Kamis, 23 Oktober 2014

KEPERAWATAN KOMUNITAS

Diposting oleh Unknown di 05.44


KEPERATAN KOMUNITAS DAN PENGKAJIAN  


DISUSUN OLEH :
LUTHFYANI WIDYA PRATAMA MULYA
S1 KEPERAWATAN




BAB I
Pendahuluan
A.    Latar Belakang
`           Keperawatan adalah ilmu yang mempelajari penyimpangan atau tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia yang dapat mempengaruhi perubahan, penyimpangan atau tidak berfungsinya secara optimal setiap unit yang terdapat dalam sistem hayati tubuh manusia, balk secara individu, keluarga, ataupun masyarakat dan ekosistem. Komunitas adalah sekelompok manusia yang saling berhubungan lebih sering dibandingkan dengan manusia lain yang berada diluarnya serta saling ketergantungan untuk memenuhi keperluan barang dan jasa yang penting untuk menunjang kehidupan sehari-hari
Keperawatan komunitas belum menjadi suatu trend dikalangan masyarakat secara merata. Sementara ini orang masih mengenal Posyandu, Puskesmas atau Rumah Sakit manakala menjumpai masalah kesehatan aktual atau emergency. Masyarakat mungkin sering lupa atau kurang terbisa berfikir dan berperilaku yang dapat meningkatkan derajat kesehatan atau pencegahan penyakit. Belum lagi adanya pemikiran bahwa status kesehatan komunitas adalah semata-mata menjadi tanggung jawab petugas kesehatan dan bukan bagian dari kinerja kehidupan masyarakat pada umumnya. 
Keperawatan komunitas memprioritaskan pada upaya untuk meningkatkan kesehatan (promotif dan preventif) dengan tidak mengabaikan usaha-usaha kuratif dan rehabilitatif hal ini sesuai dengan motto : “lebih baik mencegah dari pada mengobati.“ Keperawatan Komunitas juga berguna untuk mengingatkan dan membawa masyarakat untuk mengantisipasi masalah kesehatannya sendiri, menggali potensi dan menggunakan sumber daya manisia yang ada di masyarakat.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan umum
Tujuan umum penulisan ini adalah untuk menjelaskan tentang persfektif dan falsafah,ruang lingkup keperawatan komunitas.
2. Tujuan khusus
Tujuan khusus penulisan ini adalah untuk menjabarkan tentang :
A.    Falsafah keperawatan komunitas
B.     Ruang lingkup
C.     Tujuan perawatan kesehatan komunitas
D.    Ruang lingkup perawatan kesehatan komunitas
E.     Kegiatan praktik keperawatan komunitas
F.      Model pendekatan
G.    Metode
H.    Isu dan trend keperawatan komunitas.
C. Manfaat Penulisan
Diharapkan tulisan ini bermanfaat untuk:
1.      Memperkuat pemahaman ilmu pengetahuan yaitu tentang materi persfektif dan falsafah ruang lingkup trend dan isu keperawatan komunitas
2.      Menjadi bahan masukan dan saran untuk meningkatkan efektivitas dan kreatifitas mahasiswa dalam meningkatkan ilmu pengetahuan
D. Ruang Lingkup
Ruang lingkup penulisan karya ilmiah ini hanya membatasi masalah tentang materi persfektif dan falsafah ruang lingkup trend dan isu keperawtan komunitas
E. Sistematika Penulisan
Adapun sistematika penulisannya terdiri dari :
BAB I
Pendahuluan
  1. Latar Belakang
  2. Tujuan Penulisan
  3. Manfaat Penulisan
  4. Ruang Lingkup
  5. Sistematika penulisan
BAB II
Pembahasan
Adapun pembahasannya terdiri dari :
I.       Falsafah keperawatan komunitas
J.       Ruang lingkup
K.    Tujuan perawatan kesehatan komunitas
L.     Ruang lingkup perawatan kesehatan komunitas
M.   Kegiatan praktik keperawatan komunitas
N.    Model pendekatan
O.    Metode
P.      Isu dan trend keperawatan komunitas.
BAB III
Penutup
  1. Kesimpulan
  2. Saran
Daftar pustaka
BAB II
PRESFEKTIF DAN FALSAFAH,RUANG LINGKUP TREND DAN ISU KEPERWATAN KOMUNITAS
A.    Falsafah keperawtan komunitas
Falsafah Keperawatan Komunitas Keperawatan komunitas merupakan pelayanan yang memberikan pelayanan terhadap pengaruh lingkungan (bio, psiko, sisio, cultural dan spiritual) terhadap kesehatan komunitas dan memberikan prioritas pada strategi pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Falsafah yang melandasi keperawatan komunitas mengacu keoada falsafah atau paradigma keperawatan secara umum yaitu manusia atau kemanusiaan merupakan titik sentral setiap upaya pembangunan kesehatan yang menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan bertolak dari pandangan ini disusun falsafah atau paradigma keperawatan komunita yang terdiri dari 4 komponen dasar, seperti yang diuraikan di bawah ini :
a. Manusia Komunitas sebagai klien berarti sekumpulan individu/klien yang berada pada lokasi atau batas geografis tertentu yang memiliki nilai-nilai, keyakinan dan minat relatif sama serta adanya interaksi satu sama lain untuk mencapai tujuan. Komunitas sebagai klien yang dimaksud termasuk kelompok beresiko tinggi antara lain; daerah terpencil, daerah rawan, daerah kumuh.
b. Kesehatan Sehat adalah suatu kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan kebutuhan dasar klien/komunitas. Sehat merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai dampak dari keberhasilan mengatasi stressor.
c. Lingkungan Semua faktor internal dan eksternal atau pengaruh disekitar klien, yang bersifatbiologis, psikologis, sosial cultural dan spiritual.
d. Keperawatan Intervensi/tindakan yang bertujuan untuk menekan stressor atau meningkatkan kemampuan klien/komunitas menghadapi stressor melalui pencegahan primer, sekunder dan tersier.
Berdasarkan falsafah tersebut diatas dikembangkan pengertian, tujuan, sasaran dan strategi
intervensi keperawatan komunitas.
Keperawatan komunitas merupakan suatu kesatuan yang unik dari praktek keperawatan dan kesehatan masyarkat yang ditujukan pada pengembangan dan peningkatan kemampuan kesehatan baik diri sendiri sebagai perorangan maupun secara kolektif sebagai keluarga, kelompok khusus atau masyarakat dan pelayanan tersebut mencakup spektrum pelayanan kesehatan untuk masyarakat (Freedman, 1981).
Menurut Anderson & Farlane (2007), menjelaskan bahwa perawat komunitas idealnya sebagai seorang advokat individu dan kesehatan keluarga serta terampil dalam membangun hubungan saling percaya, perawatan memiliki pemahaman yang baik tentang kebutuhan dan pelayanan lokal. Karena pengalaman sebagai advokat kesehatan individu dan keluarga, perawat, dalam suatu model advokasi komunitas, dapat menerjemahkan pengetahuan khusus mereka tentang pelayanan keluarga ke dalam konteks yang lebih besar dari kemitraan komunitas.
Falsafah keyakinan terhadap nilai – nilai yang menjadi pedoman untuk mencapai tujuan dan dipakai sebagai pandangan hidup. Falsafah kesehatan masyarakat adalah sebagai berikut (Subekti,2005):
  1. Pelayanan kesehatan terjangkau dan dapat diperoleh oleh semua orang dan merupakan bagian integral dari upaya kesehatan.
  2. Upaya promotif dan preventif adalah upaya tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
  3. Pelayanan kesehatan yang diberikan pada klien yang berlangsung secara berkelanjutan.
  4. Perawat sebagai provider dan klien sebagai pelayanan kesehatan menjadi suatu hubungan yang saling mendukung dan mempengaruhi perubahan pelayanan kesehatan.
  5. Pengembangan tenaga kesehatan masyarakat direncanakan dalam pelayanan kesehatan secara berkesinambungan.
  6. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung jawab atas kesehatannya. Masyarakat juga harus ikut mendorong, mendidik dan berpartisipasi secara aktif dalam pelayanan kesehatan mereka sendiri.
Paradigma keperawatan komunitas terdiri dari:
1)   Manusia
Manusia sebagai klien berarti sekumpulan individu atau klien yang memilki nilai, keyakinan, minat, dan interaksi satu sama lainnya untuk mencapai tujuan.
2)   Kesehatan
Adalah suatu kondisi terbebasnya dari gangguan pemenuhan kebutuhan dasar klien atau
komunitas. Sehat merupakan keseimbangan yang dinamis sebagai dampak dari keberhasilan mengatasi stressor.
3)   Lingkungan
Semua factor  internal dan eksternal atau pengaruh di sekitar klien yang bersifat biologis,
psikologis, sosial, cultural, dan spiritual.
4)   Keperawatan
Intervensi bertujuan untuk menekan stressor atau meningkat kemampuan klien melalui upaya pencegahan primer, sekunder, dan tertier.
B.     Ruang lingkup
a.      Perawatan Kesehatan Komunitas
Perawatan kesehatan menurut Ruth B. Freeman (1961) adalah sebagai suatu lapangan khusus di bidang kesehatan, keterampilan hubungan antar manusia dan keterampilan erorganisasi diterapkan dalam hubungan yang serasi kepada keterampilan anggota profesi kesehatan lain dan kepada tenaga sosial demi untuk memelihara kesehatan masyarakat. Oleh karenanya perawatan kesehatan masyarakat ditujukan kepada individu-individu, keluarga, kelompok-kelompok yang mempengaruhi kesehatan terhadap keseluruhan penduduk, peningkatan kesehatan, pemeliharaan kesehatan, penyuluhan kesehatan, koordinasi dan pelayanan keperawatan berkelanjutan dipergunakan dalam pendekatan yang menyeluruh terhadap keluarga, kelompok dan masyarakat.
           Keperawatan komunitas perlu dikembangkan di tatanan pelayanan kesehatan dasar yang melibatkan komunitas secara aktif, sesuai keyakinan keperawatan komunitas. Sedangkan asumsi dasar keperawatan komunitas menurut American Nurses Assicoation (ANA, 1980) didasarkan pada asumsi:
1. Sistem pelayanan kesehatan bersifat kompleks
2. Pelayanan kesehatan primer, sekunder dan tersier merupakan komponen
    pelayanan kesehatan
3. Keperawatan merupakan sub sistem pelayanan kesehatan, dimana hasil  
    pendidikan dan penelitian melandasi praktek.
4. Fokus utama adalah keperawatan primer sehingga keperawatan komunitas
    perlu dikembangkan di tatanan kesehatan utama.
Adapun unsur-unsur perawatan kesehatan mengacu kepada asumsi-asumsi dasar mengenai perawatan kesehatan masyarakat, yaitu:
1. Bagian integral dari pelayanan kesehatan khususnya keperawatan
2. Meerupakan bidang khusus keperawatan
3. Gabungan dari ilmu keperawatan, ilmu kesehatan masyarakat dan ilmu sosial 
    (interaksi sosial dan peran serta masyarakat)
4. Sasaran pelayanan adalah individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat
    baik yang sehat maupun yang sakit.
5. Ruang lingkup kegiatan adalah upaya promotif, preventif, kuratif,  
    rehabilitative dan resosialitatif dengan penekanan pada upaya preventif dan
    promotif.
6. Melibatkan partisipasi masyarakat
7. Bekerja secara team (bekerjasama)
8. Menggunakan pendekatan pemecahan masalah dan perilaku
9. Menggunakan proses keperawatan sebagai pendekatan ilmiah
10. Bertujuan untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan
masyarakat secara keseluruhan.
Keyakinan keperawatan komunitas yang mendasari praktik keperawatan komunitas adalah:
1. Pelayanan kesehatan sebaiknya tersedia, dapat dijangkau dan dapat diterima semua
    orang
2. Penyusunan kebijakan seharusnya melibatkan penerima pelayanan dalam hal ini
    komunitas
3. Perawat sebagai pemberi pelayanan dan klien sebagai penerima pelayanan perlu
    terjalin kerjasama yang baik
4. Lingkungan dapat mempengaruhi kesehatan komunitas baik bersifat mendukung
   maupun mengahambat
5. Pencegahan penyakit dilakukan dalam upaya meningkatkan kesehatan
6. Kesehatan merupakan tanggung jawab setiap orang
Berdasarkan pada asumsi dasar dan keyakinan yang mendasar tersebut, maka dapat dkembangkan falsafah keprawatan komunitas sebagai landasan praktik keperawatan komunitas. Dalam falsafah keperawatan komunitas, keperawatan komunitas merupakan pelayanan yang memberikan perhatian etrhadap pengaruh lingkungan (bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual) terhadap kesehatan komunitas, dan memberikan prioritas pada strategi pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan. Falsafah yang melandasi keperawatan komunitas mengacu kepada paradigma keperawatan yang terdiri dari 4 hal penting, yaitu: manusia, kesehatan, lingkungan dan keperawatan sehingga dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah pekerjaan yang luhur dan manusiawi yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
2. Perawatan kesehatan masyarakat adalah suatu upaya berdasrkan kemanusiaan untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan bagi terwujudnya manusia yang sehat khususnya dan masyarakat yang sehat pada umumnya.
3. Pelayanan perawatan kesehatan masyarakat harus terjangkau dan dapat diterima oleh semua orang dan merupakan bagian integral dari upaya kesehatan
4. Upaya preventif dan promotif merupakan upaya pokok tanpa mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitative
5. Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat yang diberikan berlangsung secara berkesinambungan
6. Perawatan kesehatan masyarakat sebagai provider dan klien sebagai consumer
pelayanan keperawatan dan kesehatan, menjamin suatu hubungan yang saling
mendukung dan mempengaruhi perubahan dalam kebijaksanaan dan pelayanan kesehatan ke arah peningkatan status kesehatan masyarakat
7. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat direncanakan secara
berkesinambungan dan terus menerus
8. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggung jawab atas kesehatannya, ia harus ikut dalam upaya mendorong, mendidik dan berpartisipasi aktif dalam pelayanan kesehatan mereka sendiri.
 C. Tujuan Perawatan Kesehatan Komunitas
Tujuan Umum
Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi kehidupan sesuai dengan
kapasitas yang mereka miliki.
Tujuan Khusus
Untuk meningkatkan berbagai kemampuan individu, keluarga, kelompok khusus dan msyarakat dalam hal:
1) Mengidentifikasi masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi
2) Menetapkan masalah kesehatan/keperawatan dan prioritas masalah
3) Merumuskan berbagai alternatif pemecahan masalah kesehatan/keperawatan
4) Menanggulangi masalah kesehatan/keperawatan yang mereka hadapi
5) Penilaian hasil kegiatan dalam memecahkan masalah kesehatan/keperawatan
6) Mendorong dan meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pelayanan
    kesehatan/keperawatan
7) Meningkatkan kemampuan dalam memelihara kesehatan secara mandiri (self care)
8) Menanamkan perilaku sehat melalui upaya pendidikan kesehatan, dan
9) Lebih spesifik lagi adalah untuk menunjang fungsi Puskesmas dalam menurunkann
    angka kematian bayi, ibu dan balita serta diterimanya norma keluarga kecil bahagia
    dan sejahtera
10) Tertanganinya kelompok-kelompok resiko tinggi yang rawan terhadap masalah kesehatan.
 Sasaran
Sasaran perawatan kesehatan komunitas adalah individu, keluarga, kelompok dan masyarakat, baik yang sehat maupun yang sakit yang mempunyai masalah kesehatan/perawatan.

Individu
Individu adalah bagian dari anggota keluarga. Apabila individu tersebut mempunyai masalah kesehatan/keperawatan karena ketidakmampuan merawat diris endiri oleh suatu hal dan sebab, maka akan dapat mempengaruhi anggota keluarga lainnya baik secara fisik, mental maupun sosial.
Keluarga
Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat, terdiri atas kepala keluarga, anggota keluarga lainnya yang berkumpul dan tinggal dalam suatu rumah tangga karena pertalian darah dan ikatan perkawinan atau adopsi, satu dengan lainnya saling tergantung dan berinteraksi. Bila salah satu atau beberapa anggotat keluarga mempunyai masalah kesehatan/keperawatan, maka akan berpengaruh terhadap anggota keluarga lainnya dan keluarga-keluarga yang ada disekitarnya.
Kelompok Khusus
Kelompok khusus adala kumpulan individu yang mempunyai kesamaan jenis kelamin, umur, permasalahan, kegiatan yang terorganisasi yang sangat rawan terhadap masalah kesehatan. Termasuk diantaranya adalah:
1) Kelompok khusus dengan kebutuhan khusus sebagai akibat perkembangan dan petumbuhannya, seperti:
a. Ibu hamil
b. Bayi baru lahir
c. Balita
d. Anal usia sekolah
e. Usia lanjut
2) Kelompok dengan kesehatan khusus yang memerlukan pengawasan dan bimbingan serta asuhan keperawatan, diantaranya adalah:
a. Penderita penyakit menular, seperti: TBC, Lepra, AIDS, penyekit kelamin lainnya.
b. Penderita dengan penyakit tak menular, seperti: penyakit diabetes mellitus, jantung
    koroner, cacat fisik, gangguan mental dan lain sebagainya.
3) Kelompok yang mempunyai resiko terserang penyakit, diantaranya:
a. Wanita tuna susila
b. Kelompok penyalahgunaan obat dan narkoba
c. Kelompok-kelompok pekerja tertentu
d. Dan lain-lain
4) Lembaga sosial, perawatan dan rehabilitasi, diantaranya adalah:
a. Panti wredha
b. Panti asuhan
c. Pusat-pusat rehabilitasi (cacat fisik, mental dan sosial)
d. Penitipan balita
Masyarakat
Masyarakat adalah sekelompok manusia yang hidup dan bekerjasama cukup lama sehingga mereka dapat mengatur diri mereka dan menganggap diri mereka sebagai satu kesatuan sosial dengan batas-batas yang telah ditetapkan dengan jelas. Masyarakat merupakan kelompok individu yang saling berinteraksi, saling tergantung dan bekerjasama untuk mencapai tujuan. Dalam berinteraksi sesama anggota masyarakat akan muncul banyak permasalahan, baik permasalahan sosial, kebudayaan, perekonomian, politik maupun kesehatan khususnya.
D.    Ruang lingkup keperawatan kesehatan komunitas
Ruang lingkup praktik keperawatan masyarakat meliputi: upaya-upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan kesehatan dan pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya (resosialisasi). Dalam memberikan asuhan keperawatan komunitas, kegiatan yang ditekankan adalah upaya preventif dan promotif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif, rehabilitatif dan resosialitatif.
Upaya Promotif
Upaya promotif dilakukan untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat dengan jalan memberikan:
1) Penyuluhan kesehatan masyarakat
2) Peningkatan gizi
3) Pemeliharaan kesehatan perseorangan
4) Pemeliharaan kesehatan lingkungan
5) Olahraga secara teratur
6) Rekreasi
7) Pendidikan seks
Upaya Preventif
Upaya preventif ditujukan untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan terhadap kesehatan terhadap individu, keluarga, kelompok dan masyarakat melalui kegiatan:
1) Imunisasi massal terhadap bayi, balita serta ibu hamil
2) Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui Posyandu, Puskesmas maupun
    kunjungan rumah
3) Pemberian vitamin A dan yodium melalui Posyandu, Puskesmas ataupun di rumah
4) Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas dan meyusui
Upaya Kuratif
Upaya kuratif ditujukan untuk merawat dan mengobati anggota-anggota keluarga, kelompok dan masyarakat yang menderita penyakit atau masalah kesehatan, melalui kegiatan:
1) Perawatan orang sakit di rumah (home nursing)
2) Perawatan orang sakit sebagai tindak lanjut perawatan dari Puskesmas dan rumah
    sakit.
3) Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah, ibu bersalin dan nifas.
4) Perawatan payudara
5) Perawatan tali pusat bayi baru lahir
Upaya Rehabilitatif
Upaya rehabilitatif merupakan upaya pemulihan kesehatan bagi penderita-penderita yang dirawat di rumah, maupun terhadap kelompok-kelompok tertentu yang menderita penyakit yang sama, misalnya Kusta, TBC, cacat fisik dan lainnya, dilakukan melalui kegiatan:
1) Latihan fisik, baik yang mengalami gangguan fisik seperti penderita Kusta, patah
    tulang mapun kelainan bawaan
2) Latihan-latihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit tertentu, misalnya   
    TBC, latihan nafas dan batuk, penderita stroke: fisioterapi manual yang mungkin
    dilakukan oleh perawat
Upaya Resosialitatif
Upaya resosialitatif adala upaya mengembalikan individu, keluarga dan kelompok khusus ke dalam pergaulan masyarakat, diantaranya adalah kelompok-kelompok yang diasingkan oleh masyarakat karena menderita suatu penyakit, misalnya kusta, AIDS, atau kelompok-kelompok masyarakat khusus seperti Wanita Tuna Susila (WTS), tuna wisma dan lain-lain. Disamping itu, upaya resosialisasi meyakinkan masyarakat untuk dapat menerima kembali kelompok yang mempunyai masalah kesehatan tersebut dan menjelaskan secara benar masalah kesehatan yang mereka derita. Hal ini tentunya membutuhkan penjelasan dengan pengertian atau batasan-batasan yang jeals dan dapat dimengerti.

E. Kegiatan Praktik Keperawatan Komunitas
Kegiatan praktik keperawatan komunitas yang dilakukan perawat mempunyai lahan yang luas dan tetap menyesuaikan dengan tingkat pelayanan kesehatan wilayah kerja perawat, tetapi secara umum kegiatan praktik keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:
1) Memberikan asuhan keperawatan langsung kepada individu, keluarga, kelompok
    khusus baik di rumah (home nursing), di sekolah (school health nursing), di
    perusahaan, di Posyandu, di Polindes dan di daerah binaan kesehatan masyarakat.
2) Penyuluhan/pendidikan kesehatan masyarakat dalam rangka merubah perilaku
    individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.
3) Konsultasi dan pemecahan masalah kesehatan yang dihadapi
4) Bimbingan dan pembinaan sesuai dengan masalah yang mereka hadapi
5) Melaksanakan rujukan terhadap kasus-kasus yang memerlukan penanganan lebih
    lanjut
6) Penemuan kasus pada tingakat individu, keluarga, kelompok dan amsyarakat
7) Sebagai penghubung antara masyarakat dengan unit pelayanan kesehatan
8) Melaksanakan asuhan keperawatan komuniti, melalui pengenalan masalah kesehatan
    masyarakat, perencanaan kesehtan, pelaksanaan dan penilaian kegiatan dengan
    menggunakan proses keperawatan sebagai suatu usaha pendekatan ilmiah  
    keperawatan.
9) Mengadakan koordinasi di berbagai kegiatan asuhan keperawatan komuniti
10) Mengadakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral dengan instansi terkait.
11) Memberikan ketauladanan yang dapat dijadikan panutan oleh individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang berkaitan dengan keperawatan dan kesehatan.


F. Model Pendekatan
Pendekatan yang digunakan perawat dalam memecahkan masalah kesehatan masyarakat yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat secara keseluruhan adalah pendekatan pemecahan masalah (problem solving approach) yang dituangkan dalam proses keperawatan dengan memanfaatkan pendekatan epidemiologi yang dikatkan dengan upaya kesehatan dasar (PHC).
Pendekatan pemecahan masalah dimaksudkan bahwa setiap masalah kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyakrakat akan dapat diatsi oleh perawat melalui keterampilan melaksanakan intervensi keperawatan sebagai bidang keahliannya dalam melaksanakan profesinya sebagai perawat kesehatan masyarakat.
Bila kegiatan perawatan komunitas dan keluarga menggunakan pendekatan terhadapat keluarga binaan disebut dengan family approach, maka bila pembinaann keluarga berdasarkan atas seleksi kasus yang datang ke Puskesmas yang dinilai memerlukan tindak lanjut disebut dengan case approach, sedangkan bila pendekatan yang digunakan adalah pendekatan pendekatan yang dilakukan terhadap masyarakat daerah binaan melalui survei mawas diri dengan melibatkan partisipasi masyarakat disebut community approach.
G. Metode
Dalam melaksanakan asuhan keperawatan kesehatan masyarakat, metode yang digunakan adalah proses keperawatan sebagai suatu pendekatan ilmiah di dalam bidang keperawatan, melalui tahap-tahap sebagai berikut:
·         Pengkajian
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan perawat kesehatan masyarakat dalam mengkaji masalah kesehatan baik di tingkat individu, keluarga, kelompok dan masyarakat adalah:
1)      Pengumpulan Data
2)      Kegiatan ini dilakukan untuk mengidentifikasi masalah kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok khusus dan masyarakat melalui wawancara, observasi, studi dokumentasi dengan menggunakan instrumen pengumpulan data dalam menghimpun informasi.
Pengkajian yang diperlukan adalah inti komunitas beserta faktor lingkungannya. Elemen pengkajian komunitas menurut Anderson dan MC. Forlane (1958) terdiri dari inti komunitas, yaitu meliputi demografi; populasi; nilai-nilai keyakinan dan riwayat individu termasuk riwayat kesehatan. Sedangkan faktor lingkungan adalah lingkungan fisik; pendidikan; keamanan dan transportasi; politik dan pemerintahan; pelayanan kesehatan dan sosial; komunikasi; ekonomi dan rekreasi.
3)      Hal diatas perlu dikaji untuk menetapkan tindakan yang sesuai dan efektif dalam langkah-langkah selanjutnya.
·         Analisa Data
Analisa data dilaksanakan berdasarkan data yang telah diperoleh dan disusun dalam suatu format yang sistematis. Dalam menganalisa data memerlukan pemikiran yang kritis.
Data yang terkumpul kemudian dianalisa seberapa besar faktor stressor yang mengancam dan seberapa berat reaksi yang timbul di komunitas. Selanjutnya dirumuskan maslah atau diagnosa keperawatan. Menurut Mueke (1987) maslah tersebut terdiri dari:
a. Masalah sehat sakit
b. Karakteristik populasi
c. Karakteristik lingkungan
·         Perumusan Masalah dan Diagnosa Keperawatan/Kesehatan
Kegiatan ini dilakukan diberbagai tingkat sesuai dengan urutan prioritasnya. Diagnosa keperawatan yang dirumuskan dapat aktual, ancaman resiko atau wellness.
Dasar penentuan masalah keperawatan kesehatan masyarakat antara lain:
a. Masalah yang ditetapkan dari data umum
b. Masalah yang dianalisa dari hasil kessenjangan pelayanan kesehatan
Menetapkan skala prioritas dilakukan untuk enentukan tindakan yang lebih dahulu ditanggulangi karena dianggap dapat mengancam kehidupan masyarakat secara keseluruhan dengan mempertimbangkan:
a. Masalah spesifik yang mempengaruhi kesehatan masyarakat
b. Kebijaksanaan nasional dan wilayah setempat
c. Kemampuan dan sumber daya masyarakat
d. Keterlibatan, partisipasi dan peran serta masyarakat
Kriteria skala prioritas:
a. Perhatian masyarakat, meliputi: pengetahuan, sikap, keterlibatan emosi masyarakat terhadap masalah kesehatan yang dihadapi dan urgensinya untuk segera ditanggulangi.
b. Prevalensi menunjukkan jumlah kasus yang ditemukan pada suatu kurun waktu tertentu
c. Besarnya masalah adalah seberapa jauh masalah tersebut dapat menimbulkan gangguan terhadap kesehatan masyarakat
d. Kemungkinan masalah untuk dapat dikelola dengan mempertimbangkan berbagai alternatif dalam cara-cara pengelolaan masalah yang menyangkut biaya, sumber daya, srana yang tersedia dan kesulitan yang mungkin timbul (Effendi Nasrul, 1995).
·         Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan pada tahap ini adalah:
1) Menetapkan tujuan dan sasaran pelayanan
2) Menetapkan rencana kegiatan untuk mengatasi masalah kesehatan dan
    keperawatan
3) Menetapkan kriteria keberhasilan dari rencana tindakan yang akan
    dilakukan.

·         Pelaksanaan
Pada tahap ini rencana yang telah disusun dilaksanakan dengan melibatkan individu, keluarga, kelompok dan masyarakat sepenuhnya dalam mengatasi masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi. Hal-hal yang perlu dipertimbangkan dalam pelaksanaan kegiatan perawatan kesehatan masyarakat adalah:
1)      Melaksanakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral dengan   
instansi terkait
2)      Mengikutsertakan partisipasi aktif individu, keluarga, kelompok dan
 masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatanny
3) Memanfaatkan potensi dan sumber daya yang ada di masyarakat
 Level pencegahan dalam pelaksanaan praktik keperawatan komunitas terdiri atas:
a. Pencegahan Primer
Pencegahan yang terjadi sebelum sakit atau ketidak fungsinya dan diaplikasikannya ke dalam populasi sehat pada umumnya dan perlindungan khusus terhadap penyakit.
b. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder menekankan diagnosa diri dan intervensi yang tepat untuk menghambat proses patologis, sehingga memprependek waktu sakit dan tingkat keparahan.
c. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dimulai pad saat cacat atau terjadi ketidakmampuan sambil stabil atau menetap atau tidak dapat diperbaiki sama sekali. Rehabilitasi sebagai pencegahan primer lebih dari upaya menghambat proses penyakit sendiri, yaitu mengembalikan individu kepada tingkat berfungsi yang optimal dari ketidakmampuannya.
·         Penilaian/Evaluasi
Evaluasi dilakukan atas respon komunitas terhadap program kesehatan.
Hal-hal yang perlu dievaluasi adalah masukan (input), pelaksanaan (proses) dan hasil akhir (output).
Penilaian yang dilakukan berkaitan dengan tujuan yang akan dicapai, sesuai dengan perencanaan yang telah disusun semula. Ada 4 dimensi yang harus dipertimbangkan dalam melaksanakan penilaian, yaitu:
1) Daya guna
2) Hasil guna
3) Kelayakan
4) Kecukupan
Fokus evaluasi adalah:
1)      Relevansi atau hubungan antara kenyataan yang ada dengan
Pelaksanaan
2) Perkembangan atau kemajuan proses
3) Efisiensi biaya
4) Efektifitas kerja
5) Dampak: apakah status kesehatan meningkat/menurun, dalam rangka
    waktu berapa?
Perubahan ini akan berkembang sesuai tingkat peran masing-masing, apabila peran masyarakat dan perawat sama-sama naik maka maka status kesehatan akan meningkat. Begitu juga sebaliknya. Untuk memandirikan klien dalam menanggulangi masalah kesehatan, pada awalnya peran perawat lebih besar daripada klien dan berangsur-angsur peran klien lebih besar daripada perawat.

 Perawat komunitas dapat bekerja diberbagai tatanan:
1. Klinik rawat jalan
2. Kantor kesehatan
3. Kesehatan kerja
4. Sekolah
5. Rumah
6. Perkemahan
7. Institusi pemeliharaan kesehatan
8. Tempat pengungsian
Perawat komunitas dapat bekerja sebagai :
1.      Perawat keluarga
Keperawatan kesehatan keluarga adalah tingkat keperawatan tingkat kesehatan masyarakat yang dipusatkan pada keluarga sebagai satu kesatuan yang dirawat dengan sehat sebagai tujuan pelayanan dan perawatan sebagai upaya (Bailon dan Maglaya, 1978).
Perawat keluarga adalah :
Perawat teregistrasi dan telah lulus dalam bidang keperawatan yang dipersiapkan untuk praktek memberikan pelayanan individu dan keluarga disepanjang rentang sehat sakit. Praktek ini mencakup pengambilan keputusan independen dan interdependen dan secara langsung bertanggung gugat terhadap keputusan klinis.
Peran perawat keluarga adalah melaksanakan asuhan keperawatan keluarga, berpartisipasi dan menggunakan hasil riset, mengembangkan dan melaksanakan kebijakan di bidang kesehatan, kepemimpinan, pendidikan, case managemen dan konsultasi.

2.      Perawat sekolah
Perawat kesehatan sekolah
Keperawatan sekolah adalah: keperawatan yang difokuskan pada anak ditatanan pendidikan guna memenuhi kebutuhan anak dengan mengikutsertakan keluarga maupun masyarakat sekolah dalam perencanaan pelayanan (Logan, BB, 1986)
Perawatan kesehatan sekolah mengaplikasikan praktek keperawatan untuk memenuhi kebutuhan unit individu, kelompok dan masyarakat sekolah.
Keperawatan kesehatan sekolah merupakan salah satu jenis pelayanan kesehatan yang ditujukan untuk mewujudkan dan menumbuhkan kemandirian siswa untuk hidup sehat, menciptakan lingkungan dan suasana sekolah yang sehat. Fokus utama perawat kesehatan sekolah adalah siswa dan lingkunganya dan sasaran penunjang adalah guru dan kader.
3.      Perawat kesehatan kerja
Perawat kesehatan kerja
Perawatan kesehatan kerja adalah penerapan prinsip-prinsip keperawatan dalam memelihara kelestarian kesehatan tenaga kerja dalam segala bidang pekerjaan (American Asociation of Occupational Health Nursing)
Perawat kesehatan kerja mengaplikasikan praktek keperawatan untuk memenuhi kebutuhan unik individu, kelompok dan masyarakat di tatanan industri, pabrik, tempat kerja, tempak konstruksi, universitas dan lain-lain.
Lingkup praktek keperawatan kesehatan kerja mencakup pengkajian riwayat kesehatan, pengamatan, memberikan pelayanan kesehatan primer konseling, promosi kesehatan, administrasi management quality asurance, peneliti dan kolaburasi dengan komunitas.
4.      Perawat gerontology
Perawatan gerontologi atau gerontik adalah ilmu yang mempelajari dan memberikan pelayanan kepada orang lanjut usia yang dapat terjadi di berbagai tatanan dan membantu orang lanjut usia tersebut untuk mencapai dan mempertahankan fungsi yang optimal.
Perawat gerontologi mengaplikasikan dan ahli dalam memberikan pelayanan kesehatan utama pada lanjut usia dank keluarganya dalam berbagai tatanan pelayanan. Peran lanjut perawat tersebut independen dan kolaburasi dengan tenaga kesehatan profesional.
Lingkup praktek keperawatan gerontologi adalah memberikan asuhan keperawatan, malaksanakan advokasi dan bekerja untuk memaksimalkan kemampuan atau kemandirian lanjuy usia, meningkatkan dan mempertahankan kesehatan, mencegah dan meminimalkan kecacatan dan menunjang proses kematian yang bermartabat. Perawat gerontologi dalam prakteknya menggunakan managemen kasus, pendidikan, konsultasi , penelitian dan administrasi.
Tujuan akhir perawatan komunitas adalah kemandirian keluarga dan masyarakat yang terkait dengan lima tugas kesehatan, yaitu: mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan tindakan kesehatan, merawat anggota keluarga, menciptakan lingkungan yang dapat mendukung upaya peningkatan kesehatan keluarga serta memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang tersedia, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pemecahan masalah keperawatan yaitu melalui proses keperawatan
H. Isu dan trend keperawatan komunitas.
Keadaan lain di Negara Indonesia yang masih merupakan masalah yang harus dihadapi dalam permasalahan Bidang Kesehatan meliputi :
1.        Masih cukup tingginya disparitas status kesehatan antar tingkat sosial ekonomi.
Permasalahan pembangunan sosial dan budaya yang menjadi perhatian utama antara lain adalah masih rendahnya derajat kesehatan dan status gizi serta tingkat kesejahteraan sosial masyarakat; masih rentannya ketahanan budaya dan belum diberdayakannya kesenian dan pariwisata secara optimal; masih rendahnya kedudukan dan peranan perempuan di berbagai bidang kehidupan dan pembangunan; masih rendahnya partisipasi aktif pemuda dalam pembangunan nasional, belum membudayanya
olahraga dan masih rendahnya prestasi olahraga. Berbagai permasalahan tersebut akan diatasi melalui pelaksanaan berbagai program pembangunan yang mengacu pada arah kebijakan sosial dan budaya yang telah diamanatkan dalam GBHN 1999–2004. Strategi yang digunakan dalam melaksanakan pembangunan bidang sosial dan budaya adalah desentralisasi; peningkatan peran masyarakat termasuk dunia usaha; pemberdayaan masyarakat termasuk pemberdayaan perempuan dan keluarga; penguatan kelembagaan termasuk peningkatan koordinasi
antarsektor dan antarlembaga. Lingkungan sosial budaya yang erat kaitannya dengan masalah kesehatan harus dilihat dari segi kehidupan masyarakat secara luas. Faktor-faktor keasyarakatan tersebuit antara lain struktur sosial, ekonomi dan budaya. Ini meliputi kecerdasan rakyat, kesadaran rakyat untuk memlihara kesehatan dirinya sendiri.
Makin bertambah tinggi tingkat pendidikan masyarakat kan tercipta perilaku dan sikap yang baik terhadapa hidup sehat yang menguntungkan uipaya kesehatan. Masyarakat agraris pada umumnya lebih lamban menanggapi perubahan nilai sosila budaya termasuk ekonomi, hingga sulit mengatasi masalah kemiskinan maupun pengembangan sosial dan budaya, yang justru
berpengaruh pada sikap dan perilaku hidup sehat.
2.        Mobilitas penduduk yang cukup tinggi ;
Upaya pengendalian pertumbuhan telah berhasil dengan baik terutama melalui gerakan Keluarga Berencana. Namun pertambahan jumlah penduduk dan perbandingan penduduk usia muda yang masih besar, serta penyebaran peduduk yang masih belum merata, menimbulkan masalah. Perbandingan jumlah penduduk wanita dan pria, tidak akan banyak berubah dari keadaan sekarang, yaitu 100 orang wanita terhadap 96,8 pria. Jumlah penduduk berusia 40 tahun keatas, secara relatif akan bertambah. Ini berarti perlunya peningkatan pelayanan untuk penyakit-penyakit tidak menular seperti kanker, penyakit jantung, dan penyakit degeneratif lainnya yang biasa diderita oleh penduduk berusia 40 tahun keatas, yang relatif lebih mahal
pelayanannya dibandingkan dengan penyakit menular. Dengan demikian ciri kependudukan di Indonesia sampai sekarang masih cenderung bergerak lamban dari penduduk usia muda ke arah penduduk usia tua. Karena itu upaya kesehatan masih ditujukan terutama kepada penyakit-penyakit yang banyak dideriita oleh anak-anak di bawah usia 5 tahun, dengan tidak melupakan pula berbagai penyakit yang lazim diderita oleh golongan umur produktif yang makin besar jumlahnya serta perubahan ciri-ciri penyakit di masa akan datang kondisi kesehatan lingkungan masih rendah;  Pencemaran lingkungan dewasa ini selain terutama disebabkan karena kebiasaan membuang kotoran yang tidak semestinya juga disebabkan oleh pencemaran air dan tanah serta udara karena bahan buangan industri, limbah pertanian dan pertambangan serta pencemaran udara karena kenderaan bermotor. Pencemaran makanan dan minuman dapat terjadi karena hygiene dan sanitasi yang belum memadai, pemakaian bahan tambahan, pemakaian pestisida untuk menyelamatkan produksi pangan dan keadaan lingkungan yang makin tercemar. Mengenai perumahan, bahwa dewasa ini masih banyak penduduk menempati rumah dan pemukiman yang tidak layak, yang merugikan kondisi kesehatan diri sendiri dan lingkungan.
3.        perilaku hidup sehat masyarakat yang masih rendah;  Berdasarkan batasan perilaku dari Skiner tersebut, maka perilaku kesehatan adalah suatu
respons seseorang (organisme) terhadap stimulus objek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan. dari batasan ini, perilaku kesehatan dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok. Tidak merokok. merokok adalah kebiasaan jelek yang mengakibatkan berbagai macam penyakit. Ironisnya kebiasaan merokok ini, khususnya di Indonesia seolah-olah sudah membudaya. Hampir 50% penduduk Indonesia usia dewasa merokok. bahkan dari hasil suatu penelitian, sekitar 15% remaja kitatelah merokok. inilah tantangan pendidikan kesehatan kita. Tidak minum-minuman keras dan narkoba. Kebiasaan minuman keras dan mengkonsumsi narkoba (narkotik dan bahan-bahan berbahaya lainnya) juga cenderung meningkat. Sekitar 1% penduduk Indonesia dewasa diperkirakan sudah mempunyai kebiasaan minuman keras ini. Istirahat cukup. dengan meningkatnya kebutuhan hidup akibat tuntutan untuk penyesuaian lingkungan modern, mengharuskan orang untuk bekerja keras dan berlebihan, sehingga kurang waktu istirahat. hal ini dapat juga membahayakan kesehatan. Mengendalikan stres. Stres akan terjadi pada siapa saja, dan akibatnya bermacam-macam bagi kesehatan. Lebih-lebih sebagai akibat dari tuntutan hidup yang keras seperti diuraikan di atas. Kecenderungan stres akan meningkat pada setiap orang. stres tidak dapat kita hindari, maka yang penting agar stres tidak menyebabkan gangguan kesehatan, kita harus dapat mengendalikan atau mengelola stres dengan kegiatan-kegiatan yang positif. Perilaku atau gaya hidup lain yang positif bagi kesehatan, misalnya : tidak berganti-ganti pasangan dalam hubungan seks, penyesuaian diri kita dengan lingkungan, dan sebagainya Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) yaitu Upaya untuk memberikan pengalaman belajar atau menciptakan suatu kondisi bagi perorangan, keluarga, kelompok dan masyarakat, dengan membuka jalur komunikasi, memberikan informasi dan melakukan edukasi untuk meningkatkan pengetahuan, sikap dan perilaku melalui pendekatan pimpinan (advocacy), bina suasana (social support) dan pemberdayaan masyarakat (empowerment) sebagai suatu upaya untuk membantu masyarakat mengenali dan mengetahui masalahnya sendiri, dalam tatanan rumah tangga, agar dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dalam rangka menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya.
4. Keterbatasan pelayanan kesehatan ; Dalam rangka pemerataan pengembangan dan pembinaan kesehatan masyarakat, khususnya yang berpenghasilan rendah, telah dibangun Pusat-Pusat Kesehatan Masyarakat. Dewasa ini seluruh kecamatan sudah mempunyai sekurang-kurangnya sebuah Puskesmas serta beberapa Puskesmas Pembantu. Jangkauan upaya pelayanan Puskesmas dan Puskemsas pemantu masih belum memadai terutama di daerah pedesaan yang sulit perhubungannya atau daerah terpencil. Untuk mengatasi itu diadakan Puskesmas Keliling dan Polindes untuk membantu memberiakan pelayanan kepeda penduduk. Namun belum semua desa bisa terjangkau. Upaya pelayanan kesehatan yang mmenyeluruh dan terpadu hanya mungkin diwujudkan jika sistem rujukan dikembangkan dengan meningkatkan sarana dalam arti luas, yakni pengembangan rumah sakit yang memenuhi syarat medis teknis serta kejelasan tanggung jawab antara Puskesmas dan Rumah sakit, baik pemerintah maupun swasta.,
5. Jumlah tenaga kesehatan masih kurang merata, masih rendahnya kualitas pelayanan kesehatan di Puskesmas dan jaringannya, masih rendahnya kinerja SDM Kesehatan.
Secara umum dapat dikatakan bahwa baik tenaga medis maupun tenaga paramedis jumlah dan mutunya serta pemerataannya masih belum memadai. Hampir seluruh dokter dan sebagian besar tenaga paramedis adalah pegawai negeri, sedangkan banyak tenaga medis merangkap melayani usaha kesehatan swasta. Hal ini dapat mengurangi mutu pelayanan kesehatan-kesehatan pemerintah. Perbandingan jumlah dokter dan paramedis serta tenaga kesehatan lainnya terhadap jumlah penduduk masih jauh dari memuaskan. Pola ketenagaan untuk unit-unit pelayanan kesehatan serta pendidikan dan latihannya masih perlu dimantapkan. Sistem pengelolaan tenaga kesehatan yang baru dirintis belum sepenuhnya memungkinkan pembinaan tenaga kesehatan berdasarkan sistem karier dan prestasi kerja. Dengan meningkatnya kecepatan pembangunan bidang kesehatan sebagi bagian dari pembangunan nsional, kiranya masalah ketenagaan tersebut juga akan cenderung meningkat pula. Karena itu masalah ketenagaan perlu mendapatkan prioritas penggarapan baik untuk jangka pendek maupun menengah dan jangka panjang.
6.Pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada belum optimal ; Pencarian dan penggunaan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan, atau sering disebut perilaku pencairan pengobatan (health seeking behavior). Perilaku ini adalah menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit dan atau kecelakaan. tindakan atau perilaku ini dimulai dari mengobati sendiri (self treatment) sampai mencari pengobatan
ke luar negeri. Fasilitas kesehatan sebagi salah satu sumber daya kesehatan sampai dewasa ini telah dikembangkan tahap demi tahap sesuai dengan keperluan. Jumlah dan fungsi rumah sakit baik pemerintah maupun swasta telah pula ditingkatkan. Peningkatan rumah sakit ini merupakan salah satu kegiatan dari peningkatan upaya kesehatan rujukan, yang dimaksudkan untuk lebih menunjang upaya kesehatan Puskesmas. Demikian pula fasilitas kesehatan lainnya seperti laboratorium , kantor, perumahan dinas, fasilitas pendidikan dan latihan dan yang lainnya telah pula ditingkatkan. Namun pamanfaatan terhadap fasiltas tersebut masih belum optimal, hal ini dapat kita lihat dari sedikitnya jumlah kunjungan rawat jalan di Puskesmas dibandingkan dengan kunjungan ke praktek pribadi medis maupun paramedis. Selain itu masih adanya pemanfaatan pengobatan pada praktik perdukunan pada sebagain masyarakat di pedesaan.
7. Akses masyarakat untuk mencapai fasilitas kesehatan yang ada belum optimal.
Akses yang dimaksud adalah sarana pendukung seperti sarana jalan dan transfortasi yang masih belum baik dan kurang. Di daerah terbelakang dan terpencil sampai saat ini untuk sarana jalan dan transfortasi dapat dikatakan kurang mendukung. Untuk mencapai fasilitas kesehatan terkadang membutuhkan waktu berhari-hari hanya untuk mengobati sakit sanak keluarga masyarakat di desa terpencil tersebut. Permasalah ini tidak lepas juga dengan letak geografis darah tersebut. Selain itu tidak semua desa tertinggal atau terpencil ditempatkan petugaskesehatan dikarenakan masih kurangnya tenaga kesehatan.
8. Peran lintas sektor dalam bidang kesehatan belum optimal. Di antara faktor-faktor yang perlu mendapatkan perhatian dalam pembangunan amntara lain adalah kertja sama lintas sektor. Kerja sama yang dimaksud adalkah kerja sama berbagao sektor pembangunan, kerjasama pemerintah dengan masyarakat termasuk swasta. Yang masih perlu ditingkatkan adalah kerja sama lintas sektor yang diselenggarakan oleh pemerintah dan swasta, baik dari segi teknis opersional maupun administratif, ketengaan dan kejelasan mekanisme kerja bahkan termasuk aspek-aspek hukum yang dapat memantapkan kerja sama secara luas Kerja sama llintas sektor sering sukar diwujudkan jika kerja sama tersebut tidak didasari oleh saling pengertian dan keterbukaan yang mendalam antara komponen yang terlibat serta tidak ada kejelasan tentang tujuan bersama. Peran yang harus dilakukan oleh masing-masing komponen dalam kerja sama itu dan mekanisme kerjanya perlu dirumuskan.
C. Rekomendasi Pemecahan Masalah Dalam pengembangan pembangunan kesehatan, Departemen Kesehatan melakukan penyusunan berbagai pedoman dan standar, penelitian dan pengembangan kesehatan, pengembangan sistem informasi kesehatan, memfasilitasi daerah dalam memenuhi komitmen nasional dan global, serta mendorong peran aktif masyarakat.
1. Dengan makin kompleksnya pembangunan kesehatan, sangat diperlukan berbagai standar dan pedoman pembangunan kesehatan dari Departemen Kesehatan. Di era desentralisasi, standar dan pedoman pembangunan kesehatan dalam lingkup nasional tersebut semakin diperlukan sebagai acuan penting dalam penyelenggaraan
pembangunan kesehatan daerah.
2. Selama ini di lingkungan Departemen Kesehatan berbagai jenis sistem informasi kesehatan telah berhasil dikembangkan, yakni dengan telah dikembangkannya. Sistem Informasi Kesehatan Nasional. Tetapi dengan berlakunya asas desentralisasi, berbagai sistem informasi tersebut menjadi tidak berjalan lancar. Dengan kurang lancarnya sistem informasi kesehatan tersebut berakibat pada sistem perencanaan dan pengembangan kebijakan yang kurang berbasis pada data dan kenyataan di lapangan.
3. Dalam tahun 2003, penelitian dan pengembangan kesehatan secara nasional telah mulai digerakkan secara lebih terarah, terutama dalam kaitannya dengan desentralisasi pembangunan kesehatan, dan dalam menghadapi tantangan globalisasi. Saat ini masih dirasakan adanya kesenjangan antara produk litbangkes dengan pemanfaataanya untuk pembangunan kesehatan. Selain itu perlu adanya kajian-kajianterhadap fenomena yang ada saat ini serta prediksiuntuk perkembangan masa depan. Di masa mendatang peran penelitian dan pengembangan kesehatan serta kajian kebijakan pembangunan kesehatan, semakin diperlukan dalam mendukung pembangunan kesehatan.
4. Keberadaan dan kiprah Badan Pertimbangan Kesehatan sangat ditunggu-tunggu, terutama untuk memenuhi konsekwensi terhadap komitmen nasional dan global, serta sebagai penghubung pembangunan kesehatanantar Daerah dan Pusat, serta antar Daerahyang satu dan lainnya.
5. Pemberdayaan masyarakat sebagai isu sentral dalam pembangunan kesehatan perlu mendapat perhatian dan penanganan secara serius, terutama dalam melibatkan masyarakat untuk ikut serta dalam melakukan pelayanan kesehatan (to serve), dalam melakukan advokasi kepada stakeholder (to advocate), dan aktif dalam mengkritisi pelaksanaan upaya kesehatan (to watch).
6. Peranserta masyarakat di bidang kesehatan telah banyak berkembang antara lain dimulai dengan terbentuknya PKMD (Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa) yang sekarang menjadi Upaya Kesehatan Bersumber Masyarakat (UKBM). Departemen Kesehatan telah mengembangan Pedoman Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) dan telah disosialisasikan dan dilaksanakan secara nasional. Mengingat kecenderungan semakin banyaknya penyakit akibat perilaku dan gaya hidup yang tidak sehat, maka pengembangan dan penyebarluasan sistem surveilan untuk perilaku yang berisiko (Behavioral Risk Factors Surveilance System)sangat mendesak untuk dilaksanakan dan disebarluaskan.  
7. Sampai dewasa ini sebenarnya cukup banyak pembangunan kesehatan yang dilaksanakan berdasarkan asas dekonsentrasi dan asas pembantuan. Pemahaman dan pengutamaan konteks, proses, dan penyelenggara dari pelaksanaan kedua asas tersebut perlu lebih jelas dan fokus lagi. Selain itu perlu digarisbawahi bahwa pelaksanaan pembangunan kesehatan secara nasional akan gagal jika pusat tidak atau kurang memperhatikan kenyataan kemampuan keuangan berbagai daerah yang terbatas.
8. Dari pengalaman beberapa tahun terakhir, kejadian berbagai keadaan darurat/life saving yang berskala nasional di berbagai daerah, memerlukan pelayanan kesehatan yang bersifat khusus dan langsung dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan. Dalam pelayanan kesehatan pada keadaan darurat/life saving yang dilaksanakan oleh Departemen Kesehatan tersebut, masih perlu ditingkatkan.
9. Penajaman sasaran pembangunan kesehatan selama ini perlu ditingkatkan terutama untuk pemberian subsidi pelayanan kesehatan dasar dan rujukan bagi penduduk miskin. Departemen Kesehatan telah menetapkan kebijakan yang mendasar, yakni membebaskan pembiayaan bagi keluarga miskin yang berobat ke Puskesmas dan rumah sakit klas tiga.
10. Upaya kesehatan yang bersifat public goods perlu lebih diutamakan. Di masa depan Departemen Kesehatan perlu lebih memberikan prioritas dalam upaya ini, untuk menekan terjadinya masalah kesehatan masyarakat, terutama yang akan menimpa masyarakat miskin. Bantuan fasilitas dari Pusat untuk mendukung pemberantasan penyakit menular (antara lain vaksin) masih perlu dibenahi, karena apabila hal ini dibebankan kepada daerah, maka sudah bisa dipastikan bahwa upaya pemberantasan ini akan kurang berhasil. Upaya kesehatan yang bersifat public goods ini harus berkualitas tinggi dan bisa dipertanggungjawabkan serta dipertanggunggugatkan kepada masyarakat. Disamping itu penyelenggaraan promosi kesehatan masih terbatas, dan perlu ditingkatkan baik intensitas maupun teknologinya yang sesuai dengan perkembangan sosial budaya masyarakat.
11. Pengaturan sistem rujukan pelayanan kesehatan sudah dilakukan, seperti peningkatan pemanfaatan rumahrumah sakit vertikal. Sementara itu alokasi anggaranuntuk upaya meningkatkan kinerja rumah sakit-rumah sakit vertikal ini perlu ditingkatkan.
BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Keperawatan Komunitas Keperawatan komunitas merupakan pelayanan yang memberikan pelayanan terhadap pengaruh lingkungan (bio, psiko, sisio, cultural dan spiritual) terhadap kesehatan komunitas dan memberikan prioritas pada strategi pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan.
Empat komponen dasar keperawatan komunitas : Manusia Komunitas sebagai klien , Kesehatan Sehat Lingkungan Semua faktor internal dan eksternal,  Keperawatan Intervensi/tindakan. Ruang lingkup keperawatan kesehatan komunitas adalah upaya-upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan (preventif), pemeliharaan kesehatan dan pengobatan (kuratif), pemulihan kesehatan (rehabilitatif) dan mengembalikan serta memfungsikan kembali baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat ke lingkungan sosial dan masyarakatnya (resosialisasi).
Tujuan Perawatan Kesehatan Komunitas  Meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal agar dapat menjalankan fungsi kehidupan sesuai dengan kapasitas yang mereka miliki. Untuk
meningkatkan berbagai kemampuan individu, keluarga, kelompok khusus dan msyarakat
B.     SARAN
Sebaiknya keperawatan di Indonesia lebih dapat menggunanakan metode keperawaatan komunitas dalam meningkatkan kemajuan keperwatan di Indonesia karna keperawatan komunitas mrupakan pelayanan yang memberikan pengaruh lingkungan terhadap kesehatan komunitas dan memberikan prioritas pada strategi pencegahan penyakit dan peningkatan kesehatan.

0 komentar:

Posting Komentar

 

LWPM Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos