Kamis, 23 Oktober 2014

SISTEM KARDIOVASKULER

Diposting oleh Unknown di 05.47


ARITMIA

DISUSUN OLEH :
LUTHFYANI WIDYA PRATAMA MULYA
S1 KEPERAWATAN


BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
            Jantung merupakan salah satu organ vital dalam tubuh manusia yang terletak dalam mediastinum di antara kedua paru-paru. Jantung memiliki fungsi utama sebagai pemompa darah. Jantung merupakan salah satu organ yang tidak  pernah beristirahat Dalam keadaan fisiologis, pembentukan rangsang irama denyut jantung berawal dari nodus sinoatrial (nodus SA) dan menyebar ke serat otot lainnya sehingga menimbulkan kontraksi jantung. Jika rangsang irama ini mengalami gangguan dalam pembentukannya dan penghantarannya, maka dapat terjadi gangguan pada kinerja jantung.
            Gangguan pada sistem kardiovaskuler merupakan masalah kesehatan utama yang dialami masyarakat pada umumnya. Hal ini dikarenakan, jantung mempunyai suatu sistem pembentukan rangsang tersendiri. Pada zaman modern ini, angka kejadian penyakit jantung semakin meningkat. Baik di Negara maju maupun berkembang, penyebab yang sering ditemukan adalah gaya hidup misalnya, diet yang salah, stress, kondisi lingkungan yang buruk, kurang olahraga, kurang istirahat dan lain-lain. Diet yang salah, seperti terlalu banyak mengkonsumsi junk food yang notabene banyak mengandung kolesterol jahat, yang berujung pada kegagalan jantung. Apalagi ditambah dengan lingkungan yang memiliki tingkat stressor tinggi, kurang olahraga, dan istirahat, maka resiko untuk terkena penyakit jantung akan semakin tinggi,
            Berbagai macam penyakit jantung seperti penyakit jantung koroner, infark miokard akut, hipertensi yang semuanya berujung pada gagal jantung dan komplikasi lainnya. Hal ini sangat membahayakan bagi kehidupan seseorang, sehingga untuk  mencegah komplikasi lebih lanjut harus segera mendapat perawatan medis di rumah sakit. Dari situ lah gunanya kita sebagai mahasiswa tingkat 2 S1 Keperawatan mempelajari kardiovaskuler.

1.2 Tujuan Penulisan
1.1.1        Mahasiswa S1 Keperawatan paham dengan komprehensif anatomi fisiologi jantung, definisi.
1.1.2        Mahasiswa S1 Keperawatan paham atas kaitannya anatomi fisiologi yang sudah terganggu dengan resiko yang ditimbulkan seperti gangguan kardiovaskuler, arythmia.


1.3  Rumusan masalah
1.3.1        Jelaskan anatomi fisiologi yang menandakan adanya arythmia
1.3.2        Jelaskan definisi aritmia
1.3.3        Jelaskan dan sebutkan jenis-jenis arythmia
1.3.4        Jelaskan etiologi aritmia
1.3.5        Bagaimana perjalanan patofisiologi aritmia
1.3.6        Bagaimana penatalaksanaan aritmia
1.3.7        Jelaskan asuhan keperawatan pada penderita aritmia

1.4  Sitematika Penulisan
1.4.1        BAB I             : Latar belakang, tujuan penulisan, rumusan masalah
1.4.2        BABII             : pembahasan anatomi fisiologi aythmia, definisi arythmia, jenis-jenis                      arythmia, Etiologi Aritmia, Patofisiologi aritmia, penatalaksanaan        aritmia, dan asuhan keperawatan aritmia.
1.4.3        BAB III          : kesimpulan, saran, dan daftar pustaka













BAB II
ARITMIA

2.1 Anatomi dan Fisiologi Jantung
Anatomi Jantung
1. Ukuran dan bentuk
Jantung adalah organ berongga berbentuk kerucut tumpul yang memiliki empat ruang yang terletak antara kedua paru-paru di bagian tengah rongga toraks. Dua pertiga jantung terletak di sebelah kiri garis midsternal. Jantung dilindungi mediastinum. Jantung berukuran kurang lebih sebesar kepalan tangan pemiliknya (Ethel, 2003: 228).
2. Pelapis
            a. Perikardium adalah kantong berdinding ganda yang dapat membesar dan           mengecil, membungkus jantung dan pembuluh darah besar. Kantong ini          melekat pada diafragma, sternum dan pleura yang membungkus paru-paru. Di         dalam perikardium terdapat dua lapisan yakni lapisan fibrosa luar dan lapisan           serosa dalam.
            b. Rongga perikardial adalah ruang potensial antara membran viseral dan    parietal (Ethel, 2003: 228-229). Membran viseral dan parietal sendiri     difungsikan untuk mencegah gesekan pada saat jantung berdenyut (valerie dan            Tina, 2007: 250).

3. Dinding Jantung
Terdiri dari tiga lapisan
            a. Epikardium luar tersusun dari lapisan sel-sel mesotelial yang berada di atas         jaringan ikat.
            b. Miokardium tengah terdiri dari jaringan otot jantung yang berkontraksi   utnuk memompa darah. Kontraksi miokardium menekan darah keluar ruang menuju arteri besar.
            c. Endokardium dalam tersusun dari lapisan endotellial yang melapisi          pembuluh darah yang memasuki dan meninggalkan jantung (Ethel, 2003:   229).


4. Tanda – tanda Permukaan
            a. Sulkus Koroner (atrioventrikular) mengelilingi jantung diantara atrium dan          ventrikel.
            b. Sulkus Interventrikular anterior dan posterior, memisahkan ventrikel kanan         dan ventrikrl kiri (Ethel, 2003: 230).

5. Rangka Fibrosa Jantung
            Tersusun dari nodul-nodul fibrokartilago di bagian atas septum        interventrikular dan cincin jaringan ikat rapat di sekeliling bagian dasar trunkus pulmonar dan aorta (Ethel, 2003: 230).
6. Ruang Jantung
            1. Ada empat ruang, atrium kanan dan kiri atas yang dipisahkan oleh septum          intratrial, ventrikel kanan dan kiri bawah dipisahkan oleh septum           interventrikular.
            2. Dinding atrium relatif tipis. Atrium menerima darah dari vena yang         membawa darah kembali ke jantung.

                        a. Atrium kanan terletak dalam bagian superior kanan jantung,                                 menerima             darah dari seluruh jaringan kecuali paru-paru.
                        (1) Vena cava superior dan inferior membawa darah yang tidak                               mengandung   oksigen dari tubuh kembali ke jantung.
                        (2) Sinus koroner membawa kembali darah dari dinding jantung itu                         sendiri.

                        b. Atrium kiri di di bagian superior kiri jantung, berukuran lebih kecil                      dari             atrium kanan, tetapi dindingnya lebih tebal. Atrium kiri                                menampung empat             vena pulmonalis yang mengembalikan darah              teroksigenasi dari paru-paru.

            3. Ventrikel berdinding tebal. Bagian ini mendorong darah ke luar jantung menuju arteri yang membawa darah meninggalkan jantung.
                        (1) Ventrikel kanan terletak di bagian inferior kanan pada apeks                              jantung.             Darah meninggalkan ventrikel kanan melalui trunkus                        pulmonar dan mengalir             melewati jarak yang pendek ke paru-                         paru.
                        (2) Ventrikel kiri terletak di bagian inferior kiri pada apeks jantung.                         Tebal             dindingnya 3 kali tebal dinding ventrikel kanan darah                                  meninggalkan ventrikel             kiri melalui aorta dan mengalir ke                               seluruh bagian tubuh kecuali paru-paru.
                        (3) Trabeculae carneae adalah hubungan otot bundar atau tidak teratur                    yang             menonjol dari permukaan bagian dalam kedua ventrikel ke                           rongga ventrikuler             (Ethel, 2003: 229).
7. Katup Jantung
1)      Katup Trikuspid yang terletak antara atrium kanan dan ventrikel kanan.
2)      Katup Bikuspid yang terletak antara atrium kiri dan ventrikel kiri.
3)      Katup Semilunar aorta dan pulmonary terletak di jalur keluar ventrikular jantung sampai ke aorta ke trunkus pulmonar (Ethel, 2003: 229-230)
8. Aliran Darah ke dan dari Jantung
1) Sirkuit pulmonar adalah jalur untuk menuju dan meninggalkan paru-paru.
2) Sisi kanan jantung menerima darah terdeoksigenasi dari tubuh dan mengalirkannya ke paru-paru untuk dioksigenasi. Darah yang sudah teroksigenasi kembali ke sisi kiri jantung.
3) Atrium kanan katup trikuspid Ventrikel kanan
4) Katup semilunar arteri pulmonar kanan dan kiri
5) kapilar paru vena pulmonar atrium kiri.
6) Sirkuit sistemik adalah jalur menuju dan meninggalkan bagian tubuh.
7) Sisi kiri jantung menerima darah teroksigenasi dari paru-paru dan mengalirkannya ke seluruh tubuh.
8) Atrium kiri katup bikuspid Ventrikel kiri katup semilunar trunkus aorta regia dan organ tubuh (otot, ginjal, otak) (Ethel, 2003: 230-231).
9. Sirkulasi Koroner
1. Arteri koroner kanan dan kiri merupakan cabang aorta tepat diatas katup semilunar aorta
            a. cabang utama dari artri koroner kiri ;
            (1) Arteri interventrikular anterior (desenden), yang mensuplai darah ke      bagian anterior             ventrikel kanan dan kiri serta membentuk satu cabang,         arteri marginalis kiri yang mensuplai             darah ke ventrikel kiri.
            (2) Arteri sirkumfleksa mensuplai darah ke atrium kiri dan ventrikel kiri.
            b. cabang utama dari arteri koroner kanan ;
            (1) Arteri interventrikular posterior (desenden), yang mensuplai darah untuk           kedua dinding             ventrikel.
            (2) Arteri marginalis kanan yang mensuplai darah untuk atrium kanan dan   ventrikel kanan.
2. Vena jantung mengalirkan darah dari miokardium ke sinus koroner, yang kemudian bermuara di atrium kanan.
3. Darah mengalir melalui arteri koroner terutama saat otot-otot jantung berelaksasi karena arteri koroner juga tertekan pada saat kontraksi berlangsung (Ethel, 2003: 231)

Fisiologi Jantung

1. Sistem konduksi jantung
a. Nodus sinoatrial (nodus S-A) adalah suatu masa jaringan otot jantung khusus yang terletak di dinding posterior atrium kanan tepat di bawah pembukaan vena cava superior. Nodus S-A mengatur frekuensi kontraksi irama, sehingga disebut pemacu jantung. Sel-sel dalam SA Node ini bereaksi secara otomatis dan teratur mengeluarkan impuls (rangsangan listrik) dengan frekuensi 60 – 100 kali permenit kemudian menjalar ke atrium, sehingga menyebabkan seluruh atrium terangsang
b. Nodus atrioventrikular (nodus A-V) berfungsi untuk menunda impuls seperatusan detik, sampai ejeksi darah atrium selesai sebelum terjadi kontraksi ventrikular.
c. Berkas A-V atau bundle His berfungsi membawa impuls di sepanjang septum interventrikular menuju ventrikel (Ethel, 2003: 231-232).
d. Serabut purkinje adalah serabut otot jantung khusus yang mampu menghantar impuls dengan kecepatan lima kali lipat kecepatan hantaran serabut otot jantung.




Peristiwa Listrik Pada Jantung
                    Miokardium seperti halnya otot rangka, dapat berkontraksi setelah diinisiasi oleh potensial aksi yang berasal dari sekelompok sel konduktif pada SA node (nodus sinoatrial) yang terletak pada dinding atrium kanan.
                    Dalam keadaan normal, SA node berperan sebagai pacemaker (pemicu) bagi kontraksi miokardium. Selanjutnya potensial aksi menyebar ke seluruh dinding atrium dan menyebabkan kontraksi atrium. Selain menyebar ke seluruh dinding atrium, impuls juga menyebar ke AV node (nodus atrioventrikular) melalui traktus internodal, kemudian ke berkas his dan selanjutnya ke sistem purkinye. Penyebaran impuls pada sistem purkinye menyebabkan kontraksi ventrikel.
     Penyebaran potensial aksi pada ventrikel terdiri dari 5 fase yaitu :
1.      Fase 0 depolarisasi cepat
Yaitu masuknya arus natrium ekstraseluler ke dalam intraseluler yang berlangsung dengan cepat. Menyebabkan keadaan di dalam (+) di luar (-)
2.      Fase 1 Repolarisasi parsial
Yaitu perubahan kadar ion sebagai penyeimbang atau proses repolarisasi yang mengembalikan potensial dalam sel menjadi seimbang. Terjadi akibat penutupan atau inaktivasi Na.
3.      Fase 2 Prolonged Plateu
Kalsium mulai masuk ke dalam sel miokard dengan laju lambat dan menyebabkan keadaan stabil atau tidak terjadi perubahan muatan listrik, ion masuk dan ke luar seimbang.
4.      Fase 3 Late Rapid
Fase ini merupakan fase pengembalian potensial intrasel ke potensial istirahat, akibat pengeluaran kalium dari dalam sel ke luar sel, sehingga mengurangi muatan positif di dalam sel.
5.      Fase 4 Resting Membrane Potential
Fase ini disebut dengan fase istirahat. Dimana sel miokard kembali bermuatan (+) di luar dan bermuatan (-) di dalam sel, hal ini disebut dengan polarisasi.

2. Siklus jantung
            Siklus jantung mencakup periode dari akhir kontraksi (sistole) dan relaksasi (diastole) jantung sampai akhir sistole dan diastole berikutnya. Kontraksi jantung mengakibatkan perubahan tekanan dan volume darah dalam jantung dan pembuluh utama yang mengatur pembukaan dan penutupan katup jantung serta aliran darah yang melalui ruang-ruang dan masuk ke arteri.
Peristiwa mekanik dalam siklus jantung ;
     a. selama masa diastole (relaksasi), tekanan dalam atrium dan ventrikel sama-sama rendah, tetapi tekanan atrium lebih besar dari tekanan ventrikel.
            (1) atrium secara pasif terus – menerus menerima darah dari vena (vena cava           superior dan             inferior, vena pulmonar).
            (2) darah mengalir dari atrium menuju ventrikel melalui katup A-V yang     terbuka.
            (3) Tekanan ventrikular mulai meningkat saat ventrikel mengembang untuk             menerima darah yang masuk.
            (4) Katup semilunar aorta dan pulmonar menutup karena tekanan dalam      pembuluh-pembuluh lebih besar daripada tekanan dalam ventrikel.
            (5) Sekitar 70% pengisian ventrikular berlangsung sebelum sistole atrial.
b. Akhir diastole ventrikular, nodus S-A melepas impuls, atrium berkontraksi dan peningkatan tekanan dalam atrium mendorong tambahan darah sebanyak 30% ke dalam ventrikel.
c. Sistole ventrikular. Aktivitas listrik menjalar ke ventrikel yang mulai berkontraksi. Tekanan dalam ventrikel meningkat dengan cepat dan mendorong katup A-V untuk segera menutup.
d. Ejeksi darah ventrikular ke dalam arteri
            (1) Tidak semua darah ventrikular dikeluarkan saat kontraksi. Volume sistolik        akhir darah             yang tersisa pada akhir sistole adalah sekitar 50 ml
            (2) Isi sekuncup (70 ml) adalah perbedaan volume diastole akhir (120 ml) dan        volume sistole akhir (50 ml)
e. Diastole ventrikular
            (1) Ventrikel berepolarisasi dan berhenti berkontraksi. Tekanan dalam         ventrikel menurun             tiba-tiba sampai di bawah tekanan aorta dan trunkus             pulmonary, sehingga katup semilunar             menutup (bunyi jantung kedua).
            (2) Adanya peningkatan tekanan aorta singkat akibat penutupan katup        semilunar aorta.
                        (3) Ventrikel kembali menjadi rongga tertutup dalam periode relaksasi                                isovolumetrik karena   katup masuk dan katup keluar menutup. Jika tekanan                       dalam ventrikel menurun tajam dari     100 mmHg samapi mendekati nol, jauh                      dibawah tekanan atrium, katup A-V membuka dan siklus jantung dimulai                         kembali (Ethel, 2003: 234-235).

3. Perdarahan Sirkulasi Koroner
                        Karena jantung berkerja menggunakan otot khusus yaitu otot jantung yang sifatnya berkerja tanpa perintah otak. Maka jantung berdeneyut menggunakan suatu sistem konduksi untuk menggerakkan otot miokardium. Sehingga selain kerja jantung adalah sebagai pemompa darah ke seluruh tubuh dan ke paru-paru. Jantung juga memperdarahai dirinya sendiri guna menutrisikan bagian jaringan-jaringan yang bekerja di jantung. Suplai darah miokardium berasal dari dua arteri koronaria yang berasal dari radiks aorta.
(1)   RCA (right coronary arteri) menyuplai sebagian besar ventrikel kanan. Mempunyai cabang arteri meginalis yang memperdarahi ventrikel kanan dan arteri intraventrikularis posterior yang memperdarahi kedua ventrikel.
(2)   LCA (left coronary arteri), ukurannya lebih besar menyuplai sebagian besar ventrikel kiri berasal dari sinus aorta posterior(belakang). Mempunyai cabang arteri intraventrikularis anterior yang memperdarahi ventrikel sinistra dextra et sinistra dan septum intraventrikularis dan arteri circumflex yang juga memperdarahi atrium sinistra dan ventrikel sinistra.


2.2  Definisi Aritmia
            Gangguan irama jantung atau aritmia merupakan komplikasi yang sering terjadi pada infark miokardium. Aritmia atau disritmia adalah perubahan pada frekuensi dan irama jantung yang disebabkan oleh konduksi elektrolit abnormal atau otomatis (Doenges, 1999).
            Aritmia timbul akibat perubahan elektrofisiologi sel-sel miokardium. Perubahan elektrofisiologi ini bermanifestasi sebagai perubahan bentuk potensial aksi yaitu rekaman grafik aktivitas listrik sel (Price, 1994).
            Gangguan irama jantung tidak hanya terbatas pada iregularitas denyut jantung tapi juga termasuk gangguan kecepatan denyut dan konduksi (Hanafi, 1996).
            Jadi kesimpulan dari beberap adefinisi diatas yaitu, gangguan listrik jantung atau dalam istilah medis dikenal dengan istilah Aritmia / Disritmia adalah suatu keadaan dimana impuls listrik yang mengkoordinasikan denyut jantung seseorang tidak berfungsi dengan baik, sehingga dapat menyebabkan denyut jantung terlalu cepat (disebut takiaritmia jika denyut jantung > 100/menit), terlalu lambat (disebut bradiaritmia jika denyut jantung < 60x/menit) atau bahkan denyut jantung yang tidak teratur (irregular).

2.3  Jenis Arythmia
Sesuai dengan pengertian Arythmia diatas yaitu gangguan pada hantaran atau sistem konduksi jantung yang menyebabkan ketidak teraturan irama jantung. Ada juga pengertian dan maksud dari aritmia / disritmia jantung ini adalah variasi-variasi diluar irama normal jantung. Kelainannya irama jantung ini bisa berhubungan dengan kecepatan, keteraturan, atau tempat asal impuls atau urutan aktivasi dari listrik jantung itu sendiri yang tergambarkan dari perekaman EKG. Untuk bisa mengetahui akan aritmia ini kita juga perlu mengetahui bagaimana cara membaca EKG normal sehingga dengan mengetahui gambaran EKG yang normal maka kita bisa mengetahui pula akan jenis aritmia yang tidaklah sedikit jumlahnya itu.

Untuk membaca EKG kita harus mengetahui akan dasar-dasar EKG dan pembacaan EKG itu sendiri. Pembacaan EKG normal terdiri dari :
1.      Irama : ukur jarak R-R, teratur atau tidak.
2.      Frekuensi (HR) : dapat dipergunakan 3 cara berikut. : A.300 dibagi jumlah kotak besar jarak R-R. B. 1500 dibagi jumlah kotak kecil jarak R-R. C. Bila jarak R-R tidak teratur : dalam 30 kotak besar (6 detik) hitung jumlah QRS-nya, lalu kalikan 10.
3.      Gelombang P: normal, ada atau tidak, dan apakah selalu diikuti kompleks QRS.
4.      Interval P-R : normalnya, 0,12-0,20 detik, dan apakah jaraknya memanjang atau tidak.
5.      Gelombang QRS: normalnya, 0,06-0,12 detik.

Macam disritmia ini dibedakan dari asalnya dan ini terbagi dari beberapa macam sumber aritmia. Sumber aritmia dibedakan menjadi :
·         Aritmia yang bersumber dari Nodus SA (SA Node)
·         Aritmia yang bersumber dari Atrium.
·         Aritmia yang bersumber dari Nodus AV. (AV Node)
·         Aritmia yang bersumber dari Ventrikel.
·         Aritmia yang bersumber dari Supraventrikel.

Dari berbagai macam sumber dan asal disritmia tadi di atas bisa dibekana kembali menjadi jenis aritmia jantung dan bisa dibedakan menjadi:

A. Jenis aritmia yang berasal dari nodus SA, yaitu :
1.      Bradikardia Sinus Sinus bradikardia adalah denyut jantung abnormal lambat (yaitu, kurang dari 60 denyutan per menit).
2.      Takikardia Sinus Takikardia sinus adalah peningkatan denyut jantung yang normal dan teratur. Kondisi ini terjadi ketika nodus sinoatrial (alat pacu jantung alami) mengirimkan sinyal-sinyal listrik lebih cepat dari biasanya. Denyut jantung cepat, tetapi jantung bekerja dengan benar.
      Takikardia sinus dapat disebabkan oleh kecemasan, ketakutan, demam, olahraga atau kondisi seperti anemia, hipertiroidisme, serangan jantung atau gagal jantung, dan perdarahan berat.
3.      Sinus Arrest terjadi istirahat denyut jantung setelah beberapa adanya denyut jantung yang teratur.
4.      Blok Sinoatrial Gangguan konduksi jantung di mana respon atrium ditunda atau dihilangkan karena gangguan parsial atau lengkap dengan penjalaran impuls dari node sinoatrial ke atrium.
5.      Aritmia Sinus suatu kondisi dimana terjadi perbedaan detak jantung saat inspirasi (menarik napas) dan ekspirasi (membuang napas).
6.      SSS (sick sinus syndrome) jenis aritmia yang mana menunjukkan bahwa nodus SA tidak berfungsi secara baik.

B. Jenis aritmia yang berasal dari Atrium.
1.      Extrasystole Atrial/Kompleks Atrial Premature tidak teratur karena ada irama yang timbul lebih awal.
2.      WAP (wandering atrial pacemaker) jika dilihat dari gambaran EKG P wave nya akan terlihat tidak beraturan
3.      AF (atrial fibrilasi) Sebagai gangguan irama ektopik atrium yang cepat dengan frekuensi atrium 400 – 650 X / menit.
4.      AFL (atrial flatter) Flutter merupakan irama ektopik atrium cepat dengan frekuensi 250 – 350 X / menit
5.      SVT (supraventrikel takikardia Supraventrikular Takiaritmia terjadi karena adanya faktor reentri impuls pada SA node / atrium.

C. Jenis disritmia yang berasal dari Nodus AV.
1.      Juctional bradikardia irama ini terjadi pada sel pacu jantung di berkas His dengan laju < 60 x/menit.
2.      Juctional takikardia irama ini terjadi pada sel pacu jantung di berkas His dengan laju > 60 x/menit.
3.      Juctional Extrasystole
4.      Juctional acceleration

D. Jenis aritmia yang berasal dari Ventrikel.
       Hampir sebagian besar aritmia, yang berasal dari ventrikel memiliki resiko/potensi mengancam jiwa pada pasien yang memiliki kelainan jantung. Dan ada beberapa jenis aritmia ini yang membutuhka resusitasi jantung.
1.      VES (ventrikel extrasystole)/PVC (premature ventrikel compleks) dan meliputi : VES bigemini, VES trigemini, VES quadrigemini, VES multifokal, VES consecutive, VES RonT. Adalah denyutan prematur yang muncul lebih dini dari denyutan yang diharapkan. Biasanya gelombang T menunjukkan arah yang berlawan dengan QRS.
2.      Acceleration Idiovetrikular di dalam gambaran EKG akan terlihat PRint tidak terindentifikasi QRS melebar, cirinya irama teratur, heart rate bradikardi 20-40x/menit.
3.      VT (ventrikel takikardia) terbagi : keadaan ini ditandai dengan lebih dari tiga PVC berurutan dengan laju lebih dari 100x/menit. Jika muncul kurang dari 30 detik disebut nonsustained VT, jika lebih dari 30 detik disebut sustained VT.
4.      VF (ventrikel fibrilasi) tidak ada depolarisasi ventrikel yang terorganisasi, sehingga tidak ada kontraksi miokard yang efektif dan tidaak ada pulsasi nadi, terdiri dari VF kasar (coarse) dan VF halus (fine).
5.      Asistole dan asistole sama sekali tidak ada aktivitas listrik ventrikel
6.      Torsade de pointes
7.      PEA (pulseless electrical activity)

E. Jenis aritmia yang berasal dari Supraventrikel.
       Aritmia macam ini ada yang membutuhkan pemasangan pacu jantung sementara (TPM) Temporary Pace Maker. Dan ada yang membutuhkan pemasangan pacu jantung permanen (PPM) Permanen pace Maker. Av block terganggu sistem hantaraannya.
1.      AV Blok derajat 1. terlihat oada gambaran EKG tipe ini memiliki irama yang teratur heart ratenya terhitung normal 60-100x/menit. Namun pada P-R intervalnya memanjang konstan.



2.      AV Blok derajat 2 type Mobitz 1 / Wenchebach. Interval PR makin memanjang, suatu saat ada gelombang QRS yang hilang. Setelah jeda di mana node AV pulih maka siklus ini akan berulang.
3.      AV Blok derajat 2 type Mobitz 2. Ratio AV konduksi (gelombang P diikuti kompleks QRS) umumnya 2:1, 3:1, atau 4:1. QRS kompleks biasanya luas karena blok ini biasanya melibatkan kedua cabang bundel. Interval PR tetap, suatu saat ada gelombang QRS yang hilang
AV B4. AV Blok derajat 3 atau Total AV Block. Di dalam gambaran EKG Pwave terlihat normal, tetapi ada gelombang P berdiri sendiri sehingga Gelombang P ada yang tidak diikuti QRS.








2.4  Etiologi Penyakit Aritmia
Etiologi aritmia jantung dalam garis besarnya dapat disebabkan oleh :
1.      Alkohol yang berlebihan
2.      Kadar hormon tiroid yang berlebihan
3.      Tingkat oksigen darah yang rendah
4.      Stress
5.      Merokok
6.      Peradangan jantung misalnya demam rematik, peradangan miokard (miokarditis karena infeksi)
7.      Gangguan sirkulasi koroner (arterosklerosis koroner atau spasme arteri koroner), misalnya iskemia miokard, infark miokard.
Gangguan sirkulasi yaitu tidak efektifnya masuknya  suplai oksigen kedalam pembuluh darah arteri koroner.
8.      Karena obat (intoksikasi) antara lain oleh digitalis, quinidin dan obat-obat anti aritmia lainnya.
Karna pasien terlalu banyak mengkonsumsi obat-obatan sehingga berpengaruh pada sistem kerja jantung atau mengganggu jalannya sistem kerja jantung.
9.      Gangguan keseimbangan elektrolit (hiperkalemia, hipokalemia).
Hiperkalemia yaitu keadaan kadar kalium darah yang lebih timggi dari normal
Hipokalemia yaitu keadaan kadar kalium darah yang rendah
Dari jantung mengalirkan darah keseluruh tubuh dan kesemua organ jika jantung tidak dapat mengalirkan darah secara optimal maka aliran darah yang seharusnya ke ginjal pun akan terganggu sehingga produksi urine berkurang.
10.  Gangguan pada pengaturan susunan saraf otonom yang mempengaruhi kerja dan irama jantung. 
11.  Gangguan metabolik (asidosis, alkalosis)
12.  Gangguan endokrin (hipertiroidisme, hipotiroidisme).
13.  Gangguan irama jantung karena kardiomiopati atau tumor jantung.
Kardiomiopati adalah kerusakan atau gangguan otot jantung sehingga menyebabkan dinding-dinding jantung tidak bergerak sempurna dalam menyedot dan memompa darah. Penderita kardiomiopati seringkali berisiko terkena arritmia dan gagal jantung mendadak.
14.  Gangguan hantaran : SA node --» AVnode (biasanya membutuhkan waktu untuk hantaran 0,20 second) , karena mengalami gangguan hantaran maka waktu untuk menuju AVnode menjadi lebih lama.
15.  Gangguan pembentukan impuls
a.       kelainan automatisasi
Pada keadaan normal, automatisasi (depolarisasi spontan) hanya terjadi pada nodus SA. Hal ini disebabkan karena impuls-impuls yang dicetuskan di nodus SA sedemikian cepatnya sehingga menekan proses automatisasi di sel lain.
Apabila terjadi perubahan tonus susunan saraf pusat otonom atau karena suatu penyakit di Nodus SA sendiri maka dapat terjadi aritmia
b.      trigger automatisasi
Dasar mekanisme trigger automatisasi ialah adanya early dan delayed after-depolarisation yaitu suatu voltase kecil yang timbul sesudah sebuah potensial aksi.
Apabila suatu ketika terjadi peningkatan tonus simpatis misalnya pada gagal jantung atau terjadi penghambatan aktivitas sodium-potassium-ATP-ase misalnya pada penggunaan digitalis, hipokalemia atau hipomagnesemia atau terjadi reperfusi jaringan miokard yang iskemik misalnya pada pemberian trombolitik maka keadaan-keadaan tersebut akan mnegubah voltase kecil ini mencapai nilai ambang potensial sehingga terbentuk sebuah potensial aksi prematur yang dinamakan “trigger impuls”.
Trigger impuls yang pertama dapat mencetuskan sebuah trigger impuls yang kedua
kemudian yang ketiga dan seterusnya samapai terjadi suatu iramam takikardai.


16.  Jantung koroner yang menyebabkan terjadinya Aritmia :
Jantung koroner berkaitan antara sistem konduksi dengan jantung koroner. Jantung koroner adalah adanya suatu penyumbatan didalam arteri koronaria. Arteri koroner kanan memberikan asupan makanan ke atrium kanan, ventrikel kanan dan kesebagian ventrikel kiri. Jika atrium kanan, ventrikel kanan dan sebagian ventrikel kiri tidak mendapatkan asupan makanan maka sistem perjalanan impuls terhambat sehingga menyebabkan Aritmia.





























































2.6  Penatalaksanaan Aritmia
            Disritmia umumnya ditangani dengan terapi medis, seperti yang diterangkan diatas.Pada situasi dimana obat saja tidak mencukupi, disediakan berbagai terapi mekanis tambahan.Terapi yang paling sering adalah kardioversielektif, defibrilasi dan pacemaker.Penatalaksanaan bedah meskipun jarang juga dapat dilakukan.
  1. Kardioversi
Kardioversi mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan disritmia yang memiliki kompleks QRS, biasanya merupakan prosedur elektif.Pasien dalam keadaan sadar dan diminta persetujuannya. Digoksin biasanya dihentikan, 48 jam sebelum dilakukan kardioversi untuk mencegah terjadinya disritmia pasca kardioversi. Pasien biasanya diberi penenang secara intravena sebelum kardioversi dilakukan untuk membantu anestesi, dan jarang sekali diintubasi setelah anestesi.Besarnya volyase yang digunakan bervariasi mulai dari 25 sampai 400 watt-detik.Sinkroniser dihidupkan.
            Defibrilasi disinkronkan dengan monitor jantung sehingga impuls listrik akan keluar selama depolarisasi ventrikel (kompleks QRS). Bila tidak disinkronkan, defibrillator dapat mengeluarkan impuls listrik selama periode peka (gelombang T), menghasilkan takikardi ventrikel atau fibrilasi. Tidak ada QRS yang akan terbaca pada fibrilasi ventrikel; sinkroniser tetap dihidupkan, mesin tak akan menyala karena menunggu respon QRS.
            Bila terjadi fibrilasi ventrikel setelah kardioversi, maka defibrillator harus di-recharge segera, sinkroniser dimatikan, dan defibrilasi diulangi. Setelah penggunaan, defibrillator harus dimatikan untuk mencegah tertekannya pedal secara tidak sengaja. Aliran oksigen harus dihentikan selama kardioversi, bila mungkin untuk mencegah kebakaran.
            Petunjuk keberhasilan ditandai dengan konversi ke irama sinus, denyut nadi perifer kuat, dan tekanan darah yang adekuat.Jalan napas harus tetap dijaga, dan kesadaran pasien harus dikaji.Tanda vital harus dipantau dan dicatat sampai pasien stabil.Pemantauan EKG sangat diperlukan selama dan setelah kardioversi.

  1. Defibrilasi
            Defibrilasi  adalah kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan darurat. Biasanya terbatas bagi penatalaksanaan fibrilasi ventrikel apabila tidak ada irama jantung yang terorganisasi. Defibrilasi akan mendepolarisasi secara lengkap semua sel miokard sekaligus, sehingga memungkinkan nodus sinus memperoleh kembali fungsinya sebagai pacemaker. Tegangan listrik yang lebih besar dari kardioversi diperlukan untuk mendefibrilasi jantung.Berikut ini beberapa kunci pokok yang harus diingat saat membantu melakukan defibrilasi atau kardioversi.
  1. Gunakan bahan konduktor diantara kulit dengan pedal, seperti kasa salin atau pasta elektroda
  2. Letakkan pedal sedemikian rupa sehingga membentuk lengkung yng efektif
  3. Berikan tekanan sebesar 20 sampai 25 pound pada setiap pedal agar tepat kontak dengan kuli
  4. Jagalah keamanan dengan cara meyakinkan tak ada seorangpun yang menyentuh tempat tidur atau pasien saat pedal dinyalakan
  5. Pada kasus fibrilasi ventrikel, resusitasi jantung paru (RJP) harus dilakukan dan diteruskan sampai defibrilasi mekanis tersedia dan berhasil.
Bila defibrilasi tidak berhasil, harus segera dilakukan resusitasi jantung paru.Epinefrin mungkin perlu digunakan bila pola fibrilasi ventrikelnya halus; artinya, tak ada gelombang undulasi yang terbaca. Epinefrin dapat membuat fibrilasi menjadi lebih kasar sehingga memudahkan untuk mengkonversi defibrilasi. Natrium bikarbonat diberikan untuk mengatasi asidosis akibat berkurangnya perpindahan respirasi.Epinefrin dan natrium bikarbonat saling berlawanan apabila dicampur, oleh sebab itu harus diberikan secara terpisah.Tekanan darah disokong dengan vasopresor.Masase jantung eksternal dan ventilasi tidak boleh dihentikan selama resusitensi sebelum 5 detik.

  1. Defibrillator Kardioverter Implantable
            Defibrillator kardioverter implantable (ICD=implantable cardioverter Defibilator) adalah suatu alat untuk mendeteksi dan mengakhiri episode takikardia ventrikel yang mengancam jiwa atau pada pasien yang mempunyai resiko tinggi mengalami fibrilasi ventrikel. Pasien yang beresiko tinggi adalah mereka yang pernah selamat dari sindrom henti jantung mendadak, takikardia ventrikel berkepanjangan atau sinkop sekunder akibat takikardia ventrikel.Kebanyakan pasien tersebut tidak berespons terhadap pengobatan atau ablasi pembedahan jaringan miokard.Inilah populasi pasien yang cocok untuk menjalani ICD.
            System mekanis terdiri dari pembangkit pulsa listrik, dua lead pengindra frekuensi, dan dua lead untuk memasukkan syok listrik langsung ke otot jantung. Alat ini dipasang melalui torakotomi dengan pembedahan. Lead pengindera frekuensi dirancang untuk merespons dua criteria; perubahan frekuensi dan perubahan panjang segmen garis isoelektrik. Bila terjadi disritmia, sensor frekuensi memerlukan waktu 5 sampai 7 detik listrik dan merubah irama.Alat ini bila diperlukan dapat membuat 6 kejutan listrik.
            Penggunaan ICD tidak menghilangkan terapi medis disritmia.Pengobatan diberikan bersamaan dengan teknologi ini.
            Komplikasi utama sehubungan dengan ICD berasal dari paru.Dua komplikasi yang paling sering adalah disfungsi paru, akibat torakotomi yang diperlukan untuk pemasangan ICD, dan infeksi pemedahan.Ada juga komplikasi yang lebih ringan sehubungan dengan aspek teknik peralatan seperti habisnya baterai sebelum waktunya atau patahnya lead.Meskipun ada kemungkinan komplikasi, namun para klinisi sepakat bahwa terapi ini lebih banyak memberikan keuntungan kepada pasien disbanding risiko yang harus dialami.
            Intervensi keperawatan bagi pasien dengan ICD dilakukan dalam tiga fase yang berbeda: praoperatif, pascaoperatif, dan saat sebelum pemulangan. Fase pertama, atau fase praoperatif memerlukan penatalaksanaan episode akut disritmia yang mengancam jiwa disamping memberikan penjelasan kepada pasien dan keluarganya mengenai pemasangan ICD.Fase pascaoperasif meliputi observasi ketat terhadap pasien dan responsnya terhadap teknologi baru ini.Fase sebelum pemulangan lebih banyak mencakup pendidikan dan hal ini sangat penting agar pasien dapat hidup mandiri.

  1. Terapi pacemaker
            Pacemaker adalah alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi jantung.Alat ini memulai dan mempertahankan frekuensi jantung ketika pacemaker alamiah jantung tak mampu lagi memenuhi fungsinya.Pacemaker biasanya digunakan bila pasien mengalami gangguan hantaran atau loncatan gangguan hantaran yang mengakibatkan kegagalan curah jantung.Pacemaker bisa bersifat permanen atau temporer.Pacemaker permanen biasanya digunakan pada penyekat jantung komplet ireversibel; sedang pacemaker temporer digunakan sebagai terapi tambahan untuk menyokong pasien yang mengalami penyekat jantung akibat infark miokard atau setelah pembedahan jantung terbuka.Pada beberapa kasus, pacemaker dapat juga digunakan untuk mengontrol takikardi disritmia yang tidak berespons terhadap terapi pengobatan.
Rancangan pacemaker
            Pacemaker tersusun atas dua komponen:  (1) Pembangkit pulsa listrik yang mengandung sirkuit dan baterai yang membangkitkan stimulus listrik; dan (2) Elektroda pacemaker (juga disebut lead atau kabel) yang menghantarkan impuls pacemaker ke jantung. Stimulus dari pacemaker berjalan melalui vena ke ventrikel kanan atau dimasukkan melalui tusukkan ke dinding dada.Pembangkit pulsa biasanya ditanam dikantung bawah kulit didaerah pectoral atau aksiler; kadang-kadang juga dipilih daerah abdomen.
            Pembangkit pacemaker diisolasi untuk melindungi dari kelembaban dan panas tubuh.Pembangkit pulsa atau pacemaker mempunyai suplai tenaganya sendiri, yang disediakannoleh sel baterai. Sumber tenaga utama yang sering digunakan akhir-akhir ini adalah baterai merkuriseng (bertahan selama 3 sampai 4 tahun), unit sel litium (berhatan sampai 10 tahun) dan pacemaker bertenaga nuklir yang bertahan 20 tahun sampai seumur hidup. Ada juga pacemaker yang dapat diisi di luar.Karena pacemaker bergantung pada baterai, maka kehabisan baterai tak dapat dihindari (kecuali yang bertenaga nuklir dan yang dapat diisi ulang).Dengan demikian, pembangkit yang mengandung baterai harus diganti secara berkala.
Jenis-jenis pacemaker
            Pacemaker yang paling sering digunakkan adalah pacemaker demand (sinkronus, nonkompetitif) yang diatur pada frekuensi tertentu dan menstimulasi jantung saat tidak terjadi repolarisasi jantung normal.Jenis ini hanya berfungsi bila frekuensi alami jantung berjalan dibawah ambang tertentu. Pacemaker fixed rate (asinkronus, kompetitif) menstimulasi ventrikel pada frekuensi konstan yang sudah diatur sebelumnya, dan tidak tergantung irama pasien. Jenis ini jarang dipakai, biasanya pada pasien dengan penyekat jantung komplet atau stabil.
            System pacemaker sementara.Cetusan sementara basanya merupakan prosedur gawat darurat dan memungkinkan bila mengobservasi efek cetusan terhadap fungsi jantung sehingga kecepatan cetusan optimum pasien dapat dipilih sebelum pacemaker permanen dipasang.Jenis ini digunakan pada pasien yang mengalami infark miokard dengan komplikasi penyakit jantung, pada pasien dengan henti jantung dengan bradikardia dan asistole atau pada pasien pasca operasi pembedahan jantung tertentu.Cetusan sementara dapat digunakan selama berjam-jam, berhari-hari atau berminggu-minggu dan diteruskan sampai kondisi pasien baik atau sampai pacemaker dipasang.
            Cetusan sementara dapat dilakukan dengan pendekatan endokardial (transvena) atau dengan pendekatan transtorakal ke miokardium.Elektroda transvena dipasang dibawah pengawasan fluoroskopi melalui berbagai vena perifer (antekubital, bhakhial, jugular, subklavia, femoral), dan ujung kateter diletakkan di apeks ventrikel kanan.Komplikasi yang paling sering terjadi selama pemasangan pacemaker adalah disritmia ventrikel.Jarang terjadi perforasi jantung.Defibrillator harus selalu tersedia.
            System pacemaker permanen.Untuk cetusan permanen, lead endokardial dimasukkan secara transvena kedalam ventrikel kanan, dan pembangkit pulsa di pasang didalam tubuh dibawah kulit didaerah pektorial kiri atau kanan atau dibawah klavikula. Hal ini disebut implant endokardial atau transvena. Prosedur ini biasanya dilakukan dengan anestesi lokal. Metoda lain cetusan permanen adalah memasang pembangkit pulsa ke dinding abdomen. Elektroda dimasukkan secara transtorakal ke miokardium dan dijahit.Untuk metoda ini, yang dinamakan epikardial atau implan miokadrial, diperlukan torakotomi untuk mencapai jantung.
            Pacemaker Atrioventrikel.Teknologi pacemaker, melalui perkembangan pacemaker AV, telah membantu perkembangan terapi pacemaker yang aman dan efektif untuk berbagai masalah jantung yang kompleks.Pacemaker AV diangap yang paling disukai karena dapat diprogram agar menyerupai fungsi intriksik jantung pasien itu sendiri; sehingga dinamakan pacemaker fisiologis.
            Karena kerja  pacemaker yang memuaskan, maka telah dibentuk suatu kode umum sebagai wahana komunikasi yang aman mengenai fungsinya. Pengkodean tersebut didasarkan pada kode ICHD karena sangsinya dijalankan oleh Inter Society Commision for Heart Disease.Kode yang komplet terdiri atas 5 pernyataan, tapi hanya 3 yang digunakan dalam praktek sehari-hari.
            Pernyataan pertama, selalu menyebutkan ruang yang akan dicetuskan, yaitu ruang yang diisi elektroda cetusan. Karakter huruf yang mungkin pada kode ini adalah A (atrium) V (ventrikel) dan D (dual) artinya A dan V.
            Pernyataan kedua menjelaskan ruang yang diindera oleh pembangkit pacemaker.Informasi yang diindera dihubungkan ke pembangkit untuk diinterpretasi dan ditindaklanjuti. Karakter huruf yang mungkin adalah A (atrium) V (ventrikel) dan D (dual)
            Pernyataan ketiga selalu menjelaskan tipe respons yang ditunjukkan oleh pacemaker. Ada lima huruf untuk menerangkan respons tersebut, tetapi dari kelima itu hanya dua yang biasa digunakan: I (inhibitory) dan T (triggered). Respons penghambat (inhibitory) berarti respons pacemaker dikontrol oleh aktivitas jantung pasien itu sendiri; artinya pacemaker tidak akan berfungsi bila jantung pasien berdenyut. Sebaliknya, respons triggered berarti pacemaker akan mencetuskan respons yang berdasarkan pada aktivitas jantung intrinsic.
Contoh pacemaker dengan kode ICHD adalah DVI:
D= electrode dipasang baik diatrium maupun ventrikel.
V= pacemaker mengindera aktivitas ventrikel saja
I= efek stimulus pacemaker akan dihambat oleh aktivitas ventrikel pasien
Komplikasi
Komplikasi pacemaker berhubungan dengan (1) keberadaannya dalam tubuh dan (2) fungsinya yang tidak sesuai. Komplikasi berikut dapat timbul akibat adanya pacemaker:
  • Infeksi local (sepsis atau pembentukan hematoma) dapat terjadi ditempat pemotongan vena atau pada penempatan pacemaker dibawah kulit.
  • Disritmia aktivitas ektopik ventrikel dapat terjadi akibat iritasi dinding ventrikel oleh elektroda.
  • Dapat terjadi perforasi miokardium atau ventrikel kanan oleh kateter.
  • Cetusan hilang secara mendadak akibat tingginya ambang ventrikel.
Malfungsi pacemaker dapat terjadi akibat kegagalan satu atau beberapa komponen system cetusan.Kebanyakan kegagalan pembangkit pulsa adalah akibat habisnya baterai sumber tenaga.Pasien harus diberitahu bahwa baterai disegel dalam pembangkit pulsa. Bila saatnya tiba untuk mengganti baterai, irisan baru akan dibuat pada irisan lama. Pembangkit pulsa lama diangkat, dan unit baru dipasang serta disambungkan ke lead yang sama kemudian dipasang dikantong yang sudah tersedia. Biasanya dilakukan dibawah anestesia lokal. Komplikasi lain meliputi fraktur (pecah) atau dislokasi elektroda atau kegagalan elektronika.
Malfungsi pacemaker dapat juga terjadi bila ada pajanan terhadap medan elektromagnetis. Medan elektromagnetis dihasilkan dari peralatan teknologi seperti oven microwave, peralatan MRI dan detector logam pada pos pemeriksaan keamanan seperti dibandara atau gedung pemerintah. Pasien harus diingatkan untuk menghindari situasi yang melibatkan pajanan medan elektromagnetis. Pasien dianjurkan untuk memakai pengenal yang akan mengingatkan personel tenaga kesehatan gawat darurat mengenai adanya pacemaker.
            Perubahan frekuensi dan irama jantung secara mendadak menunjukkan adanya komplikasi.Keparahan gejala yang timbul tergantung pada tingkat ketergantungan pasien pacemaker.Diagnosis komplikasi ini ditegakkan melalui analisa EKG.Manipulasi elektroda atau mengganti pembangkit pacemaker mungkin diperlukan.
Pengawasan pacemaker
            Klinik pacemaker telah disiapkan untuk memantau pasien dan untuk menguji pembangkit pulsa bila  ada tanda-tanda kegagalan system pacemaker. Pengujian amplitude pulsa pacemaker dan durasi serta analisis kontur pulsa memerlukan peralatan amplifikasi. Dengan peralatan khusus, patahanya lead dan rusaknya isolator dapat dideteksi. EKG 12 lead harus dilakukan pada setiap kunjungan pasien ke klinik.
            Metoda tindak lanjut lain yaitu melalui hantaran transtelefon frekuensi pembangkit pulsa. Peralatan khusus digunakan untuk menghantarkan nada suara pacemaker pasien dari telefon ke system penerima di klinik pacemaker.Suara kemudian diubah menjadi listrik dan direkam secara permanen pada lembar EKG. Kecepatan pacemaker dan data lain mengenai fungsi pacemaker diperoleh dan di evaluasi oleh kardiologis. Cara ini memudahkan diagnosis kegagalan pembangkit, member rasa percaya dan memperbaiki penatalaksanaan pasien yang secara fisik berdomosili jauh dari fasilitas pengujian pacemaker.

Penatalaksanaan Medis
Terapi medis
Obat-obat antiaritmia dibagi 4 kelas yaitu :
Anti aritmia Kelas 1 : sodium channel blocker
Kelas 1 A
Quinidine adalah obat yang digunakan dalam terapi pemeliharaan untuk mencegah berulangnya atrial fibrilasi atau flutter.
Procainamide untuk ventrikel ekstra sistol atrial fibrilasi dan aritmi yang menyertai anestesi.
Dysopiramide untuk SVT akut dan berulang
Kelas 1 B
Lignocain untuk aritmia ventrikel akibat iskemia miokard, ventrikel takikardia.
Mexiletine untuk aritmia entrikel dan VT
Kelas 1 C
Flecainide untuk ventrikel ektopik dan takikardi
Anti aritmia Kelas 2 (Beta adrenergik blokade)
Atenolol, Metoprolol, Propanolol : indikasi aritmi jantung, angina pektoris dan hipertensi
Anti aritmia kelas 3 (Prolong repolarisation)
Amiodarone, indikasi VT, SVT berulang
Anti aritmia kelas 4 (calcium channel blocker)
Verapamil, indikasi supraventrikular aritmia
Terapi mekanis
Kardioversi : mencakup pemakaian arus listrik untuk menghentikan disritmia yang memiliki kompleks GRS, biasanya merupakan prosedur elektif.
Defibrilasi : kardioversi asinkronis yang digunakan pada keadaan gawat darurat.
Defibrilator kardioverter implantabel : suatu alat untuk mendeteksi dan mengakhiri episode takikardi ventrikel yang mengancam jiwa atau pada pasien yang resiko mengalami fibrilasi ventrikel.
Terapi pacemaker : alat listrik yang mampu menghasilkan stimulus listrik berulang ke otot jantung untuk mengontrol frekuensi jantung.

Indikasi Pemakaian
            Alat pacu jantung Guidant di indikasikan untuk kondisi berikut:Permanent tingkat kedua atau ketiga AV Block dengan gejala dan serangan yang sangat mengganggu.Bilateral bundle branch block bergejala.Disfungsi sinus node bergejala dan serangan yang sangat mengganggu dengan/ tidak dengan asosiasi ke AV conduction disorder (contoh: sinus bradycardia, sinus arrest, sinoatrial block).Sindrom bradycardia- tachycardia, untuk mencegah bradycardia bergejala atau beberapa bentuk dari tachyarrhytmia bergejala.Sindrom Neurovascular (vaso-vagal) atau sindrom hipersensitif carotid sinus.Adaptive-rate pacing di indikasikan untuk pasien yang bisa memanfaatkan pacing dengan rate lebih tinggi sebanding dengan bertambahnya tingkat aktifitas fisik.Alat pacu jantung Guidant dual-chamber (alat pacu jantung dengan dua lead/ kabel) dan mode untuk atrial tracking diindikasikan untuk pasien yang memerlukan perawatan AV Synchrony. Alat pacu jantung dual chamber dispesifikasikan untuk indikasi/ perawatan kondisi berikut:Conduction disorder yang membutuhkan restorasi dari AV Synchrony, termasuk beberapa tingkat dari AV block.VVI Intolerance (contoh: sindrom pacu jantung) pada persistent sinus rhythmCardiac output yang rendah/ congestive heart failure (gagal jantung) sekunder dari bradycardia.
Kontra-Indikasi
            Alat pacu jantung Guidant berkontra indikasi untuk aplikasi seperti berikut:Pasien dengan unipolar pacing lead (kabel) dan memiliki ICD (Implanted Cardioverter- Defibrillator) karena dapat menyebabkan atau menghambat penghantaran dari terapi ICDPemacuan jantung single chamber pada atrium/ serambi kanan pada pasien dengan AV nodal conduction yang tidak berfungsiMode atrial tracking pada pasien dengan refractory atrial tachyarrhythmia kronis (atrial fibrillation/ flutter) yang dapat mencetus pemacuan ventrikel/ bilikPemacuan atrial/ serambi dual chamber atau single chamber pada pasien dengan refractory atrial tachyarrhythmia kronis Pemacuan yang asynchronius (atau adanya kemungkinan) adanya kompetisi antara irama alami jantung dan irama hasi pemacuan alat pacu jantung

2.7  Asuhan Keperawatan Aritmia
Kasus Pemicu 1
Seorang laki-laki masuk RS dengan keluhan sekitar 4 jam SMRS saat sedang memperbaiki mesin motor dirumahnya tiba-tiba nafas berat disertai badan lemas, berdebar-debar dan rasa kelelahan. Pasien juga mengatakan kepala pusing seperti mau pingsan. Pada pengkajian didapatkan pasien pernah dirawat karena PJK sekitar 6 bulan yang lalu dan masih mengkonsumsi obat-obatan. Dari hasil EKG didapatkan psien mengalami aritmia akibat gangguan hantaran yaitu AV Blok Derajat 2 Tipe 1. Heart rate 40x/menit, hasil TD 90/40 mmHg, RR 20x/menit, akral mulai dingin dan pucat. Untuk menghindari shock kardiogenik pasien dilakukan pemasangan TPM.

ASUHAN KEPERAWATAN

PENGKAJIAN
1.  Identitas Pasien
            Nama                                       : Tn.
            Umur                                       : -
            Jenis Kelamin                          : laki-laki
            Agama                                     : -
            Status                                      : -
            Pendidikan                              : -
            Pekerjaan                                 : -
            Suku                                        : -
            Alamat                                                : -
            Diagnosa Medis                      : Aritmia
            No. RM                                   : -
            Tanggal masuk RS                  : -
            Tanggal / Waktu pengkajian   : -

2.      Riwayat Kesehatan
a.       Keluhan utama
Pasien mengatakan sekitar 4 jam SMRS saat sedang memperbaiki mesin motor dirumahnya tiba-tiba nafas berat disertai badan lemas, berdebar-debar dan rasa kelelahan.

b.      Keluhan tambahan
Pasien juga mengatakan kepala pusing seperti mau pingsan

c.       Riwayat penyakit sekarang
      Pada pengkajian didapatkan pasien pernah dirawat karena PJK sekitar 6 bulan yang lalu dan masih mengkonsumsi obat-obatan.

d.      Riwayat penyakit keluarga
-
DATA FOKUS
Data Subyektif
Data Obyektif

1.      Pasien mengatakan 4 jam SMRS nafasnya berat
2.      Pasien mengatakan 4 jam SMRS badannya lemas
3.      Pasien mengatakan 4 jam SMRS berdebar-debar
4.      Pasien mengatakan 4 jam SMRS merasa kelelahan
5.      Pasien mengatakan 4 jam SMRS kepala pusing seperti mau pingsan

Data Tambahan:
1.      Pasien mengatakan ketakutan

1.      Pada pengkajian didapatkan PJK dan masih mengkonsumsi obat-obatan
2.      Dari hasil EKG didapatkan aritmia yaitu AV Blok Derajat 2 Tipe 1
3.      Heart rate 40x/menit
4.      TD 90/40 mmHg
5.      RR 20x/menit
6.      Akral mulai dingin dan pucat



Data Tambahan:
1.      Produksi urin berkurang
2.      Pasien terlihat cemas dan gelisah
3.      Pemeriksaan LAB:
a.       Elektrokardiogram (EKG), untuk mendeteksi aktivitas listrik jantung
b.      Holter monitor, untuk merekam aktivitas jantung pada rutinitas sehari-hari
c.       Echocardiogram, untuk melihat struktur serta gerak jantung
d.      CT scan atau MRI, untuk mendiagnosa masalah jantung yang dapat menyebabkan aritmia jantung



ANALISA DATA
Data fokus
Masalah
Etiologi
1.      Ds :
·         Pasien mengatakan 4 jam SMRS badannya lemas
·         Pasen mengatakan  4 jam SMRS berdebar-debar
·         Pasien mengatakan 4 jam SMRS merasa kelelahan
·         Pasien mengatakan 4 jam SMRS kepala pusing seperti mau pingsan

Do :
·         Heart rate 40x/menit
·         TD 90/40 mmHg
·         Akral mulai dingin dan pucat

Penurunan curah jantung
·         Perubahan frekuensi atau irama jantung
·         Gangguan konduksi elektrikal

2.      DS:
·         Pasien mengatakan 4 jam SMRS badannya lemas

DO:
·         TD 90/40 mmHg
·         Dari hasil EKG didapatkan aritmia yaitu AV Blok Derajat 2 Tipe
Intoleransi Aktivitas
·         Ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen
·         Kelemahan umum
3.      Ds :
·         Pasien mengatakan ketakutan
Do:
·         Pasien terlihat cemas dan gelisah

Ansietas (Cemas)
Ancaman / perubahan status kesehatan. 


DIAGNOSA KEPERAWATAN
Dx
Tgl ditentukan
Tgl teratasi
1.      Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan denyut irama jantung
9 September 2013

2.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen & kelemahan umum
9 September 2013

3.      Ansietas berhubungan dengan Ancaman / perubahan status kesehatan.
9 September 2013







INTERVENSI
Dx
Tujuan dan KH
Interfensi
Rasional
1.      Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan denyut irama jantung
Setelah dilakukan tindakan  keperawatan selama 1 X 24 jam  masalah  penurunan curah jantung teratasi Kriteria hasil :
·         Haluaran urine adekuat
·         Nadi teraba sama
·         Pasien tidak merasa lemas
·         Pasien tidak mengeluh jantung berdebar-debar
·         Pasien tidak merasakan kelelahan
·         Pasien tidak merasakan sakit pada kepalanya

Mandiri :
1.      Anjurkan untuk bedrest

2.      Monitor bunyi jantung

3.      Selidiki laporan nyeri dada, catat lokasi, lamanya, intensitas, dan faktor penghilang/pemberat. Catat petunjuk nyeri non-verbal, contoh wajah mengkerut, menangis, perubahan TD/frekuensi jantung



4.      Berikan lingkungan tenang dan nyaman
Kolaborasi :

1.      Pantau pemeriksaan LAB, contoh elektrolit









2.      Berikan oksigen tambahan sesuai indikasi



3.      Berikan obat sesuai indikasi
Mandiri :
1.      Mempercepat pemulihan kondisi
2.      Mengetahui perubahan bunyi jantung
3.      Sebab nyeri dada bermacam-macam dan tergantung penyebab aritmia













4.      Menurunkan rasa stres  dan meningkatkan relaksasi

Kolaborasi :

1.      Ketidakesimbangan elektrolit spt kalium, magnesium dan kalsium, secara merugikan mempengaruhi irama dan kontraktilitas jantung

2.      Meningkatkan sediaan oksigen untuk miokard, yang disebabkan oleh hipoksia

3.      Aritmia umumnya diobati secara simtomatik.

Contoh:
Kalium=Memperbaiki hipokalemia mungkin perlu untuk mengakhiri beberapa aritmia ventrikel
2.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen & kelemahan umum
Setelah dilakukan tindakan  keperawatan selama 1 X 24 jam  masalah intoleransi aktivitas teratasi dengan KH:
·         Pasien tidak lagi mengatakan badannya lemas
·         Pasien mulai mampu beraktivitas seperti biasa


Mandiri:
1.      Berikan dorongan untuk aktivitas/perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi, berikan bantuan sesuai kebutuhan.





2.      Intruksikan pasien tentang tekhnik penghematan energi











3.      Kaji respons pasien terhadap aktivitas, seperti nadi, TD, dipsneu, nrei dada, keletihan dan kelemahan





Kolaborasi:
1.      Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat digixin
2.      Kolaborasi dengan keluarga agar pasien mampu beraktivitas mandiri sesuai dengan keadaannya
Mandiri :
1.      Kemajuan aktivitas bertahap mencegah peningkatan kerja jantung tiba-tiba dan memberikan bantuan hanya sebatas kebutuhan akan mendorong kemandirian dlm melakukan aktivitas
  1. tekhnik menghemat energi mengurangi penggunaan energy dan juga membantu keseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen

  1. Menyebutkan parameter membantu dalam mengkaji respons fisiologi terhadap stres aktivitas dan, bila ada merupakan indikator dari kelebihan kerja yang berkaitan dgn tingkat aktivitas
Kolaborasi :

1.      Untuk memperkuat kerja jantung.

2.      Untuk melatih kemandirian pasien
3.      Ansietas berhubungan dengan Ancaman / perubahan status kesehatan.
Setelah dilakukan tindakan  keperawatan selama 1 X 24 jam  masalah intoleransi aktivitas teratasi dengan KH:
·         Pasien tidak lagi mengatakan ketakutan
·         Pasien tidak lagi terlihat cemas dan gelisah
·         Menyatakan kesadaran perasaan ansietas dan cara sehat sesuai
Mandiri :
1.      Kaji tigkat kecemasan pasien



2.      Ciptakan lingkungan nyaman dan tenang

3.      Beritau pasien setiap tindakan yang akan di lakukan

4.      Dorong keluarga dan teman yang menjenguk untuk menganggap pasien seperti sebelumnya


Kolaborasi :
1.      Berikan sedatif, tranquilizer sesuai indikasi
Mandiri :
1.      Agar megetahui sejauh mana tingkat kecemasan pasien

2.      Agar pasien tidak bertambah cemas

3.      Agar pasien tidak kawatir dengan kondisinya



4.      Meyakinkan pasien bahwa peran dalam keluarga dan kerja todak berubah



Kolaborasi :
1.      Mungkin diperlukan untuk membantu pasien rileks sampai secara fisik mampu untuk membuat strategi koping adekuat







IMPLEMENTASI
Dx
Implementasi
1.      Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan denyut irama jantung
Mandiri :
1.      Menganjurkan untuk bedrest
2.      Memonitor bunyi jantung
3.      Menyelidiki laporan nyeri dada
4.      Memberikan lingkungan tenang dan nyaman
Kolaborasi:
1.      Memantau pemeriksaan LAB, contoh elektrolit
2.      Memberikan oksigen tambahan sesuai indikasi
3.      Memberikan obat sesuai indikasi

2.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen & kelemahan umum
Mandiri :
1.      Memberikan dorongan untuk aktivitas/perawatan diri bertahap jika dapat ditoleransi, berikan bantuan sesuai kebutuhan.
2.      Mengintruksikan pasien tentang tekhnik penghematan energi
3.      Mengkaji respons pasien terhadap aktivitas, seperti nadi, TD, dipsneu, nrei dada, keletihan dan kelemahan


Kolaborasi:
1.      Mengkolaborasikan dengan dokter untuk memberikan obat digixin
2.      Mengkolaborasikan dengan keluarga agar pasien mampu beraktivitas mandiri sesuai dengan keadaannya
3.      Ansietas berhubungan dengan ancaman / perubahan status kesehatan.
Mandiri :
1.      Mengkaji tigkat kecemasan pasien
2.      Menciptakan lingkungan nyaman dan tenang
3.      Memberitahu pasien setiap tindakan yang akan di lakukan
4.      Mendorong keluarga dan teman yang menjenguk untuk menganggap pasien seperti sebelumnya
Kolaborasi :
1.      Memberikan sedatif, tranquilizer sesuai indikasi


EVALUASI
Diagnosa
Evaluasi
1.      Penurunan curah jantung berhubungan dengan perubahan denyut irama jantung
S :
·         Pasien mengatakan badannya sudah tidak lemas
·         Pasen mengatakan  sudah tidak  berdebar-debar
·         Pasien mengatakan tidak lagi merasa kelelahan
·         Pasien mengatakan kepalanya sudah tidak lagi  pusing

O :
·         Pasien tampak lebih rileks
·         TTV :
TD :120/90mmhg
Nadi :88×/menit
RR : 20×/menit
A :
·         Masalah keperawatan teratasi

P :
·         Tindakan keperawatan dihentikan

2.      Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen & kelemahan umum
S :
·         Pasien mengatakan badannya sudah tidak lemas
O :
·         EKG menunjukkan normal tidak ada tanda-tanda aritmia
·         Pasien tampak rileks
TTV :
TD :120/90mmhg
Nadi :88×/menit
RR : 20×/menit

A :
·         Masalah keperawatan teratasi
P :
·         Tindakan keperawatan dihentikan
3.      Ansietas berhubungan dengan ancaman / perubahan status kesehatan.
S:
·         Pasien mengatakan sudah tidak cemas
O:
·         Pasien tampak rileks
TTV :
TD :120/90mmhg
Nadi :88×/menit
RR : 20×/menit
A:
·         Masalah keperawatan teratasi
P:
·         Tindakan keperawatan dihentikan





















BAB III
PENUTUP
3.1  Kesimpulan
            Sistem kardiovaskuler bertugas mengedarkan darah ke seluruh tubuh dimana darah mengandung oksigen dan nutrisi yang diperlukan sel/jaringan untuk metabolisme. Sistem kardiovaskuler juga membawa sisa metabolisme untuk dibuang melalui organ-organ eksresi. Darah yang banyak mengandung oksigen ini akan dialirkan ke seluruh tubuh agar akan terjadi proses metabolisme dalam tubuh kita. Jika sistem itu sendiri terjadi kekacauan, maka akan berdampak juga pada sistem yang lainnya yang akan membuat tidak optimalnya kerja sistem untuk menghasilkan energi dan lain-lainnya, guna melancarkan aktivitas keseharian kita.

3.2  Saran
1.      Mahasiswa S1 Keperawatan menguasai teori mengenai gangguan Aritmia.
2.      Mahasiswa S1 Keperawatan dapat mengaplikasikan Teori tersebut.
















DAFTAR PUSTAKA
Valerie dan Tina. 2007. Buku Ajar Anatomi Fisiologi Manusia. Jakarta: EGC
Vander at all, 2001, Human Physiology : The Mechanism of Body Function, Eight Edition: The McGraw Hills Company
Despopoulos, Color Atlas Pysiology, Fifth Edition
M, Wilkinson dan Ahren. 2011. B uku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta: EGC

0 komentar:

Posting Komentar

 

LWPM Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos