MAKALAH BLOK SISTEM PENCERNAAN
GASTROENTERITIS
DISUSUN OLEH :
LUTHFYANI WIDYA PRATAMA MULYA
S1 KEPERAWATAN
DISUSUN OLEH :
LUTHFYANI WIDYA PRATAMA MULYA
S1 KEPERAWATAN
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Penyakit gastroenteritis hingga kini masih merupakan
salah satu penyakit utama pada bayi dan anak di indonesia. Diperkirakan angka
kesakitan berkisar diantara 150-430 / seribu penduduk setahunnya. Dengan upaya
yang sekarang telah dilaksanakan, angka kesakitan di RS dapat ditekan menjadi
< dari 3 %.
Penggunaan istilah diare sebenarnya lebih tepat dari
pada gasteroentritis, karena istilah yang disebut terakhir ini memberikan kesan
seolah-olah penyakit ini hanya disebabkan oleh infeksi dan walaupun disebabkan
oleh infeksi, lambung jarang mengalami peradangan.
Hippocrates mendefinisikan diare sebagai pengeluaran
tinja yang tidak normal dan cair. Dibagian IKA FKUI / RSCM diare diartikan
sebagai buang air besar yang tidak normal / bentuk tinja yang encer dengan
frekuensi lebih banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi
BAB sudah lebih dari 4 kali. Sedangkan untuk bayi
berumur > 1 bulan dan anak, bila frekuensi sudah > 3 kali.
B.
Tujuan Penulisan
Tujuan Umum :
Mahasiswa dapat menyelesaikan tugas Blok
Sistem Pencernaan
Tujuan Khusus :
1. Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian gastroenteritis
2. Mahasiswa mengetahui etiologi gastroenteritis
3. Mahasiswa bisa menjelaskan patofisiologi ,manifestasi
klinis serta komplikasi dari gastroenteritis
4. Mahasiswa dapat menjelaskan pemeriksaan
yang dilakukan serta penatalaksanaan dari gastroenteritis
5. Mahasiswa mampu memberikan asuhan
keperawatan kepada pasien gastroenteritis
C.
Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan yang terdiri atas latar
belakang, tujuan penulisan serta sistematika
Bab II Anatomi fisiologi pencernaan
yang terdiri atas anatomi dan fungsi pencernaan
Bab III Teori
gastroenteritis yang terdiri atas definisi, etiologi, klasifikasi, manifestasi
klinis, patofisiologi, pemeriksaan diagnostik,penatalaksanaan serta asuhan
keperawatan
Bab IV Penutup yang terdiri atas kesimpulan dan saran
Data makalah ini diambil dari reverensi buku yang terkait dengan sistem
pencernaan atau hati serta dari media informasi seperti internet, majalah,dan
lainnya.
BAB II
ANATOMI FISIOLOGI PENCERNAAN
A.
Anatomi Pencernaan
Anatomi saluran pencernaan terdiri dari
mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar,
rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak
diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
1. Mulut
Merupakan suatu
rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air. Mulut merupakan bagian awal
dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus. Mulut merupakan jalan
masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput
lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan
lidah. Pengecapan sederhana
terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf
olfaktorius di hidung, terdiri dari berbagai macam bau. Makanan dipotong-potong
oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham),
menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah
akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim
pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim
(misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung.
Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
2. Tenggorokan ( Faring)
Merupakan
penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Didalam lengkung faring
terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar
limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak
bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga
mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang keatas bagian depan
berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana,
keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang yang
disebut ismus fausium. Tekak terdiri dari bagian superior yaitu bagian yang
sama tinggi dengan hidung, bagian media yaitu bagian yang sama tinggi dengan
mulut dan bagian inferior yaitu bagian yang sama tinggi dengan laring. Bagian
superior disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan
tekak dengan ruang gendang telinga. Bagian media disebut orofaring, bagian ini
berbatas ke depan sampai di akar lidah. Bagian inferior disebut laringofaring
yang menghubungkan orofaring dengan laring.
3. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan
adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu makanan
mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui
kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut
esofagus. Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang.
Menurut histologi, esofagus dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian superior
(sebagian besar adalah otot rangka), bagian tengah (campuran otot rangka dan
otot halus), serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
4. Lambung
Merupakan organ
otot berongga yang besar, yang terdiri dari tiga bagian yaitu kardia, fundus
dan antrium. Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara
ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim.
Sel-sel yang
melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :
a) Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap
kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah
kepada terbentuknya tukak lambung.
b) Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh
pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai
penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
c) Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
5. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil
adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara lambung dan usus
besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang
diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang
melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan
yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna
protein, gula dan lemak. Lapisan usus halus terdiri dari lapisan mukosa
(sebelah dalam), lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang dan lapisan
serosa. Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari
(duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
a) Usus Dua Belas Jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang
terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian
usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari
bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum treitz. Usus dua belas jari
merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput
peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan.
Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan
kantung empedu. Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari
(duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke
dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh
usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk
berhenti mengalirkan makanan.
b) Usus Kosong (Jejenum)
Usus kosong atau jejunum adalah bagian kedua dari usus halus, di antara
usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh
usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong
dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium. Permukaan
dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang
memperluas permukaan dari usus.
c) Usus Penyerapan (Illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada
sistem pencernaan manusia ileum memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak
setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki
pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12
dan garam-garam empedu.
6. Usus Besar (Kolon)
Usus
besar atau kolon adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama
organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri dari kolon
asendens (kanan), kolon transversum, kolon desendens (kiri), kolon sigmoid
(berhubungan dengan rektum) Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar
berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri
di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K.
Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta
antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar.
Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air,
dan terjadilah diare.
7. Usus Buntu (Sekum)
Usus
buntu atau sekum adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta
bagian kolon menanjak dari usus besar
8. Umbai Cacing (Appendix)
Umbai
cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada organ
ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat
menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau
peritonitis (infeksi rongga abdomen). Umbai cacing terbentuk dari caecum pada
tahap embrio. Dalam orang dewasa, umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi
bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap,
lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda - bisa di retrocaecal atau di pinggang
(pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.
9. Rektum dan Anus
Rektum adalah
sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan
berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara
feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih
tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk
ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB).
Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan
memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika
defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar,
di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi
untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi. Orang
dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak
yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk
menunda BAB. Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan
limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit)
dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot
sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar)
yang merupakan fungsi utama anus.
10. Pankreas
Pankreas adalah
organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama yaitu menghasilkan
enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin. Pankreas
terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum (usus
dua belas jari). Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu asini yang
berfungsi menghasilkan enzim-enzim pencernaan dan pulau pankreas yang berfungsi
menghasilkan hormon. Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan
melepaskan hormon ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan
mencerna protein, karbohidrat dan lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke
dalam bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk
inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran pencernaan.
Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi
melindungi duodenum dengan cara menetralkan asam lambung.
11. Hati
Hati merupakan
sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan memiliki berbagai fungsi,
beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan. Organ ini berperan penting
dalam metabolisme dan memiliki beberapa fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan
glikogen, sintesis protein plasma, dan penetralan obat. Zat-zat gizi dari
makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan pembuluh darah yang
kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke dalam vena yang
bergabung dengan vena yang lebih besar dan pada akhirnya masuk ke dalam hati
sebagai vena porta. Vena porta terbagi menjadi pembuluh-pembuluh kecil di dalam
hati, dimana darah yang masuk diolah. Hati melakukan proses tersebut dengan
kecepatan tinggi, setelah darah diperkaya dengan zat-zat gizi, darah dialirkan
ke dalam sirkulasi umum.
12. Kandung empedu
Kandung empedu
adalah organ berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang
dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada manusia, panjang kandung empedu
adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap (bukan karena warna
jaringannya, melainkan karena warna cairan empedu yang dikandungnya). Organ ini
terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu. Empedu
memiliki 2 fungsi penting yaitu membantu pencernaan dan penyerapan lemak serta
bererperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama haemoglobin
(Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol. (
Syarifuddin, 1999 )
B. Fisiologi Pencernaan
Fisiologi sistem pencernaan atau sistem
gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam
manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi
dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian
makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari
tubuh.
BAB III
GASTROENTERITIS
A. Definisi
Gastroenteritis
adalah suatu kondisi yang ditandai dengan adanya muntah dan diare yang
diakibatkan oleh infeksi, alergi tidak toleran terhadap makanan tertentu atau
mencerna toxin. (tucker, Martin S 1999)
Gastroenteritis
adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan usus halus yang ditandai dengan
muntah-muntah dan diare yang berakibat kehilangan cairan elektrolit yang
menimbulkan dehidrasi dan gejala keseimbangan elektrolit. (Cecyly, Betz.2002)
Gastroenteritis
adalah radang dari lambung keusus yang memberikan gejala diare dengan disetai
muntah atau tanpa muntah ataupun dengan muntah besar.(Manjoer, Arief.2000)
Jadi penulis
menyimpulkan dari data diatas bahwa gastroenteritis adalah keadaan frekuensi,
BAB lebih dari 4 kali dalam sehari pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak
atau dewasa dalam satu hari dengan konsisten feses encer dapat berwarna hijau
atau dapat bercampur dengan darah dan lender atau lender saja.
B. Etiologi
Penyebab dari diare akut antara lain
:
1. Faktor Infeksi
a. Infeksi Internal : infeksi saluran
pencernaan makanan yang merupakan penyebab
utama diare pada anak. Meliputi infeksi internal sebagai berikut :
1) Infeksi Virus
a) Retovirus
Retovirus merupakan penyebab
tersering diare akut pada bayi, sering didahulu atau disertai dengan muntah.
Biasanya timbul sepanjang tahun terutama pada musim dingin.. Dapat ditemukan
demam atau muntah.
b) Enterovirus
Biasanya timbul pada musim panas.
c) Adenovirus
Sering timbul sepanjang tahun,
menyebabkan gejala pada saluran pencernaan/pernafasan.
