suatu iramam takikardai.
16. Jantung
koroner yang menyebabkan terjadinya Aritmia :
Jantung koroner
berkaitan antara sistem konduksi dengan jantung koroner. Jantung koroner adalah
adanya suatu penyumbatan didalam arteri koronaria. Arteri koroner kanan
memberikan asupan makanan ke atrium kanan, ventrikel kanan dan kesebagian
ventrikel kiri. Jika atrium kanan, ventrikel kanan dan sebagian ventrikel kiri
tidak mendapatkan asupan makanan maka sistem perjalanan impuls terhambat
sehingga menyebabkan Aritmia.
2.6 Penatalaksanaan Aritmia
Disritmia umumnya ditangani
dengan terapi medis, seperti yang diterangkan diatas.Pada situasi dimana obat
saja tidak mencukupi, disediakan berbagai terapi mekanis tambahan.Terapi yang
paling sering adalah kardioversielektif, defibrilasi dan
pacemaker.Penatalaksanaan bedah meskipun jarang juga dapat dilakukan.
- Kardioversi
Kardioversi mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan
disritmia yang memiliki kompleks QRS, biasanya merupakan prosedur
elektif.Pasien dalam keadaan sadar dan diminta persetujuannya. Digoksin
biasanya dihentikan, 48 jam sebelum dilakukan kardioversi untuk mencegah
terjadinya disritmia pasca kardioversi. Pasien biasanya diberi penenang secara
intravena sebelum kardioversi dilakukan untuk membantu anestesi, dan jarang
sekali diintubasi setelah anestesi.Besarnya volyase yang digunakan bervariasi
mulai dari 25 sampai 400 watt-detik.Sinkroniser dihidupkan.
Defibrilasi disinkronkan dengan
monitor jantung sehingga impuls listrik akan keluar selama depolarisasi
ventrikel (kompleks QRS). Bila tidak disinkronkan, defibrillator dapat
mengeluarkan impuls listrik selama periode peka (gelombang T), menghasilkan
takikardi ventrikel atau fibrilasi. Tidak ada QRS yang akan terbaca pada
fibrilasi ventrikel; sinkroniser tetap dihidupkan, mesin tak akan menyala
karena menunggu respon QRS.
Bila terjadi fibrilasi ventrikel
setelah kardioversi, maka defibrillator harus di-recharge segera, sinkroniser
dimatikan, dan defibrilasi diulangi. Setelah penggunaan, defibrillator harus
dimatikan untuk mencegah tertekannya pedal secara tidak sengaja. Aliran oksigen
harus dihentikan selama kardioversi, bila mungkin untuk mencegah kebakaran.
Petunjuk keberhasilan ditandai
dengan konversi ke irama sinus, denyut nadi perifer kuat, dan tekanan darah
yang adekuat.Jalan napas harus tetap dijaga, dan kesadaran pasien harus
dikaji.Tanda vital harus dipantau dan dicatat sampai pasien stabil.Pemantauan
EKG sangat diperlukan selama dan setelah kardioversi.
- Defibrilasi
Defibrilasi adalah kardioversi asinkronis yang digunakan
pada keadaan darurat. Biasanya terbatas bagi penatalaksanaan fibrilasi
ventrikel apabila tidak ada irama jantung yang terorganisasi. Defibrilasi akan
mendepolarisasi secara lengkap semua sel miokard sekaligus, sehingga
memungkinkan nodus sinus memperoleh kembali fungsinya sebagai pacemaker.
Tegangan listrik yang lebih besar dari kardioversi diperlukan untuk
mendefibrilasi jantung.Berikut ini beberapa kunci pokok yang harus diingat saat
membantu melakukan defibrilasi atau kardioversi.
- Gunakan bahan konduktor diantara kulit dengan pedal, seperti kasa salin atau pasta elektroda
- Letakkan pedal sedemikian rupa sehingga membentuk lengkung yng efektif
- Berikan tekanan sebesar 20 sampai 25 pound pada setiap pedal agar tepat kontak dengan kuli
- Jagalah keamanan dengan cara meyakinkan tak ada seorangpun yang menyentuh tempat tidur atau pasien saat pedal dinyalakan
- Pada kasus fibrilasi ventrikel, resusitasi jantung paru (RJP) harus dilakukan dan diteruskan sampai defibrilasi mekanis tersedia dan berhasil.
