Kamis, 23 Oktober 2014

SISTEM IMUN HEMATOLOGI

Diposting oleh Unknown di 05.59


ANEMIA HIPOVOLEMI
DISUSUN OLEH :
LUTHFYANI WIDYA PRATAMA MULYA
S1 KEPERAWATAN
 
BAB I
PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang
Anemia adalah salah satu penyakit yang sering diderita masyarakat, baik anak-anak, remaja usia subur, ibu hamil ataupun orang tua. Penyebabnya sangat beragam, dari yang karena perdarahan, kekurangan zat besi, asam folat, vitamin B12, sampai kelainan hemolitik.
Anemia dapat diketahui dengan pemeriksaan fisik maupun dengan pemeriksaan laboratorium. Secara fisik penderita tampak pucat, lemah, dan secara laboratorik didapatkan penurunan kadar Hemoglobin (Hb) dalam darah dari harga normal.
1.2         Tujuan
1.             Tujuan Umum
Mahasiswa keperawatan mampu memahami asuhan keperawatan pada pasien dengan anemia
2.             Tujuan Khusus
a.             Mahasiswa mampu mengetahui Anatomi dan fisiologi sistem imun
b.             Mahasiswa mampu mengetahui pengertian anemia.
c.             Mahasiswa mampu menyebutkan jenis, penyebab, manifestasi klinis, komplikasi, dan pemeriksaan penunjang, anemia.
d.            Mahasiswa mampu mengetahui diagnosa-diagnosa yang mungkin muncul pada pasien anemia.
e.             Mahasiswa mampu memahami penatalaksanaan pada pasien dengan anemia.
1.3       Metodologi penulisan
a.         Mengumpulkan dari litelatur dan internet
b.         Berdiskusi dengan teman kelompok dan teman beda kelompok
1.4         Ruang lingkup penulisan
1)             Definisi Anemia
2)             Etiologi Anemia
3)             Tanda-gejala penyakit Anemia
4)             Patofisiologis Anemia
5)             Komplikasi Anemia
6)             Pemeriksaan penunjang Anemia
7)             ASKEP Anemia
1.5         Sistematika Penulisan
BAB I                Pendahuluan berisi Latar Belakang, Tujuan, dan Sisitematika Penulisan.
BAB II              Berisikan isi yaitu definisi, etiologi, patofisiologi, komplikasi, manifestasi klinis, pemeriksaan penunjang, ASKEP Anemia
BAB III             Penutup berisi Kesimpulan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1         ANATOMI DAN FISIOLOGI  SISTEM HEMATOLOGI
Anatomi system hematologi
System hematologi tersusun atas darah dan tempat darah diproduksi, termasuk sumsum tulang dan nodus limpa.  Darah adalah organ khusus yang berbeda dengan orang lain karena berbentuk cairan.
Darah merupakan medium transport tubuh, volume darah manusia sekitar 7%-10% berat badan normal dan berjumlah sekitar 5 liter. Keadaan jumlah darah pada setiap orang tidak sama, bergantung pada usia, pekerjaan, serta keadaan jantung atau pembuluh darah. Darah terdiri dari 2 komponen utama, yaitu sebagai berikut :
1)   Plasma darah, bagian cair darah yang sebagian besar  terdiri atas air, elektrolit, dan protein darah.
2)   Butir-butir darah (Blood Corpuscles), yang terdiri atas komponen – komponen berikut :
·           Eritrosit : sel darah merah (SDM-red blood cell)
·           Leukosit : sel darah putih (SDP-white blood cell)
·           Trombosit : butir pembekuan darah-platelet
Sel Darah Merah (Eritrosit)
Struktur Sel Darah Merah
Sel darah merah merupakan cairan bikonkaf dengan diameter 7 mikron. Bikonkavitas memungkinkan gerakan oksigen masuk dan keluar sel secara cepat dengan jarak yang pendek antara membrane dan inti sel. Wrnanya kuning kemerah-merahan, karena di dalamnya mengandung suatu zat yang disebut hemoglobin.
Sel darah merah tidak memiliki inti sel, mitokondria, dan ribosom , serta tidak dapat bergerak. Sel ini tidak dapat melakukan mitosis, fosforilasi oksidatif sel, atau pembentukan protein.
Komponen eritrosit adalah sebagi berikut :
1)   Membrane eritrosit
2)   System enzim : enzim G6PD (Glocose 6-Phosphatedehydrogenase)
3)   Hemoglobin, komponen terdiri atas :
·      Heme yang merupakan gabungan protoporfirin dengan besi
·      Globin : bagian protein yang terdiri atas 2 rantai alfa dan 2 rantai beta
Terdapat sekitar 300 molekul hemoglobin dalam setiap sel darah merah. Hemoglobin berfungsi untuk meningkatkan oksigen, satu gram hemoglobin akan bergabung  dengan 1.34 ml oksigen.
Oksihemoglobin merupakan hemoglobin yang berkombinasi/berkaitan dengan oksigen