2) Bakteri
a) Sigella
Semusim, puncaknya pada bulan
Juli-September. Insiden paling tinggi pada umur 1-5 tahun. Dapat dihubungkan dengan kejang demam. Gejala muntah tidak
menonjol. Terdapat sel polos dalam feses dan sel batang dalam darah.
b) Salmonella
Biasanya menyerang semua umur tetapi
lebih tinggi di bawah umur 1 tahun. Bakteri menembus dinding usus. Gejala yang
sering muncul diantaranya feses berdarah, mukoid, mungkin ada peningkatan
temperature, muntah tidak menonjol, terdapat sel polos dalam feses, masa
inkubasi 6-40 jam, lamanya 2-5 hari, organisme dapat ditemukan pada feses
selama berbulan-bulan.
c) Escherichia coli
Baik yang menembus mukosa (feses
berdarah) atau yang menghasilkan enterotoksin. Pasien (biasanya bayi) dapat
terlihat sangat sakit.
d) Campylobacter
Biasanya bersifat invasis (feses yang
berdarah dan bercampur mukus) pada bayi dapat menyebabkan diare berdarah tanpa
manifestasi klinik yang lain. Gejala yang sering timbul kram abdomen yang
hebat, muntah / dehidrasi jarang terjadi
e) Yersinia Enterecolitica
Gejala yang sering timbul adalah
feses mukosa, sering didapatkan sel polos pada feses, mungkin ada nyeri abdomen yang berat, diare selama 1-2 minggu,
sering menyerupai apendicitis.
3) Infeksi Parasit
Cacing (ascaris, tricurus, oyyuris,
strongyloides, protozoa, jamur)
b. Infeksi Parenteral
Ialah infeksi diluar alat pencernaan
seperti otitis media akut (OMA), tonsillitis, bronkopneumoni, ensefalitis dan
lain-lain.
2. Faktor Non Infeksi
a. Malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat
disakarida (intoleransi, laktosa, maltosa, dan sukrosa), non sakarida
(intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang
terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa.
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsorbsi protein : asam amino,
B-laktoglobulin.
b. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi
terhadap makanan
c. Faktor Psikologis
Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi
dapat terjadi pada anak yang besar)
d. Faktor Imun
Defisiensi imun terutama SIAg
(Secretory Imunoglobulin A) yang mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya
bakteri / flora usus dan jamur terutama candida
C. Klasifikasi
Menurut Depkes RI (1999), diare
diklasifikasikan menjadi diare akut dan kronik.
1.
Diare akut adalah diare yang serangannya tiba-tiba dan
berlangsung kurang dari 14 hari. Diare akut diklasifikasikan secara klinis,
yaitu:
a.
Diare non inflamasi
Diare ini disebabkan oleh
enterotoksin dan menyebabkan diare cair dengan volume yang besar tanpa lendir
dan darah. Keluhan abdomen jarang terjadi atau bahkan tidak ada sama sekali.
Dehidrasi cepat terjadi apabila tidak mendapat cairan pengganti. Tidak
ditemukan leukosit pada pemeriksaan feces rutin.
b.
Diare inflamasi
Diare ini disebabkan oleh invasi
bakteri dan pengeluaran sitotoksin di kolon. Gejala klinis ditandai mulas
sampai nyeri klonik, mual, muntah, demam, tenesmus, gejala dan tanda dehidrasi.
Secara makroskopis terdapat lendir dan darah pada pemeriksaan feces rutin, dan
secara mikroskopis terdapat sel leukosit polimorfonuklear.
2.
Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari
14 hari.
Mekanisme terjadinya diare yang akut
maupun yang kronik dapat dibagi menjadi;
a.
Diare sekresi
Diare dengan volume feses banyak
biasanya disebabkan oleh gangguan transport elektrolit akibat peningkatan
produksi dan sekresi air dan elektrolit namun kemampuan absorbs mukosa usus ke
dalam usus menurun. Penyebabnya adalah toksin bakteri (seperti toksin kolera),
pengaruh garam empedu, asam lemak rantai pendek, laksatif non osmotic dan
hormon intestinal (gastrin vasoaktive intestinal polypeptide (VIP)).
b.
Diare osmotik
Terjadi bila terdapat partikel yang
tidak dapat diabsorpsi sehingga osmolaritas lumen meningkat dan air tertarik
dari plasma ke lumen usus sehingga terjadilah diare. Sebagai contoh malabsorpsi
karbohidrat akibat defisiensi lactase atau akibat garam magnesium.
c.
Diare eksudatif
Inflamasi akan mengakibatkan
kerusakan mukosa baik usus halus maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasi
dapat terjadi akibat infeksi bakteri atau bersifat non infeksi seperti gluten
sensitive enteropathy, inflamatory bowel disease (IBD) atau akibat radiasi.
d.
Kelompok lain
Akibat gangguan motilitas yang
mengakibatkan waktu transit makanan/minuman di usus menjadi lebih cepat. Pada
kondisi tirotoksikosis, sindroma usus iritabel atau diabetes mellitus dapat muncul
diare ini.
D. Patofisiologi
Gastroenteritis
bisa disebabkan oleh 4 hal, yaitu faktor infeksi (bakteri, virus, parasit),
faktor malabsorbsi dan faktor makanan dan faktor fisiologis.
Diare karena infeksi
seperti bakteri, berawal dari makanan/minuman yang masuk ke dalam tubuh
manusia. Bakteri tertelan masuk sampai lambung. Yang kemudian bakteri dibunuh
oleh asam lambung. Namun jumlah bakteri terlalu banyak maka ada beberapa yang
lolos sampai duodenum dan berkembang biak. Pada kebanyakan kasus gastroenteritis,
organ tubuh yang sering diserang adalah usus. Didalam usus tersebut akteri akan
memproduksi enzim yang akan mencairkan lapisan lendir yang menutupi permukaan
usus, sehingga bakteri mengeluarkan toksin yang merangsang sekresi
cairan-cairan usus dibagikan kripta vili dan menghambat absorbsi cairan.
Sebagai akibat dari keadaan ini volume cairan didalam lumen usus meningkat yang
mengakibatkan dinding usus menggembung dan tenaga dan sebagian dinding usus
akan mengadaka kontraksi sehinggaterjadi
hipermotilitas untuk mengalirkan cairan di usus besar. Apabila
jumlah cairan tersebu t melebihi
kapasitas absorbsi usus maka akan terjadi diare.
Diare yang disebabkan
karena malabsorbsi makanan akan menyebabkan makanan atau zat yang tidak dapat
diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meninggi sehingga
terjadi pergeseran air dan elektrolit edaan rongga usus. Isi rongga usus yang
berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan sehingga timbul diare.
Tertelannya makanan
yang beracun juga dapat menyebabkan diare karena akan mengganggu motilitas
usus. Iritasi mukosa usus menyebabkan hiperperistaltik sehingga mengakibatkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare.
Sebaliknya jika peristaltic menurun akan mengakibatkan bakteri akan tumbuh
berlebihan, selanjutnya timbul diare pula.
Adanya iritasi mukosa
usus dan peningkatan volume cairan dirongga usus menyebabkan klien mengeluh
perut merasa sakit. Selain karena 2 hal itu, nyeri perut/kram timbul karena
metabolisme KH oleh bakteri disusus yang menghasilkan gas H2 dan CO2 yang
menimbulkan kembung dan flatis berlebihan. biasanya pada keadaan ini klien akan
merasa mual bahkan muntah dan nafsu makan menurun. Karena terjadi ketidak
seimbangan asam basa dan elektrolit.
Kehilangan cairan dan
elektrolit yang berlebihan akan menyebabkan klien jatuh pada keadaan dehidrasi.
Yang ditandai dengan berat badan menurun, turgor kulit berkurang, mata dan
ubun-ubun bisa menjadi cekung (pada bayi), selaput lendir bibir dan mulut serta
kulit tampak kering. Bila keadaan ini
terus berlanjut dan klien tidak mau makan maka akan menimbulkan gangguan
nutrisi sehingga klien lemas.
Dehidrasi dan reaksi inflamasi pada mukosa
usus menyebabkan peningkatan suhu tubuh klien. Tubuh yang kehilangan cairan dan
elektrolit yang berlebihan membuat cairan ekstraseluler dan intraseluler
menurun. Dimana selain itu air tubuh
juga kehilangan Na, K dan ion karbohidrat. Bila keadaan ini berlanjut terus
makan volume darah juga berkurang . Tubuh mengalami gangguan sirkulasi, perfusi
jaringan terganggu dan akhirnya dapat menyebabkan syok hipovolemik dengan
gejala denyut jantung menjadi cepat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah
menurun, klien sangat lemah kesadaran menurun.
Selain itu, akibat lain dari kehilangan
cairan ekstrasel yang berlebihan, tubuh akan mengalami asidosis metabolik
dimana klien akan tampak pucat dengan pernafasan yang cepat dan dalam
(pernafasan kussmaul).
Faktor psikologis juga dapat
menyebabkan diare. Karena faktor psikologis (stress, marah, takut) dapat
merangsang kelenjar adrenalin dibawah pengendalian sistem pernafasan simpatis
untuk merangsang pengeluaran hormon yang kerjanya mengatur metabolisme tubuh.
Sehingga bila terjadi stress maka metabolisme akan terjadi peningkatan, dalam
bentuk peningkatan mortalitas usus.
(Ngastiyah, 2005; Syaifuddin,
1999)
E. Tanda dan Gejala
a. Diare (BAB, lember, cair)
1) Faktor
osmotik disebabkan oleh penyilangan air ke rongga usus dalam perbandingan
isotonic, ketidakmampuan larutan mengabsorbsi menyebabkan tekanan osmotik
menghasilkan pergeseran cairan dan Iodium ke rongga usus.
2)
Penurunan absorbsi atau peningkatan sekresi sekunder air dan elektrolit.
Peningkatan ini disebabkan sekresi sekunder untuk inflamasi atau sekresi aktif
sekunder untuk merangsang mukosa usus.
3)
Perubahan mobiliti
Hiperperistaltik
atau hipoperistaltik mempengaruhi absorpsi zat dalam usus.
b. Mual, muntah dan panas (suhu > 370C)
Terjadi karena peningkatan
asam lambung dan karena adnaya peradangan maka tubuh juga akan berespon
terhadap peradangan tersebut sehingga suhu tubuh meningkat.
c. Nyeri perut dan kram abdomen
Karena adanya kuman-kuman
dalam usus, menyebabkan peningkatan peristaltik usus dan efek yang timbul
adanya nyeri pada perut atau tegangan atau kram abdomen.
d. Peristaltik meningkat (> 35x/menit)
Akibat masuknya patogen
menyebabkan peradangan pada usus dan usus berusaha mengeluarkan ioxin dan
meningkatkan kontraksinya sehingga peristaltik meningkat.
e. Penurunan berat badan
Terjadi karena sering BAB
encer, yang mana feses marah mengandung unsur-unsur penting untuk pertumbuhan
dan perkembngan sehingga kebutuhan nutrisi kurang terpenuhi.
f. Nafsu makan turun
Terjadi karena peningkatan
asam lambung untuk membunuh bakteri sehingga tumbuh mual dan rasa tidak enak.
g. Turgor kulit menurun dan
membran mukosa kering
Karena banyak cairan yang
hilang dan pemasukan yang tidak adekuat.
h. Mata cowong (cekung, menjorok kedalam)
Adanya ketidakseimbangan
cairan tubuh dan peningkatan tekanan osmotik mengakibatkan beberapa jaringan
kekurangan cairan dan oksigen.
i. Gelisah dan rewel
Ini terjadi karena
kompleksitas dari tanda klinis yang dirasakan penderita sehingga tubuh tidak
merasa nyaman sebab adanya ketidak homeostasis dalam tubuh.
j. Kesadaran menurun
Penurunan cairan tubuh yang
mengakibatkan kerja jantung ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan O2 dan
nutrisi sistemik sehingga denyut jantung cepat, nadi cepat tapi lemah,
disebabkan peningkatan denyut jantung dengan peningkatan kepekaan dan tekanan
osmotik plasma darah. Efeknya ginjal berusaha ineretensi air dengan mencegah
eksresi Na sehingga urine pekat dan Na meningkat dengan cairan sirkulasi yang
buruk dampaknya otak kekurangan O2 dan nutrisi sehingga pusat kesadaran
hipotalamus terganggu
k. Dehidrasi
Dehidrasi disebabkan karena tubuh mengeluarkan cairan
yang berlebihan, bisa dikarenakan diare dengan BAB encer dan dapat pula
dikarenakan hipertermi sehingga tubuh kehilangan cairan dan timbullah
dehidrasi.
Tanda dan gejala berdasarkan
dehidrasi:
Ø Tanda
dan gejala pada anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi :
1.
BAB cair
1-2 kali sehari
2.
Muntah tidak adaa
3.
Haus tidak ada
4.
Masih mau makan
5.
Masih mau bermain
Ø
Tanda dan gejala pada anak yang mengalami diare
dengan dehidrasi ringan :
1.
BAB
cair 4-9
kali sehari
2.
Kadang muntah 1-2 kali sehari
3.
Haus
4.
Tidak mau makan
5.
Badan lesu lemas
Ø
Tanda dan gejala pada anak yang mengalami diare
dengan dehidrasi berat :
1.
BAB
cair terus-menerus
2.
Muntah terus-menerus
3.
Haus sekali
4.
Mata cekung
5.
Bibir kering dan biru
6.
Tangan dan kaki dingin
7.
Sangat lemah
8.
Tidak mau makan
9.
Tidak mau bermain
10. Tidak
BAK 6 jam atau lebih
11. Kadang-kadang
dengan kejang dan panas tinggi
F.
Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan laboratorium.
a) Pemeriksaan feses :
makroskopis pH dan kadar gula jika diduga ada intoleransi gula (sugar
intoleransi) biakan kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji resistensi
terhadap berbagai anti biotika (pada diare persisten).
b) Pemeriksaan darah :
pemeriksaan darah perifer lengkap, analisis gas darah dan elektrolit (terutama
natrium,kalsium,kalium dan protein serum pada diare yang diesrtai kejang).
Dapat terjadi gangguan elektrolit dan gangguan asam basa,pH asam. Biakan dan
tes sensitivitas untuk etiologi bakteri / terapi ELISA (bila memungkinkan untuk
etiologi virus)
c) Pemeriksaan gangguan
keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila memungkinkan dengan menentukan
pH keseimbangan analisa gas darah atau astrup.
(asidosis metabolik- ph menurun) pH normal : 7,35-7,45 .
d) Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk
mengetahui faal ginjal.
Jika terjadi faal ginjal maka kadar ureum
dan creatinin akan meingkat.
Batas normal ureum : 20 – 40 mg/dl
Batas normal kreatinin : 0,5 –
1,5 mg/dl
2. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum
untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif, terutama
dilakukan pada penderita diare kronik ( FKUI, 2000 ).
3. pemeriksaan penunjang
a. Radiologis
Pada foto
polos abdomen dapat dijumpai pengapuran (kalsifikasi) di daerah pankreas yang
menunjukkan kemungkinan adanya pankreatitis kronik,umumnya peminum alkohol yang
berat biasanya menderita diare dengan steatorea.
b. Barium
meal (pemeriksaan rontgen kontras lambung)
Dapat dijumpai adanya fistula gastrokolik yang disebabkan karsinoma lambung dan tungkak peptik kronik.Barium
follow through:dapat dijumpai adanya kelainan radiologis penyakit Crohn usus
halus dan divertikulosis jejunum.Barium enema:dapat menunjukkan kelainan kolon
antara lain:skip lesion ditambah tukak apthosa pada penyakit Crohn,filling
defect pada karsinoma kolon,spasme pada sindrom kolon iritabel,gambaran tidak
adanya haustre disertai tumpukan bubur barium pada kolitis.
Penderita akan
minum cairan kontras, kemudian difoto dengan alat Röntgen. Hasil foto akan
memperlihatkan kelainan anatomis,
c.
Kolonoskopi
Pemeriksaan
kolonoskopi dapat dianjurkan pada sangkaan adanya colitis walaupun hasil foto
kolon dengan kontras ganda menunjukkan gambaran yang normal.koloskopi masih
dianjurkan pada sangkaan adanya proses peradangan kolon,karena dengan
kolonoskopi kita bisa melihat seluruh kolon bahkan sampai ileum terminal dan
biopsi jaringan.
d. Ultrasonography
(USG), untuk mengidentifikasi proses patofisiologi dalam pancreas, hati, limfa.
e. Analisis Gaster adalah suatu bentuk pemeriksaan sekresi asam lambung
dan pepsin dalam gaster. suatu prosedur dimana cairan lambung dihisap secara
langsung dari lambung dan duodenum sehingga jumlah asam bisa diukur
f. Magnetic Resonance
Imaging (MRI), untuk mempelajari aliran darah dan mengidentifikasi tumor,
infeksi dan gambaran otot halus.
G. Penatalaksanaan Medis
1. Pemberian cairan
Pemberian cairan, pada klien
diare dengan memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan umum.
a) Cairan Per Oral
Pada klien dengan dehidrasi
ringan dan sedang, cairan diberikan peroral berupa cairan yang berisikan
natrium klorida, hidro klorida, kalium dan glukosa. Komposisi lengkap sering
disebut oralit. Untuk diare akut diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan,
atau sedang kadar natrium 50-60 Meq/I dapat dibuat sendiri (mengandung larutan
garam dan gula) atau air tajin yang diberi gula dengan garam. Hal tersebut
diatas adalah untuk pengobatan dirumah sebelum dibawa kerumah sakit untuk
mencegah dehidrasi lebih lanjut.
Oralit :
Oralit mengandung
natrium, kalium, klorida, sitrat, dan glukosa. Adanya glukosa pada oralit untuk
memicu penyerapan natrium secara aktif dari lumen usus dan diikuti penyerapan
air dan elektrolit lainnya secara pasif.
Oralit diperlukan
untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh. Campuran glukosa dan
garam yang terkandung dalam oralit sangat baik diserap oleh usus penderita
diare karena ion natriumnya memiliki fungsi alosterik atau berhubungan dengan
penghambat enzim karena bergabung dengan molekul lain.
Kandungan garam
dapat meningkatkanpengangkutan dan meninggikan daya absorbsi gula melalui
membran sel. Sementara gula dalam larutan NaCl berkhasiat meningkatkan
penyerapan air pada dinding usus dengan kuat. Daya serapnya bisa mencapai 25
kali lebih baik dari biasanya sehingga dehidrasi pada penderita diare bisa
diatasi dengan cepat oleh serbuk ajaib ini
b) Cairan Parentral
Mengenai seberapa banyak
cairan yang harus diberikan tergantung dari berat badan atau berat ringannya
dehidrasi, yang diperhitungkan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat
badannya.
1) Dehidrasi ringan
1
jam pertama 25–50 ml/KgBB/hari Kemudian 125 ml/ KgBB /hari
2) Dehidrasi sedang
1
jam pertama 50–100 ml/KgBB/oral Kemudian 125 ml/kgBB/hari
3) Dehidrasi berat
Untuk anak umur 1 bulan – 2
tahun dengan berat badan 3–10 kg
a. 1 jam
pertama : 40 ml/kgBB/jam = 10 tetes/kg BB/menit (infus set 1 ml = 15 tetes atau
13 tetes/kgBB/menit.
b. 7 jam berikutnya 12
ml/kgBB/jam = 3 tetes/kgBB/menit (infus set 1 ml = 20 tetes).
c. 16 jam
berikutnya 125 ml/kgBB oralit per oral bila anak mau minum,teruskan dengan
intra vena 2 tetes/kgBB/menit atau 3 tetes/kgBB/menit.
Untuk anak lebih dari 2–5
tahun dengan berat badan 10–15 kg.
a. 1 jam
pertama 30 ml/kgBB/jam atau 8 tetes/kg BB/menit (infus set 1 ml = 15 tetes)
atau 10 tetes/ kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
b. 7 jam
kemudian 127 ml/kgBB oralit per oral, bila anak tidak mau minum dapat
diteruskan dengan intra vena 2 tetes/kgBB/menit atau 3 tetes/kgBB/menit.
Untuk anak lebih dari 5 – 10
tahun dengan berat badan 15 – 25 kg
a. 1 jam pertama 20
ml/kgBB/jam atau 5 tetes/kgBB/menit (infus set 1 ml = 20 tetes)
b. 16 jam berikutnya 105
ml/kgBB oralit per oral
c) Pemasangan NGT bila :
a). Kehilangan cairan berat
b). Gagal terapi dehidrasi
oral
c). Gagal mencoba berulang
kali saat akses intra vena
2. Diatetik
Terapi diatetik adalah pemberian makan dan minum khusus kepada penderita dengan
tujuan meringankan,menyembuhkan serta menjaga kesehatan penderita. Hal – hal
yang perlu diperhatikan :
a) Memberikan asi
b) Memberikan bahan makanan
yang mengandung kalori, protein, vitamin, mineral dan makanan yang bersih
3. Medikamentosa
a) Obat anti sekresi
(menekan/menghambat sekresi asam lambung)
Ø Asetosal : dosis 25 mg / tahun dengan
dosis minimum 30 mg
Indikasi:
Nyeri : Sakit kepala,
nyeri-nyeri ringan lain yang berhubungan dengan adanya inflamasi. Nyeri ringan
sampai sedang setelah operasi, melahirkan, sakit gigi, dismenore. Demam,
Penyakit Inflamasi.
Kontraindikasi:
Alergi terhadap Aspirin dan
golongan salisilat
Efek Samping :
Reye's syndrome : suatu
penyakit mematikan yang menganggu fungsi otak dan hati.
Efek terhadap Sistem syaraf :
Nyeri pada ujung syaraf, sakit kepala, epilepsi, agitasi, perubahan mental,
koma, paralisis, pusing, limbung, depresi, bingung,amnesia, sulit tidur.
Ø klorpomozin, dosis 0,5 1mg/kg BB/hari.
Sediaan:
Tablet 25 mg dan 100 mg
Injeksi 25 mg/ml
Indikasi:
Psikosis, neurosis, gangguan susunan saraf pusat yang membutuhkan sedasi,
anestesi, pre medikasi, mengontrol hipotensi, induksi hipotermia, antiemetik,
Kontraindikasi :
kelainan fungsi hati, koma, pasien dengan pemakaian obat penekan susunan
syaraf pusat, juga depresi sumsum tulang.
Peringatan dan Perhatian:
- Obat ini dapat menimbulkan
gejala ekstrapiramidal.
- Hati-hati pada pasien yang
hipersensitif.
- Dapat melemahkan mental/fisik,
abilitas.
- Penggunaan pada wanita hamil
belum diketahui dengan pasti, di-gunakan hanya bila perlu.
- Pemakaian bersama alkohol,
menyebabkan efek aditif.
- Hati-hati pada penderita dengan
kelainan fungsi hati.
- Hati-hati diberikan pada pasien
lanjut usia.
Efek Samping :
- Gejala idiosinkrasi yang dapat
timbul berupa ikterus, dermatitis dan leukopenia. Reaksi ini disertai oleh
adanya eosinophilia dalam darah perifer.
- Klorpromazin HCl dapat
menyebabkan gejala ekstrapiramidal serupa dengan yang terlihat pada
Parkinsonisme, orthostatic hypotension sering terlihat pada penderita yang
mempunyai sistem vasomotor labil.
- Dapat juga berupa hipotermia,
kadang-kadang takikardia atau mulut dan tenggorokan kering,mengantuk, konstipasi
dan retensi urin.
b) Obat anti spasmolitik
(melemaskan ketegangan otot lambung,usus)
Pada umumnya obat anti
spasmolitik seperti papaverin, ekstra beladona, opium, ioperamid tidak
diperlukan untuk mengatasi diare akut hanya digunakan pada diare kronik
c) Obat anti biotic
Obat antibiotic tidak
diperlukan untuk mengatasi diare kecuali bila penyebabnya jelas, seperti :
1. Kolera : diberikan
tetrasiklin 25 – 50 mg/kgBB/kgBB/hari
2. Lampaylobacter diberikan
critomisin 40–50 mg/kgBB/hari
Antibiotic lain dapat
diberikan bila terdapat penyakit penyerta seperti infeksi ringan (Otitis media
akut, faringitis) diberikan penicilin prokain 50.000 u/kgBB/hari, infeksi
sedang (bronchitis) diberikan penicilin prokain 90 mg/kgBB/hari, infeksi berat
(bronkopneumonia) diberikan penicillin dengan klorampenikal 75 mg/kgBB/hari.
H. Komplikasi
Gastroenteritis
dapat menyebabkan berbagai komplikasi. Sebagian besar komplikasi disebabkan
oleh ketidakseimbangan cairan dalam tubuh. Komplikasi yang lebih serius dapat
berupa sepsis (pada infeksi sistemik) dan abses liver :
1.
Dehidrasi
Gastroenteritis berat yang disertai nausea dan muntah
sehingga asupan oral berkurang dapat menyababkan dehidrasi terutama pada anak
dan lanjut usia. Dehidrasi bermanisfestasi sebagai rasa haus yang meningkat,
berkurangnya jumlah buang air kecil dengan warna urin gelap, tidak mampu
berkeringat dan perubahan ortostatik. Hal ini disebabkan oleh tubuh yang
senantiasa menjaga homeostasis. Rasa haus dan pengeluaran urin yang sedikit
saat tubuh kekurangan cairan bertujuan mengatur osmolaritas cairan
ekstraseluler.
Haus adalah perasaan subyektif yang
mendorong seseorang untuk minum. Deficit H2O bebas dan kelebihan H2O bebas
menstimulasi osmoreseptor hipotalamus yang terletak dekat dengan sel penghasil
vasopressin dan rasa haus. Osmoreseptor memantau osmolaritas cairan tubuh dan
ketika osmolaritas meningkat (penurunan kadar H2O) terjadi perangsangan sekresi
vasopressin. Vasopresin meningkatkan permeabilitas tubulus ginjal distal
sehingga reabsorbsi meningkat. Pada akhirnya, volume urin yang dikeluarkan
menurun.
Dehidrasu sendiri adalah suatu
keadaan tubuh dimana cairan yang keluar lebih banyak daripada cairan yang
masuk.
2.
Syok Hipovolemik
Hipovolemia
adalah keadaan berkurangnya volume darah yang bersirkulasi dalam tubuh. Keadaan ini tergolong darurat dimana jumlah
darah dan cairan yang hilang membuat jantung tidak mampu memompa darah dalam
jumlah yang cukup. Kehilangan cairan pada syok hipovlemik bisa disebabkan oleh
terbakar, gastroenteritis, muntah, dan kekurangan asupan makanan. Untuk
mempertahankan perfusi jantung dan otak, maka terjadi peningkatan kerja
simpatis, hiperventilasi, pembuluh vena yg kolaps, pelpasan hormone stress
serta ekspansi besar untuk pengisian kembali cairan interstitial dan
ekstraselular, serta penurunan volume urine.
3.
Feses Berdarah
Feses yang
disertai darah dapat disebabkan oleh Entamoeba
hystolytica. Meskipun mekanisme pastinya belum diketahui, diduga trofoit
menginvasi dinding usus dengan mengeluarkan enzim proteolituk. Pelepasan bahan
toksik menyebabkan reaksi inflamasi yang merusak mukosa. Bila berlanjut maka
akan timbul ulkus hingga lapisan submukosa atau lapisan muskularis. Pada
pemeriksaan tinja pasien ditemukan darah yang memandakan bahwa protozoa ini
memfagosit eritrosit (eritrofagositosis).
4.
Demam
Bakteri yang
masuk ke dalam tubuh dianggap sebagai antigen oleh tubuh. Bakteri tersebut
mengeluarkon toksin lipopolisakarida dari membrane sel. Sel yang bertugas
menghancurkan zat-zat toksik atau infeksius tersebut adalah neutrofil dan makrofag
dengan cara fagositosis atau non-fagositosis. Sekresi fagositik menginduksi
timbulnya demam, terutama melalui pelepasan pirogin endogen (Interleukin-I).
respon ini utama muncul ketika bakteri invasiveberedar di dalam sirkulasi lalu
difagosit oleh makrofag dan netrofil. Pirogen endogen selanjutnya merangsang
pengeluaran prostaglandin (prostaglandin E2) dari hipotalamus yang menyebabkan
kenaikan suhu tubuh.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gastroentritis merupakan
suatu peradangan yang terjadi pada lambung,
usus besar, dan usus halus disebabkan oleh infeksi makanan yang mengandung
bakteri atau virus yang memberikan gejala diare dengan frekwensi lebih banyak
dengan konsistensi encer dan kadang-kadang disertai dengan muntah-muntah. Dari
biasanya yang disebabkan oleh bakteri,virus Norwalk dan parasit yang patogen. Dan
ditandai oleh infiltrasi mukosa usus halus oleh eosinofil, dengan edema tetapi
tanpa vaskulitis dan oleh eosinofilia darah tepi.
Penanganan masalah gastroenteritis harus secepatnya dilakukan bila klien
memiliki tanda-tanda dehidrasi berat dengan memberikan cairan pengganti oral
maupun cairan parenteral untuk mengganti kehilangan cairan
B. Saran
Untuk
Perawat
Sebaiknya perawat
dalam memberikan asuhan keperawatan harus lebih memperhatikan faktor penyebab
maupun faktor pencetus dari penyakit yang diderita anak dan memberikan
pendidikan kesehatan pada orang tua klien dan klien agar masalah yang
menyebabkan klien dirawat dapat diatasi sehingga tidak terjadi perawatan yang
berulang
Untuk Orangtua
Klien
Menjaga kebersihan
lingkungan rumah, dan membiasakan diri untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah
memberi makan anak serta menjaga personal hygiene dan memberi mainan anak yang
bersih dan dapat dicuci, dan bila terjadi diare pada anak sebelum di bawah ke
rumah sakit, diberikan larutan gula garam
0 komentar:
Posting Komentar