Bila defibrilasi tidak berhasil, harus segera dilakukan resusitasi
jantung paru.Epinefrin mungkin perlu digunakan
bila pola fibrilasi ventrikelnya halus; artinya, tak ada gelombang undulasi
yang terbaca. Epinefrin dapat membuat fibrilasi menjadi lebih kasar sehingga
memudahkan untuk mengkonversi defibrilasi. Natrium bikarbonat diberikan untuk
mengatasi asidosis akibat berkurangnya perpindahan respirasi.Epinefrin dan
natrium bikarbonat saling berlawanan apabila dicampur, oleh sebab itu harus
diberikan secara terpisah.Tekanan darah disokong dengan vasopresor.Masase
jantung eksternal dan ventilasi tidak boleh dihentikan selama resusitensi sebelum
5 detik.
- Defibrillator Kardioverter Implantable
Defibrillator kardioverter
implantable (ICD=implantable cardioverter Defibilator) adalah suatu alat untuk
mendeteksi dan mengakhiri episode takikardia ventrikel yang mengancam jiwa atau
pada pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami fibrilasi ventrikel. Pasien
yang beresiko tinggi adalah mereka yang pernah selamat dari sindrom henti
jantung mendadak, takikardia ventrikel berkepanjangan atau sinkop sekunder
akibat takikardia ventrikel.Kebanyakan pasien tersebut tidak berespons terhadap
pengobatan atau ablasi pembedahan jaringan miokard.Inilah populasi pasien yang
cocok untuk menjalani ICD.
System mekanis terdiri dari
pembangkit pulsa listrik, dua lead pengindra frekuensi, dan dua lead untuk memasukkan
syok listrik langsung ke otot jantung. Alat ini dipasang melalui torakotomi
dengan pembedahan. Lead pengindera frekuensi dirancang untuk merespons dua
criteria; perubahan frekuensi dan perubahan panjang segmen garis isoelektrik.
Bila terjadi disritmia, sensor frekuensi memerlukan waktu 5 sampai 7 detik
listrik dan merubah irama.Alat ini bila diperlukan dapat membuat 6 kejutan
listrik.
Penggunaan ICD tidak menghilangkan
terapi medis disritmia.Pengobatan diberikan bersamaan dengan teknologi ini.
Komplikasi utama sehubungan dengan
ICD berasal dari paru.Dua komplikasi yang paling sering adalah disfungsi paru,
akibat torakotomi yang diperlukan untuk pemasangan ICD, dan infeksi
pemedahan.Ada juga komplikasi yang lebih ringan sehubungan dengan aspek teknik
peralatan seperti habisnya baterai sebelum waktunya atau patahnya lead.Meskipun
ada kemungkinan komplikasi, namun para klinisi sepakat bahwa terapi ini lebih
banyak memberikan keuntungan kepada pasien disbanding risiko yang harus
dialami.
Intervensi keperawatan bagi pasien
dengan ICD dilakukan dalam tiga fase yang berbeda: praoperatif, pascaoperatif,
dan saat sebelum pemulangan. Fase pertama, atau fase praoperatif memerlukan
penatalaksanaan episode akut disritmia yang mengancam jiwa disamping memberikan
penjelasan kepada pasien dan keluarganya mengenai pemasangan ICD.Fase
pascaoperasif meliputi observasi ketat terhadap pasien dan responsnya terhadap
teknologi baru ini.Fase sebelum pemulangan lebih banyak mencakup pendidikan dan
hal ini sangat penting agar pasien dapat hidup mandiri.
- Terapi pacemaker
Pacemaker adalah alat listrik
yang mampu menghasilkan stimulus listrik berulang ke otot jantung untuk
mengontrol frekuensi jantung.Alat ini memulai dan mempertahankan frekuensi
jantung ketika pacemaker alamiah jantung tak mampu lagi memenuhi fungsinya.Pacemaker
biasanya digunakan bila pasien mengalami gangguan hantaran atau loncatan
gangguan hantaran yang mengakibatkan kegagalan curah jantung.Pacemaker bisa
bersifat permanen atau temporer.Pacemaker permanen biasanya digunakan pada
penyekat jantung komplet ireversibel; sedang pacemaker temporer digunakan
sebagai terapi tambahan untuk menyokong pasien yang mengalami penyekat jantung
akibat infark miokard atau setelah pembedahan jantung terbuka.Pada beberapa
kasus, pacemaker dapat juga digunakan untuk mengontrol takikardi disritmia yang
tidak berespons terhadap terapi pengobatan.
Rancangan
pacemaker
Pacemaker tersusun atas dua
komponen: (1) Pembangkit pulsa listrik
yang mengandung sirkuit dan baterai yang membangkitkan stimulus listrik; dan
(2) Elektroda pacemaker (juga disebut lead atau kabel) yang menghantarkan
impuls pacemaker ke jantung. Stimulus dari pacemaker berjalan melalui vena ke
ventrikel kanan atau dimasukkan melalui tusukkan ke dinding dada.Pembangkit
pulsa biasanya ditanam dikantung bawah kulit didaerah pectoral atau aksiler;
kadang-kadang juga dipilih daerah abdomen.
Pembangkit pacemaker
diisolasi untuk melindungi dari kelembaban dan panas tubuh.Pembangkit pulsa
atau pacemaker mempunyai suplai tenaganya sendiri, yang disediakannoleh sel
baterai. Sumber tenaga utama yang sering digunakan akhir-akhir ini adalah
baterai merkuriseng (bertahan selama 3 sampai 4 tahun), unit sel litium
(berhatan sampai 10 tahun) dan pacemaker bertenaga nuklir yang bertahan 20
tahun sampai seumur hidup. Ada juga pacemaker yang dapat diisi di luar.Karena
pacemaker bergantung pada baterai, maka kehabisan baterai tak dapat dihindari
(kecuali yang bertenaga nuklir dan yang dapat diisi ulang).Dengan demikian,
pembangkit yang mengandung baterai harus diganti secara berkala.
Jenis-jenis
pacemaker
Pacemaker yang paling sering
digunakkan adalah pacemaker demand (sinkronus, nonkompetitif) yang diatur pada
frekuensi tertentu dan menstimulasi jantung saat tidak terjadi repolarisasi
jantung normal.Jenis ini hanya berfungsi bila frekuensi alami jantung berjalan
dibawah ambang tertentu. Pacemaker fixed rate (asinkronus, kompetitif)
menstimulasi ventrikel pada frekuensi konstan yang sudah diatur sebelumnya, dan
tidak tergantung irama pasien. Jenis ini jarang dipakai, biasanya pada pasien
dengan penyekat jantung komplet atau stabil.
System pacemaker
sementara.Cetusan sementara basanya merupakan prosedur gawat darurat dan
memungkinkan bila mengobservasi efek cetusan terhadap fungsi jantung sehingga
kecepatan cetusan optimum pasien dapat dipilih sebelum pacemaker permanen
dipasang.Jenis ini digunakan pada pasien yang mengalami infark miokard dengan
komplikasi penyakit jantung, pada pasien dengan henti jantung dengan
bradikardia dan asistole atau pada pasien pasca operasi pembedahan jantung
tertentu.Cetusan sementara dapat digunakan selama berjam-jam, berhari-hari atau
berminggu-minggu dan diteruskan sampai kondisi pasien baik atau sampai
pacemaker dipasang.
Cetusan sementara dapat
dilakukan dengan pendekatan endokardial (transvena) atau dengan pendekatan
transtorakal ke miokardium.Elektroda transvena dipasang dibawah pengawasan
fluoroskopi melalui berbagai vena perifer (antekubital, bhakhial, jugular,
subklavia, femoral), dan ujung kateter diletakkan di apeks ventrikel
kanan.Komplikasi yang paling sering terjadi selama pemasangan pacemaker adalah
disritmia ventrikel.Jarang terjadi perforasi jantung.Defibrillator harus selalu
tersedia.
System pacemaker
permanen.Untuk cetusan permanen, lead endokardial dimasukkan secara transvena
kedalam ventrikel kanan, dan pembangkit pulsa di pasang didalam tubuh dibawah
kulit didaerah pektorial kiri atau kanan atau dibawah klavikula. Hal ini
disebut implant endokardial atau transvena. Prosedur ini biasanya dilakukan
dengan anestesi lokal. Metoda lain cetusan permanen adalah memasang pembangkit
pulsa ke dinding abdomen. Elektroda dimasukkan secara transtorakal ke
miokardium dan dijahit.Untuk metoda ini, yang dinamakan epikardial atau implan
miokadrial, diperlukan torakotomi untuk mencapai jantung.
Pacemaker Atrioventrikel.Teknologi
pacemaker, melalui perkembangan pacemaker AV, telah membantu perkembangan
terapi pacemaker yang aman dan efektif untuk berbagai masalah jantung yang
kompleks.Pacemaker AV diangap yang paling disukai karena dapat diprogram agar
menyerupai fungsi intriksik jantung pasien itu sendiri; sehingga dinamakan
pacemaker fisiologis.
Karena kerja pacemaker yang memuaskan, maka telah dibentuk
suatu kode umum sebagai wahana komunikasi yang aman mengenai fungsinya.
Pengkodean tersebut didasarkan pada kode ICHD karena sangsinya dijalankan oleh
Inter Society Commision for Heart Disease.Kode yang komplet terdiri atas 5
pernyataan, tapi hanya 3 yang digunakan dalam praktek sehari-hari.
Pernyataan pertama, selalu
menyebutkan ruang yang akan dicetuskan, yaitu ruang yang diisi elektroda
cetusan. Karakter huruf yang mungkin pada kode ini adalah A (atrium) V
(ventrikel) dan D (dual) artinya A dan V.
Pernyataan kedua menjelaskan
ruang yang diindera oleh pembangkit pacemaker.Informasi yang diindera dihubungkan
ke pembangkit untuk diinterpretasi dan ditindaklanjuti. Karakter huruf yang
mungkin adalah A (atrium) V (ventrikel) dan D (dual)
Pernyataan ketiga selalu
menjelaskan tipe respons yang ditunjukkan oleh pacemaker. Ada lima huruf untuk
menerangkan respons tersebut, tetapi dari kelima itu hanya dua yang biasa
digunakan: I (inhibitory) dan T (triggered). Respons penghambat (inhibitory)
berarti respons pacemaker dikontrol oleh aktivitas jantung pasien itu sendiri;
artinya pacemaker tidak akan berfungsi bila jantung pasien berdenyut.
Sebaliknya, respons triggered berarti pacemaker akan mencetuskan respons yang
berdasarkan pada aktivitas jantung intrinsic.
Contoh
pacemaker dengan kode ICHD adalah DVI:
D=
electrode dipasang baik diatrium maupun ventrikel.
V= pacemaker
mengindera aktivitas ventrikel saja
I=
efek stimulus pacemaker akan dihambat oleh aktivitas ventrikel pasien
Komplikasi
Komplikasi
pacemaker berhubungan dengan (1) keberadaannya dalam tubuh dan (2) fungsinya
yang tidak sesuai. Komplikasi berikut dapat timbul akibat adanya pacemaker:
- Infeksi local (sepsis atau pembentukan hematoma) dapat terjadi ditempat pemotongan vena atau pada penempatan pacemaker dibawah kulit.
- Disritmia aktivitas ektopik ventrikel dapat terjadi akibat iritasi dinding ventrikel oleh elektroda.
- Dapat terjadi perforasi miokardium atau ventrikel kanan oleh kateter.
- Cetusan hilang secara mendadak akibat tingginya ambang ventrikel.
Malfungsi
pacemaker dapat terjadi akibat kegagalan satu atau beberapa komponen system
cetusan.Kebanyakan kegagalan pembangkit pulsa adalah akibat habisnya baterai
sumber tenaga.Pasien harus diberitahu bahwa baterai disegel dalam pembangkit
pulsa. Bila saatnya tiba untuk mengganti baterai, irisan baru akan dibuat pada
irisan lama. Pembangkit pulsa lama diangkat, dan unit baru dipasang serta
disambungkan ke lead yang sama kemudian dipasang dikantong yang sudah tersedia.
Biasanya dilakukan dibawah anestesia lokal. Komplikasi lain meliputi fraktur
(pecah) atau dislokasi elektroda atau kegagalan elektronika.
Malfungsi
pacemaker dapat juga terjadi bila ada pajanan terhadap medan elektromagnetis.
Medan elektromagnetis dihasilkan dari peralatan teknologi seperti oven
microwave, peralatan MRI dan detector logam pada pos pemeriksaan keamanan
seperti dibandara atau gedung pemerintah. Pasien harus diingatkan untuk
menghindari situasi yang melibatkan pajanan medan elektromagnetis. Pasien
dianjurkan untuk memakai pengenal yang akan mengingatkan personel tenaga
kesehatan gawat darurat mengenai adanya pacemaker.
Perubahan frekuensi dan irama
jantung secara mendadak menunjukkan adanya komplikasi.Keparahan gejala yang
timbul tergantung pada tingkat ketergantungan pasien pacemaker.Diagnosis
komplikasi ini ditegakkan melalui analisa EKG.Manipulasi elektroda atau
mengganti pembangkit pacemaker mungkin diperlukan.
Pengawasan
pacemaker
Klinik pacemaker telah
disiapkan untuk memantau pasien dan untuk menguji pembangkit pulsa bila ada tanda-tanda kegagalan system pacemaker.
Pengujian amplitude pulsa pacemaker dan durasi serta analisis kontur pulsa
memerlukan peralatan amplifikasi. Dengan peralatan khusus, patahanya lead dan
rusaknya isolator dapat dideteksi. EKG 12 lead harus dilakukan pada setiap
kunjungan pasien ke klinik.
Metoda tindak lanjut lain
yaitu melalui hantaran transtelefon frekuensi pembangkit pulsa. Peralatan
khusus digunakan untuk menghantarkan nada suara pacemaker pasien dari telefon
ke system penerima di klinik pacemaker.Suara kemudian diubah menjadi listrik
dan direkam secara permanen pada lembar EKG. Kecepatan pacemaker dan data lain
mengenai fungsi pacemaker diperoleh dan di evaluasi oleh kardiologis. Cara ini
memudahkan diagnosis kegagalan pembangkit, member rasa percaya dan memperbaiki
penatalaksanaan pasien yang secara fisik berdomosili jauh dari fasilitas pengujian
pacemaker.
Penatalaksanaan Medis
Terapi medis
Obat-obat antiaritmia
dibagi 4 kelas yaitu :
Anti aritmia Kelas 1 : sodium channel blocker
Kelas 1 A
Quinidine adalah obat yang
digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk mencegah berulangnya atrial fibrilasi
atau flutter.
Procainamide untuk ventrikel
ekstra sistol atrial fibrilasi dan aritmi yang menyertai anestesi.
Dysopiramide untuk SVT akut dan
berulang
Kelas 1 B
Lignocain untuk
aritmia ventrikel akibat iskemia miokard, ventrikel takikardia.
Mexiletine untuk
aritmia entrikel dan VT
Kelas 1 C
Flecainide untuk
ventrikel ektopik dan takikardi
Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade)
Atenolol, Metoprolol,
Propanolol : indikasi aritmi jantung, angina pektoris dan hipertensi
Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation)
Amiodarone, indikasi
VT, SVT berulang
Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker)
Verapamil, indikasi
supraventrikular aritmia
Terapi mekanis
Kardioversi : mencakup pemakaian
arus listrik untuk menghentikan disritmia yang memiliki kompleks GRS, biasanya
merupakan prosedur elektif.
Defibrilasi : kardioversi
asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat darurat.
Defibrilator
kardioverter implantabel : suatu alat untuk mendeteksi dan mengakhiri
episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa atau pada pasien yang resiko
mengalami fibrilasi ventrikel.
Terapi pacemaker : alat listrik yang
mampu menghasilkan stimulus listrik berulang ke otot jantung untuk mengontrol
frekuensi jantung.
Indikasi Pemakaian
Alat pacu jantung
Guidant di indikasikan untuk kondisi berikut:Permanent tingkat kedua atau
ketiga AV Block dengan gejala dan serangan yang sangat mengganggu.Bilateral
bundle branch block bergejala.Disfungsi sinus node bergejala dan serangan yang
sangat mengganggu dengan/ tidak dengan asosiasi ke AV conduction disorder
(contoh: sinus bradycardia, sinus arrest, sinoatrial block).Sindrom
bradycardia- tachycardia, untuk mencegah bradycardia bergejala atau beberapa
bentuk dari tachyarrhytmia bergejala.Sindrom Neurovascular (vaso-vagal) atau
sindrom hipersensitif carotid sinus.Adaptive-rate pacing di indikasikan untuk
pasien yang bisa memanfaatkan pacing dengan rate lebih tinggi sebanding dengan
bertambahnya tingkat aktifitas fisik.Alat pacu jantung Guidant dual-chamber
(alat pacu jantung dengan dua lead/ kabel) dan mode untuk atrial tracking
diindikasikan untuk pasien yang memerlukan perawatan AV Synchrony. Alat pacu
jantung dual chamber dispesifikasikan untuk indikasi/ perawatan kondisi
berikut:Conduction disorder yang membutuhkan restorasi dari AV Synchrony,
termasuk beberapa tingkat dari AV block.VVI Intolerance (contoh: sindrom pacu
jantung) pada persistent sinus rhythmCardiac output yang rendah/ congestive
heart failure (gagal jantung) sekunder dari bradycardia.
Kontra-Indikasi
Alat pacu jantung
Guidant berkontra indikasi untuk aplikasi seperti berikut:Pasien dengan
unipolar pacing lead (kabel) dan memiliki ICD (Implanted Cardioverter-
Defibrillator) karena dapat menyebabkan atau menghambat penghantaran dari terapi
ICDPemacuan jantung single chamber pada atrium/ serambi kanan pada pasien
dengan AV nodal conduction yang tidak berfungsiMode atrial tracking pada pasien
dengan refractory atrial tachyarrhythmia kronis (atrial fibrillation/ flutter)
yang dapat mencetus pemacuan ventrikel/ bilikPemacuan atrial/ serambi dual
chamber atau single chamber pada pasien dengan refractory atrial
tachyarrhythmia kronis Pemacuan yang asynchronius (atau adanya kemungkinan)
adanya kompetisi antara irama alami jantung dan irama hasi pemacuan alat pacu
jantung
2.7 Asuhan Keperawatan Aritmia
Kasus Pemicu 1
Seorang laki-laki masuk RS
dengan keluhan sekitar 4 jam SMRS saat sedang memperbaiki mesin motor
dirumahnya tiba-tiba nafas berat disertai badan lemas, berdebar-debar dan rasa kelelahan.
Pasien juga mengatakan kepala pusing seperti mau pingsan. Pada pengkajian
didapatkan pasien pernah dirawat karena PJK sekitar 6 bulan yang lalu dan masih
mengkonsumsi obat-obatan. Dari hasil EKG didapatkan psien mengalami aritmia akibat gangguan hantaran
yaitu AV Blok Derajat 2 Tipe 1. Heart rate 40x/menit, hasil TD 90/40 mmHg, RR
20x/menit, akral mulai dingin dan pucat. Untuk menghindari shock kardiogenik
pasien dilakukan pemasangan TPM.
ASUHAN
KEPERAWATAN
PENGKAJIAN
1. Identitas Pasien
Nama : Tn.
Umur :
-
Jenis Kelamin : laki-laki
Agama : -
Status : -
Pendidikan : -
Pekerjaan : -
Suku :
-
Alamat : -
Diagnosa Medis : Aritmia
No. RM : -
Tanggal masuk RS : -
Tanggal / Waktu pengkajian : -
2. Riwayat Kesehatan
a.
Keluhan utama
Pasien
mengatakan sekitar 4 jam SMRS saat sedang memperbaiki mesin motor dirumahnya
tiba-tiba nafas berat disertai badan lemas, berdebar-debar dan rasa kelelahan.
b.
Keluhan tambahan
Pasien juga mengatakan
kepala pusing seperti mau pingsan
c.
Riwayat penyakit sekarang
Pada pengkajian didapatkan
pasien pernah dirawat karena PJK sekitar 6 bulan yang lalu dan masih
mengkonsumsi obat-obatan.
d. Riwayat
penyakit keluarga
-
DATA FOKUS
Data
Subyektif
|
Data
Obyektif
|
1.
Pasien
mengatakan 4 jam SMRS nafasnya berat
2.
Pasien
mengatakan 4 jam SMRS badannya lemas
3.
Pasien
mengatakan 4 jam SMRS berdebar-debar
4.
Pasien
mengatakan 4 jam SMRS merasa kelelahan
5.
Pasien
mengatakan 4 jam SMRS kepala pusing seperti mau pingsan
Data Tambahan:
1.
Pasien mengatakan ketakutan
|
1.
Pada pengkajian didapatkan PJK dan masih
mengkonsumsi obat-obatan
2.
Dari hasil EKG didapatkan aritmia yaitu AV Blok
Derajat 2 Tipe 1
3.
Heart rate 40x/menit
4.
TD 90/40 mmHg
5.
RR 20x/menit
6.
Akral mulai dingin dan pucat
Data Tambahan:
1.
Produksi urin berkurang
2.
Pasien terlihat cemas dan gelisah
3.
Pemeriksaan LAB:
a.
Elektrokardiogram (EKG), untuk mendeteksi
aktivitas listrik jantung
b.
Holter monitor, untuk merekam aktivitas
jantung pada rutinitas sehari-hari
c.
Echocardiogram, untuk melihat struktur
serta gerak jantung
d.
CT scan atau MRI, untuk mendiagnosa
masalah jantung yang dapat menyebabkan aritmia jantung
|
ANALISA
DATA
Data fokus
|
Masalah
|
Etiologi
|
1.
Ds :
·
Pasien
mengatakan 4 jam SMRS badannya lemas
·
Pasen
mengatakan 4 jam SMRS berdebar-debar
·
Pasien
mengatakan 4 jam SMRS merasa kelelahan
·
Pasien
mengatakan 4 jam SMRS kepala pusing seperti mau pingsan
Do :
·
Heart
rate 40x/menit
·
TD
90/40 mmHg
·
Akral
mulai dingin dan pucat
|
Penurunan
curah jantung
|
·
Perubahan frekuensi atau irama jantung
·
Gangguan
konduksi elektrikal
|
2.
DS:
·
Pasien
mengatakan 4 jam SMRS badannya lemas
DO:
·
TD 90/40 mmHg
·
Dari hasil EKG didapatkan aritmia yaitu AV Blok
Derajat 2 Tipe
|
Intoleransi Aktivitas
|
·
Ketidakseimbangan
antara suplai dan kebutuhan oksigen
·
Kelemahan
umum
|
3.
Ds :
·
Pasien mengatakan ketakutan
Do:
·
Pasien terlihat cemas dan gelisah
|
Ansietas
(Cemas)
|
Ancaman / perubahan status kesehatan.
|
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Dx
|
Tgl ditentukan
|
Tgl teratasi
|
|
1.
Penurunan curah jantung berhubungan dengan
perubahan denyut irama jantung
|
9
September 2013
|
||
2.
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen & kelemahan umum
|
9
September 2013
|
||
3.
Ansietas
berhubungan dengan Ancaman
/ perubahan status kesehatan.
|
9
September 2013
|
||
INTERVENSI
Dx
|
Tujuan dan KH
|
Interfensi
|
Rasional
|
|
1.
Penurunan curah jantung berhubungan dengan
perubahan denyut irama jantung
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1 X 24 jam
masalah penurunan curah jantung
teratasi Kriteria hasil :
·
Haluaran
urine adekuat
·
Nadi
teraba sama
·
Pasien
tidak merasa lemas
·
Pasien
tidak mengeluh jantung berdebar-debar
·
Pasien tidak merasakan kelelahan
·
Pasien tidak merasakan sakit pada kepalanya
|
Mandiri
:
1.
Anjurkan untuk bedrest
2.
Monitor bunyi jantung
3.
Selidiki
laporan nyeri dada, catat lokasi, lamanya, intensitas, dan faktor
penghilang/pemberat. Catat petunjuk nyeri non-verbal, contoh wajah mengkerut,
menangis, perubahan TD/frekuensi jantung
4. Berikan
lingkungan tenang dan nyaman
Kolaborasi
:
1.
Pantau
pemeriksaan LAB, contoh elektrolit
2.
Berikan
oksigen tambahan sesuai indikasi
3.
Berikan
obat sesuai indikasi
|
Mandiri :
1.
Mempercepat pemulihan kondisi
2.
Mengetahui perubahan bunyi jantung
3.
Sebab
nyeri dada bermacam-macam dan tergantung penyebab aritmia
4.
Menurunkan
rasa stres dan meningkatkan relaksasi
Kolaborasi :
1.
Ketidakesimbangan
elektrolit spt kalium, magnesium dan kalsium, secara merugikan mempengaruhi
irama dan kontraktilitas jantung
2.
Meningkatkan
sediaan oksigen untuk miokard, yang disebabkan oleh hipoksia
3.
Aritmia
umumnya diobati secara simtomatik.
Contoh:
Kalium=Memperbaiki hipokalemia mungkin perlu untuk
mengakhiri beberapa aritmia ventrikel
|
|
2.
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen & kelemahan umum
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1 X 24 jam masalah intoleransi aktivitas
teratasi dengan KH:
·
Pasien
tidak
lagi mengatakan badannya lemas
·
Pasien
mulai mampu beraktivitas seperti biasa
|
Mandiri:
1. Berikan
dorongan untuk aktivitas/perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi,
berikan bantuan sesuai kebutuhan.
2. Intruksikan
pasien tentang tekhnik penghematan energi
3. Kaji respons pasien terhadap aktivitas, seperti
nadi, TD, dipsneu, nrei dada, keletihan dan kelemahan
Kolaborasi:
1.
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat
digixin
2.
Kolaborasi
dengan keluarga agar pasien mampu beraktivitas mandiri sesuai dengan
keadaannya
|
Mandiri
:
1. Kemajuan
aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba dan
memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian dlm
melakukan aktivitas
Kolaborasi :
1. Untuk
memperkuat kerja jantung.
2. Untuk melatih kemandirian pasien
|
|
3. Ansietas berhubungan dengan Ancaman / perubahan status kesehatan.
|
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 1 X 24 jam masalah intoleransi aktivitas
teratasi dengan KH:
·
Pasien tidak lagi mengatakan ketakutan
·
Pasien tidak lagi terlihat cemas dan gelisah
·
Menyatakan
kesadaran perasaan ansietas dan cara sehat sesuai
|
Mandiri
:
1.
Kaji tigkat kecemasan pasien
2.
Ciptakan lingkungan nyaman dan tenang
3.
Beritau pasien setiap tindakan yang akan di
lakukan
4.
Dorong
keluarga dan teman yang menjenguk untuk menganggap pasien seperti sebelumnya
Kolaborasi
:
1.
Berikan
sedatif, tranquilizer sesuai indikasi
|
Mandiri :
1.
Agar megetahui sejauh mana tingkat kecemasan
pasien
2.
Agar pasien tidak bertambah cemas
3.
Agar pasien tidak kawatir dengan kondisinya
4.
Meyakinkan
pasien bahwa peran dalam keluarga dan kerja todak berubah
Kolaborasi
:
1.
Mungkin
diperlukan untuk membantu pasien rileks sampai secara fisik mampu untuk
membuat strategi koping adekuat
|
|
IMPLEMENTASI
Dx
|
Implementasi
|
1.
Penurunan curah jantung berhubungan dengan
perubahan denyut irama jantung
|
Mandiri
:
1. Menganjurkan untuk bedrest
2. Memonitor bunyi jantung
3. Menyelidiki laporan nyeri dada
4. Memberikan lingkungan tenang dan nyaman
Kolaborasi:
1. Memantau pemeriksaan LAB, contoh elektrolit
2. Memberikan oksigen tambahan sesuai indikasi
3. Memberikan obat sesuai indikasi
|
2.
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen & kelemahan umum
|
Mandiri :
1.
Memberikan
dorongan untuk aktivitas/perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi,
berikan bantuan sesuai kebutuhan.
2.
Mengintruksikan
pasien tentang tekhnik penghematan energi
3.
Mengkaji
respons pasien terhadap aktivitas, seperti nadi, TD, dipsneu, nrei dada,
keletihan dan kelemahan
Kolaborasi:
1.
Mengkolaborasikan
dengan
dokter untuk memberikan obat digixin
2.
Mengkolaborasikan
dengan keluarga agar pasien mampu beraktivitas mandiri sesuai dengan
keadaannya
|
3.
Ansietas berhubungan dengan ancaman / perubahan status kesehatan.
|
Mandiri
:
1. Mengkaji tigkat kecemasan pasien
2. Menciptakan lingkungan nyaman dan tenang
3. Memberitahu pasien setiap tindakan yang akan di lakukan
4. Mendorong keluarga dan teman yang menjenguk untuk
menganggap pasien seperti sebelumnya
Kolaborasi
:
1. Memberikan sedatif, tranquilizer sesuai indikasi
|
EVALUASI
Diagnosa
|
Evaluasi
|
1.
Penurunan curah jantung berhubungan dengan
perubahan denyut irama jantung
|
S :
·
Pasien
mengatakan badannya sudah tidak lemas
·
Pasen
mengatakan sudah tidak berdebar-debar
·
Pasien
mengatakan tidak lagi merasa
kelelahan
·
Pasien
mengatakan kepalanya sudah tidak lagi pusing
O :
·
Pasien tampak lebih rileks
·
TTV :
TD
:120/90mmhg
Nadi
:88×/menit
RR :
20×/menit
A :
·
Masalah keperawatan teratasi
P :
·
Tindakan keperawatan dihentikan
|
2.
Intoleransi
aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan
oksigen & kelemahan umum
|
S :
·
Pasien mengatakan badannya sudah tidak lemas
O :
·
EKG menunjukkan normal tidak ada tanda-tanda
aritmia
·
Pasien tampak rileks
TTV :
TD
:120/90mmhg
Nadi
:88×/menit
RR :
20×/menit
A :
·
Masalah keperawatan teratasi
P :
·
Tindakan keperawatan dihentikan
|
3.
Ansietas berhubungan dengan ancaman / perubahan status kesehatan.
|
S:
·
Pasien mengatakan sudah tidak cemas
O:
·
Pasien tampak rileks
TTV :
TD
:120/90mmhg
Nadi
:88×/menit
RR :
20×/menit
A:
·
Masalah keperawatan teratasi
P:
·
Tindakan keperawatan dihentikan
|
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem kardiovaskuler
bertugas mengedarkan darah ke seluruh tubuh dimana darah mengandung oksigen dan
nutrisi yang diperlukan sel/jaringan untuk metabolisme. Sistem kardiovaskuler
juga membawa sisa metabolisme untuk dibuang melalui organ-organ
eksresi. Darah yang banyak mengandung oksigen ini akan dialirkan ke
seluruh tubuh agar akan terjadi proses metabolisme dalam tubuh kita. Jika
sistem itu sendiri terjadi kekacauan, maka akan berdampak juga pada sistem yang
lainnya yang akan membuat tidak optimalnya kerja sistem untuk menghasilkan
energi dan lain-lainnya, guna melancarkan aktivitas keseharian kita.
3.2 Saran
1. Mahasiswa
S1 Keperawatan menguasai teori mengenai gangguan Aritmia.
2. Mahasiswa
S1 Keperawatan dapat mengaplikasikan Teori tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Valerie dan Tina. 2007. Buku Ajar Anatomi Fisiologi Manusia. Jakarta: EGC
Vander
at all, 2001, Human Physiology : The
Mechanism of Body Function, Eight Edition: The McGraw Hills Company
Despopoulos, Color
Atlas Pysiology, Fifth Edition
M, Wilkinson dan Ahren. 2011. B uku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC
0 komentar:
Posting Komentar