Tugas akhir hemoglobin adalah menyerap karbondioksida dan ion hydrogen serta membawanya ke paru, tempa zat-zat tersebut dilepaskan dari hemoglobin.
Produksi Sel Darah Merah (Eritropoesis)
Dalam keadaan normal, eritrosit pada orang dewasa terjadi dalam sumsum tulang belakang, dimana system eritrosit menepati 20%-30% bagian jaringan sumsum tulang yang aktif membentuk sel darah. Sel eritrosit berinti berasal dari sel induk multipotensiasi  dalam sumsum tulang. Sel induk multipotensial ini mampu berdiferensiasi menjadi sel darah sitem eritrosit, myeloid, dan megakariosibila yang dirangsang oleh eritropoeitin. Sel induk multipotensial akan berdeferensiasi menjadi sel induk unipotensial. Sel induk unipotensial tidak mampu berdeferensiasi lebih lanjut, sehinggal sel induk unipotensial seri eritrosit hanya akan berdeferensiasi menjadi sel pronormoblas. Sel pronormoblas akan membentuk DNA yang diperlukan untuk tiga sampai empat kali fase mitosis. Melalui empat kali mitosis dari tiap sel pronormoblas akan terbentuk 16 eritrosit. Eritrosit matang kemudian dilepaskan dengan sirkulasi. Pada produksi eritrosit normal sumsum tulang memerlukan besi, vitamin B12, asam folat, piridoksin (B6), kobal, asam amino, dan tembaga.
Secara garis besar perubahan morfologi sel yang terjadi selama proses diferensiasi sel pronormoblas sampai eritrosit matang dapat dikelompokkan ke dalam 3 kelompok, yaitu :
1)   Ukuran sel semakin kecil akibat mengecilnya inti sel
2)   Inti sel menjadi makin padat dan akhirnya dikeluarkan pada tingkatan eritoblas asidosis
3)   Dalam sitoplasma dibentuk hemoglobin yang diikuti dengan hilangnya RNA dari dalam sitoplasma sel.
Lama hidup
Eritrosit hidup selama 74-154 hari. Pada usia ini enzim mereka gagal. Membrane sel berhenti berfungsi dengan adekuat, dan sel ini dihancurkan oleh sel system retikulo endothelial
Jumlah eritrosit
Jumlah normal pada orang dewasa kira-kira 11,5-15 gram dalam 100 cc darah. Normal Hb wanita 11,5 mg% dan Hb laki-laki 13,0 mg%
Sifat-sifat sel darah merah
Sel darah merah biasanya digambarkan berdasarkan ukuran dan jumlah hemoglobin yang terdapat di dalam sel sebagai berikut :
1)   Normositik : sel yang ukurannya mormal
2)   Normokromik : sel dengan jumlah hemoglobin yang normal
3)   Mikrositik : sel yang ukurannya terlalu kecil
4)   Makrositik : sel yang ukurannya terlalu besar
5)   Hipokromik : sel yang jumlah hemoglobinnya terlalu sedikit
6)   Hiperkromik : sel yang jumlah hemoglobinnya terlalu banyak
Dalam keadaan normal, bentuk sel darah merah dapat berubah-ubah, sifat ini memungkinkan sel tersebut masuk ke mikrosirkulasi kapiler tanpa kerusakan. Apabila sel darah merah sulit berubah bentuk (kaku), maka sel tersebut tidak dapat bertahan selama peredaran salam sirkulasi
Penghancuran sel darah merah
Proses penghancuran sel darah merah terjadi karena proses penuaan (senescence) dan proses patologis (hemolisis)
Hemolisis yang terjadi pada eritrosit akan mengakibatkan terurainya komponen-komponen hemoglobin menjadi dua komponen sebagi berikut :
a)   Komponen protein, yaitu globin yang akan dikembalikan ke pool protein dan dapat digunakan kembali
b)   Komponen heme akan dipecah menjadi dua, yaitu :
·      Besi yang akan dikembalikan ke pool besi dan digunakan ulang
·      Bilirubin yang akan disekresikan melalui hati dan empedu
Fisiologi system hematologi
Dalam keadaan fisiologis, darah selalu berada dalam pembuluh  darah, sehingga dapat menjalankan fungsinya sebagai berikut
1)   Sebagai alat pengangkut yang meliputi hal-hal berikut :
·      Mengangkut gas karbondioksida (CO2) dari jaringan perifer kemudian dikeluarkan melalui paru-paru untuk didistribusikan ke jaringan yang memerlukan
·      Mengangkut sisa-sisa dari hasil metabolism jaringan berupa urea, keratin, dan ampas urat
·      Mengangkut sari makanan yang diserap melalui usus untuk disebarkan ke seluruh jaringan tubuh
·      Mengangkut hasil metabolism jaringan
2)   Mengatur keseimbangan cairan tubuh
3)   Mengatur panas tubuh
4)   Berperan serta dalam mengatur pH cairan tubuh
5)   Mempertahankan tubuh dari serangan penyakit infeksi
6)   Mencegah perdarahan
                                                      
2.2         ANEMIA HYPOVOLEMIK AKUT
a.             Definisi
Anemia adalah gejala dari kondisi yang mendasari, seperti kehilangan komponen darah, elemen tak adekuat atau kurangnya nutrisi yang dibutuhkan untuk pembentukan sel darah merah, yang mengakibatkan penurunan kapasitas pengangkut oksigen darah (Doenges,).
Anemia adalah istilah yang menunjukan rendahnya hitungan sel darah merah dan kadar hemoglobin dan hematokrit di bawah normal (Smeltzer, 2002 : 935).
Anemia adalah berkurangnya hingga di bawah nilai normal sel darah merah, kualitas hemoglobin dan volume packed red bloods cells (hematokrit) per 100 ml darah (Price, 2006 : 256).
Dengan demikian anemia bukan merupakan suatu diagnosis atau penyakit, melainkan merupakan pencerminan keadaan suatu penyakit atau gangguan fungsi tubuh dan perubahan patotisiologis yang mendasar yang diuraikan melalui anemnesis yang seksama, pemeriksaan fisik dan informasi laboratorium.
b.             Jenis-jenis Anamia
a)             Anemia aplastik merupakan suatu gangguan  yang mengancam jiwa pada sel induk di sumsum tulang, yang sel-sel darahnya diproduksi dalam jumlah yang tidak mencukupi.
b)            Anemia defisiensi besi merupakan secara morfologi, keadaan ini diklasifikasikan sebagai anemia mikrostik hypokromik dengan penurunan kuantitatif sintetis hemoglobin. Defesiensi besi merupakan penyebab anemia di dunia dan terutama sering dijumpai pada perempuan berusia subur, disebabkan oleh kehilangan darah sewaktu menstruasi dan peningkatan kebutuhan besi selama kehamilan.
c)             Anemia megaloblastik merupakan (SDM besar) diklasifikasikan secara morfologis sebagai anemia makrostik normokromik.anemia megaloblastik sering disebabkan oleh defisiensi vitamin B12 dan asam folat dan mengakibatkan gangguan sintetis DNA, disertai kegagalan maturasi dan pembelahan inti(Guyton, 2001).
d)            Anemia Sel Sabit adalah hemoglobinopati yang disebabkan oleh kelainan struktur hemoglobin. Penyakit sel  sabit merupakan gangguan genetik resesif autosomal, yaitu individu memeperoleh hemoglobin sabit (Hb S) dari kedua orang tuanya.
c.              Etiologi
Penyebab tersering dari anemia akut adalah kondisi seperti perdarahan.
Penyebab umum dari anemia akut :
·                Perdarahan hebat Akut (mendadak)
·                Kecelakaan
·                Pembedahan
·                Persalinan
·                Pecah pembuluh darah
·                Perdarahan menstruasi yang sangat banyak
        d.         Manifestasi klinis
a)             penurunan kinerja fisik
b)             gangguan neurologik (syaraf) yang dimanifestasikan dalam perubahan perilaku
c)             anorexia (badan kurus kerempeng),
d)            perkembangan kognitif yang abnormal pada anak.
e)             Gangguan  tubuh kembang
f)              gangguan fungsi epitel
g)             berkurangnya keasaman lambung
h)              lemah, letih, lesu, lelah, lalai
i)               sklera (warna pucat pada bagian kelopak mata bawah).
j)               kelelahan, kelemahan, kurang tenaga dan kepala terasa melayang
k)             stroke atau serangan jantung (Sjaifoellah)
e.              Komplikasi
Anemia juga menyebabkan daya tahan tubuh berkurang. Akibatnya, penderita anemia akan mudah terkena infeksi. Gampang batuk-pilek, gampang flu, atau gampang terkena infeksi saluran napas, jantung juga menjadi gampang lelah, karena harus memompa darah lebih kuat. Pada kasus ibu hamil dengan anemia, jika lambat ditangani dan berkelanjutan dapat menyebabkan kematian, dan berisiko bagi janin. Selain bayi lahir dengan berat badan rendah, anemia bisa juga mengganggu perkembangan organ-organ tubuh, termasuk otak (Sjaifoellah).
f.             Pemeriksaan penunjang
a.              Jumlah darah lengkap (JDL) : hemoglobin dan hemalokrit menurun.
b.             Jumlah eritrosit : menurun (AP), menurun berat (aplastik); MCV (molume korpuskular rerata) dan MCH (hemoglobin korpuskular rerata) menurun dan mikrositik dengan eritrosit hipokronik (DB),peningkatan (AP) . Pansitopenia (aplastik).
c.              Jumlah retikulosit : bervariasi, misal : menurun (AP), meningkat (respons sumsum tulang terhadap kehilangan darah/hemolisis).
d.             Pewarna sel darah merah : mendeteksi perubahan warna dan bentuk (dapat mengindikasikan tipe khusus anemia).
e.              LED : Peningkatan menunjukkan adanya reaksi inflamasi, misal : peningkatan kerusakan sel darah merah : atau penyakit malignasi. Masa hidup sel darah merah : berguna dalam membedakan diagnosa anemia, misal : pada tipe anemia tertentu, sel darah merah mempunyai waktu hidup lebih pendek.
f.              Tes kerapuhan eritrosit : menurun (DB).
g.             SDP : jumlah sel total sama dengan sel darah merah (diferensial) mungkin meningkat (hemolitik) atau menurun (aplastik). Jumlah trombosit : menurun caplastik; meningkat (DB); normal atau tinggi (hemolitik) Hemoglobin elektroforesis : mengidentifikasi tipe struktur hemoglobin. Bilirubin serum (tak terkonjugasi): meningkat (AP, hemolitik).
h.             Folat serum dan vitamin B12 membantu mendiagnosa anemia sehubungan dengan defisiensi masukan/absorpsi Besi serum : tak ada (DB); tinggi (hemolitik) TBC serum : meningkat (DB) Feritin serum : meningkat (DB) Masa perdarahan : memanjang (aplastik) LDH serum : menurun (DB) Tes schilling : penurunan eksresi vitamin B12 urine (AP)
i.               Guaiak : mungkin positif untuk darah pada urine, feses, dan isi gaster, menunjukkan perdarahan akut / kronis (DB). Analisa gaster : penurunan sekresi dengan peningkatan pH dan tak adanya asam hidroklorik bebas (AP). Aspirasi sumsum tulang/pemeriksaan/biopsi : sel mungkin tampak berubah dalam jumlah, ukuran, dan bentuk, membentuk, membedakan tipe anemia, misal: peningkatan megaloblas (AP), lemak sumsum dengan penurunan sel darah (aplastik).
Pemeriksaan andoskopik dan radiografik : memeriksa sisi perdarahan : perdarahan GI (Doenges).
g.             Penatalaksanaan Medis
Tindakan umum : Penatalaksanaan anemia ditunjukan untuk mencari penyebab dan mengganti darah yang hilang.
1)             Transpalasi sel darah merah.
2)             Antibiotik diberikan untuk mencegah infeksi.
3)             Suplemen asam folat dapat merangsang pembentukan sel darah merah.
4)              Menghindari situasi kekurangan oksigen atau aktivitas yang membutuhkan oksigen
5)              penyebab perdarahan abnormal bila ada
6)             Diet kaya besi yang mengandung daging dan sayuran hijau.
Pengobatan (untuk pengobatan tergantung dari penyebabnya) :
1.             Anemia defisiensi besi
Penatalaksanaan :Mengatur makanan yang mengandung zat besi, usahakan makanan yang diberikan seperti ikan, daging, telur dan sayur. Pemberian preparat fe
Perrosulfat 3x 200mg/hari/per oral sehabis makan Peroglukonat 3x 200 mg/hari /oral sehabis makan.
2.             Anemia pernisiosa : pemberian vitamin B12
3.             Anemia asam folat : asam folat 5 mg/hari/oral
4.             Anemia karena perdarahan : mengatasi perdarahan dan syok dengan pemberian cairan dan transfusi darah.
BAB III
PENUTUP   


Kesimpulan
Anemia sering di jumpai di masyarakat dan mudah di kenali. Tanda dan gejalanya beragam, seperti pucat, lemah, maul,dll. Pendiagnosaan anemia dapat di tunjang dengan pemeriksaan laborat yakni adanya penurunan kadar Hb.
 

0 komentar:

Posting Komentar

 

LWPM Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos