Kamis, 23 Oktober 2014

SISTEM PENCERNAAN

Diposting oleh Unknown di 02.04


MAKALAH BLOK SISTEM PENCERNAAN
GASTROENTERITIS


DISUSUN OLEH :
LUTHFYANI WIDYA PRATAMA MULYA
S1 KEPERAWATAN

BAB I
PENDAHULUAN

A.      Latar belakang
Penyakit gastroenteritis hingga kini masih merupakan salah satu penyakit utama pada bayi dan anak di indonesia. Diperkirakan angka kesakitan berkisar diantara 150-430 / seribu penduduk setahunnya. Dengan upaya yang sekarang telah dilaksanakan, angka kesakitan di RS dapat ditekan menjadi < dari 3 %.
Penggunaan istilah diare sebenarnya lebih tepat dari pada gasteroentritis, karena istilah yang disebut terakhir ini memberikan kesan seolah-olah penyakit ini hanya disebabkan oleh infeksi dan walaupun disebabkan oleh infeksi, lambung jarang mengalami peradangan.
Hippocrates mendefinisikan diare sebagai pengeluaran tinja yang tidak normal dan cair. Dibagian IKA FKUI / RSCM diare diartikan sebagai buang air besar yang tidak normal / bentuk tinja yang encer dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya. Neonatus dinyatakan diare bila frekuensi BAB sudah lebih dari 4 kali.  Sedangkan  untuk  bayi  berumur > 1 bulan  dan anak, bila frekuensi sudah > 3 kali.
B.     Tujuan Penulisan
Tujuan Umum :
     Mahasiswa dapat menyelesaikan tugas Blok Sistem Pencernaan
Tujuan Khusus :
1.    Mahasiswa dapat menjelaskan pengertian gastroenteritis
2.    Mahasiswa mengetahui etiologi gastroenteritis
3.    Mahasiswa bisa menjelaskan patofisiologi ,manifestasi klinis serta komplikasi dari gastroenteritis
4.    Mahasiswa dapat menjelaskan pemeriksaan yang dilakukan serta penatalaksanaan dari gastroenteritis
5.    Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan kepada pasien gastroenteritis
C.    Sistematika Penulisan
Bab I     Pendahuluan yang terdiri atas latar belakang, tujuan penulisan serta sistematika
Bab II   Anatomi fisiologi pencernaan yang terdiri atas anatomi dan fungsi pencernaan
Bab III  Teori gastroenteritis yang terdiri atas definisi, etiologi, klasifikasi, manifestasi klinis, patofisiologi, pemeriksaan diagnostik,penatalaksanaan serta asuhan keperawatan
Bab IV Penutup yang terdiri atas kesimpulan dan saran
Data makalah ini diambil dari reverensi buku yang terkait dengan sistem pencernaan atau hati serta dari media informasi seperti internet, majalah,dan lainnya.
BAB II
ANATOMI FISIOLOGI PENCERNAAN
A.      Anatomi Pencernaan
      
              Anatomi saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.
1. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air. Mulut merupakan bagian awal dari sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus. Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah. Pengecapan sederhana terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung, terdiri dari berbagai macam bau. Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna. Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
2. Tenggorokan ( Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Didalam lengkung faring terdapat tonsil (amandel) yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan pertahanan terhadap infeksi, disini terletak bersimpangan antara jalan nafas dan jalan makanan, letaknya dibelakang rongga mulut dan rongga hidung, didepan ruas tulang belakang keatas bagian depan berhubungan dengan rongga hidung, dengan perantaraan lubang bernama koana, keadaan tekak berhubungan dengan rongga mulut dengan perantaraan lubang yang disebut ismus fausium. Tekak terdiri dari bagian superior yaitu bagian yang sama tinggi dengan hidung, bagian media yaitu bagian yang sama tinggi dengan mulut dan bagian inferior yaitu bagian yang sama tinggi dengan laring. Bagian superior disebut nasofaring, pada nasofaring bermuara tuba yang menghubungkan tekak dengan ruang gendang telinga. Bagian media disebut orofaring, bagian ini berbatas ke depan sampai di akar lidah. Bagian inferior disebut laringofaring yang menghubungkan orofaring dengan laring.
3. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. Sering juga disebut esofagus. Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut histologi, esofagus dibagi menjadi tiga bagian yaitu bagian superior (sebagian besar adalah otot rangka), bagian tengah (campuran otot rangka dan otot halus), serta bagian inferior (terutama terdiri dari otot halus).
4. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar, yang terdiri dari tiga bagian yaitu kardia, fundus dan antrium. Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim.
Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting :
a) Lendir
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung. Setiap kelainan pada lapisan lendir ini, bisa menyebabkan kerusakan yang mengarah kepada terbentuknya tukak lambung.
b) Asam klorida (HCl)
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
c) Prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein)
5. Usus halus (usus kecil)
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta. Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan lemak. Lapisan usus halus terdiri dari lapisan mukosa (sebelah dalam), lapisan otot melingkar, lapisan otot memanjang dan lapisan serosa. Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
a) Usus Dua Belas Jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum treitz. Usus dua belas jari merupakan organ retroperitoneal, yang tidak terbungkus seluruhnya oleh selaput peritoneum. pH usus dua belas jari yang normal berkisar pada derajat sembilan. Pada usus dua belas jari terdapat dua muara saluran yaitu dari pankreas dan kantung empedu. Lambung melepaskan makanan ke dalam usus dua belas jari (duodenum), yang merupakan bagian pertama dari usus halus. Makanan masuk ke dalam duodenum melalui sfingter pilorus dalam jumlah yang bisa di cerna oleh usus halus. Jika penuh, duodenum akan megirimkan sinyal kepada lambung untuk berhenti mengalirkan makanan.
b) Usus Kosong (Jejenum)
Usus kosong atau jejunum adalah bagian kedua dari usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan  (ileum). Pada manusia dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium. Permukaan dalam usus kosong berupa membran mukus dan terdapat jonjot usus (vili), yang memperluas permukaan dari usus.
c) Usus Penyerapan (Illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem pencernaan manusia ileum memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
6. Usus Besar (Kolon)
                        Usus besar atau kolon adalah bagian usus antara usus buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses. Usus besar terdiri dari kolon asendens (kanan), kolon transversum, kolon desendens (kiri), kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum) Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan membantu penyerapan zat-zat gizi. Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan gangguan pada bakteri-bakteri didalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare.
7. Usus Buntu (Sekum)
                        Usus buntu atau sekum adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian kolon menanjak dari usus besar
8. Umbai Cacing (Appendix)
                        Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu. Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi rongga abdomen). Umbai cacing terbentuk dari caecum pada tahap embrio. Dalam orang dewasa, umbai cacing berukuran sekitar 10 cm tetapi bisa bervariasi dari 2 sampai 20 cm. Walaupun lokasi apendiks selalu tetap, lokasi ujung umbai cacing bisa berbeda - bisa di retrocaecal atau di pinggang (pelvis) yang jelas tetap terletak di peritoneum.
9. Rektum dan Anus
Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus. Organ ini berfungsi sebagai tempat penyimpanan sementara feses. Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang air besar (BAB). Mengembangnya dinding rektum karena penumpukan material di dalam rektum akan memicu sistem saraf yang menimbulkan keinginan untuk melakukan defekasi. Jika defekasi tidak terjadi, sering kali material akan dikembalikan ke usus besar, di mana penyerapan air akan kembali dilakukan. Jika defekasi tidak terjadi untuk periode yang lama, konstipasi dan pengerasan feses akan terjadi. Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB. Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus. Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui proses defekasi (buang air besar) yang merupakan fungsi utama anus.
10. Pankreas
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat dengan duodenum (usus dua belas jari). Pankraes terdiri dari 2 jaringan dasar yaitu asini yang berfungsi menghasilkan enzim-enzim pencernaan dan pulau pankreas yang berfungsi menghasilkan hormon. Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke dalam duodenum dan melepaskan hormon ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan oleh pankreas akan mencerna protein, karbohidrat dan lemak. Enzim proteolitik memecah protein ke dalam bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran pencernaan. Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang berfungsi melindungi duodenum dengan cara menetralkan asam lambung.
11. Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan pencernaan. Organ ini berperan penting dalam metabolisme dan memiliki beberapa fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein plasma, dan penetralan obat. Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya akan pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah ke dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan pada akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta. Vena porta terbagi menjadi pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang masuk diolah. Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah darah diperkaya dengan zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum.
12. Kandung empedu
Kandung empedu adalah organ berbentuk buah pir yang dapat menyimpan sekitar 50 ml empedu yang dibutuhkan tubuh untuk proses pencernaan. Pada manusia, panjang kandung empedu adalah sekitar 7-10 cm dan berwarna hijau gelap (bukan karena warna jaringannya, melainkan karena warna cairan empedu yang dikandungnya). Organ ini terhubungkan dengan hati dan usus dua belas jari melalui saluran empedu. Empedu memiliki 2 fungsi penting yaitu membantu pencernaan dan penyerapan lemak serta bererperan dalam pembuangan limbah tertentu dari tubuh, terutama haemoglobin (Hb) yang berasal dari penghancuran sel darah merah dan kelebihan kolesterol. ( Syarifuddin, 1999 )
B. Fisiologi Pencernaan
           Fisiologi sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh.
BAB III
GASTROENTERITIS
A.      Definisi
Gastroenteritis adalah suatu kondisi yang ditandai dengan adanya muntah dan diare yang diakibatkan oleh infeksi, alergi tidak toleran terhadap makanan tertentu atau mencerna toxin. (tucker, Martin S 1999)
Gastroenteritis adalah inflamasi membrane mukosa lambung dan usus halus yang ditandai dengan muntah-muntah dan diare yang berakibat kehilangan cairan elektrolit yang menimbulkan dehidrasi dan gejala keseimbangan elektrolit. (Cecyly, Betz.2002)
Gastroenteritis adalah radang dari lambung keusus yang memberikan gejala diare dengan disetai muntah atau tanpa muntah ataupun dengan muntah besar.(Manjoer, Arief.2000)
Jadi penulis menyimpulkan dari data diatas bahwa gastroenteritis adalah keadaan frekuensi, BAB lebih dari 4 kali dalam sehari pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak atau dewasa dalam satu hari dengan konsisten feses encer dapat berwarna hijau atau dapat bercampur dengan darah dan lender atau lender saja.
B.       Etiologi
Penyebab dari diare akut antara lain :
1. Faktor Infeksi
a. Infeksi Internal : infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab utama diare pada anak. Meliputi infeksi internal sebagai berikut :
1) Infeksi Virus
a) Retovirus
Retovirus merupakan penyebab tersering diare akut pada bayi, sering didahulu atau disertai dengan muntah. Biasanya timbul sepanjang tahun terutama pada musim dingin.. Dapat ditemukan demam atau muntah.
b) Enterovirus
Biasanya timbul pada musim panas.
c) Adenovirus
Sering timbul sepanjang tahun, menyebabkan gejala pada saluran pencernaan/pernafasan.
2) Bakteri
a) Sigella
Semusim, puncaknya pada bulan Juli-September. Insiden paling tinggi pada umur 1-5 tahun. Dapat dihubungkan dengan kejang demam. Gejala muntah tidak menonjol. Terdapat sel polos dalam feses dan sel batang dalam darah.
b) Salmonella
Biasanya menyerang semua umur tetapi lebih tinggi di bawah umur 1 tahun. Bakteri menembus dinding usus. Gejala yang sering muncul diantaranya feses berdarah, mukoid, mungkin ada peningkatan temperature, muntah tidak menonjol, terdapat sel polos dalam feses, masa inkubasi 6-40 jam, lamanya 2-5 hari, organisme dapat ditemukan pada feses selama berbulan-bulan.
c) Escherichia coli
Baik yang menembus mukosa (feses berdarah) atau yang menghasilkan enterotoksin. Pasien (biasanya bayi) dapat terlihat sangat sakit.
d) Campylobacter
Biasanya bersifat invasis (feses yang berdarah dan bercampur mukus) pada bayi dapat menyebabkan diare berdarah tanpa manifestasi klinik yang lain. Gejala yang sering timbul kram abdomen yang hebat, muntah / dehidrasi jarang terjadi
e) Yersinia Enterecolitica
Gejala yang sering timbul adalah feses mukosa, sering didapatkan sel polos pada feses, mungkin ada nyeri abdomen yang berat, diare selama 1-2 minggu, sering menyerupai apendicitis.
3) Infeksi Parasit
Cacing (ascaris, tricurus, oyyuris, strongyloides, protozoa, jamur)
b. Infeksi Parenteral
Ialah infeksi diluar alat pencernaan seperti otitis media akut (OMA), tonsillitis, bronkopneumoni, ensefalitis dan lain-lain.
2. Faktor Non Infeksi
a. Malabsorbsi
1) Malabsorbsi karbohidrat disakarida (intoleransi, laktosa, maltosa, dan sukrosa), non sakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Pada bayi dan anak yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa.
2) Malabsorbsi lemak
3) Malabsorbsi protein : asam amino, B-laktoglobulin.
b. Faktor makanan
Makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan
c. Faktor Psikologis
Rasa takut dan cemas (jarang, tetapi dapat terjadi pada anak yang besar)
d. Faktor Imun
Defisiensi imun terutama SIAg (Secretory Imunoglobulin A) yang mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri / flora usus dan jamur terutama candida
C.      Klasifikasi
Menurut Depkes RI (1999), diare diklasifikasikan menjadi diare akut dan kronik.
1.    Diare akut adalah diare yang serangannya tiba-tiba dan berlangsung kurang dari 14 hari. Diare akut diklasifikasikan secara klinis, yaitu:
a.    Diare non inflamasi
Diare ini disebabkan oleh enterotoksin dan menyebabkan diare cair dengan volume yang besar tanpa lendir dan darah. Keluhan abdomen jarang terjadi atau bahkan tidak ada sama sekali. Dehidrasi cepat terjadi apabila tidak mendapat cairan pengganti. Tidak ditemukan leukosit pada pemeriksaan feces rutin.
b.    Diare inflamasi
Diare ini disebabkan oleh invasi bakteri dan pengeluaran sitotoksin di kolon. Gejala klinis ditandai mulas sampai nyeri klonik, mual, muntah, demam, tenesmus, gejala dan tanda dehidrasi. Secara makroskopis terdapat lendir dan darah pada pemeriksaan feces rutin, dan secara mikroskopis terdapat sel leukosit polimorfonuklear.
2.    Diare kronik adalah diare yang berlangsung lebih dari 14 hari.
Mekanisme terjadinya diare yang akut maupun yang kronik dapat dibagi menjadi;
a.       Diare sekresi
Diare dengan volume feses banyak biasanya disebabkan oleh gangguan transport elektrolit akibat peningkatan produksi dan sekresi air dan elektrolit namun kemampuan absorbs mukosa usus ke dalam usus menurun. Penyebabnya adalah toksin bakteri (seperti toksin kolera), pengaruh garam empedu, asam lemak rantai pendek, laksatif non osmotic dan hormon intestinal (gastrin vasoaktive intestinal polypeptide (VIP)).
b.      Diare osmotik
Terjadi bila terdapat partikel yang tidak dapat diabsorpsi sehingga osmolaritas lumen meningkat dan air tertarik dari plasma ke lumen usus sehingga terjadilah diare. Sebagai contoh malabsorpsi karbohidrat akibat defisiensi lactase atau akibat garam magnesium.
c.       Diare eksudatif
Inflamasi akan mengakibatkan kerusakan mukosa baik usus halus maupun usus besar. Inflamasi dan eksudasi dapat terjadi akibat infeksi bakteri atau bersifat non infeksi seperti gluten sensitive enteropathy, inflamatory bowel disease (IBD) atau akibat radiasi.
d.      Kelompok lain
Akibat gangguan motilitas yang mengakibatkan waktu transit makanan/minuman di usus menjadi lebih cepat. Pada kondisi tirotoksikosis, sindroma usus iritabel atau diabetes mellitus dapat muncul diare ini.
D.      Patofisiologi
Gastroenteritis bisa disebabkan oleh 4 hal, yaitu faktor infeksi (bakteri, virus, parasit), faktor malabsorbsi dan faktor makanan dan faktor fisiologis.
         Diare karena infeksi seperti bakteri, berawal dari makanan/minuman yang masuk ke dalam tubuh manusia. Bakteri tertelan masuk sampai lambung. Yang kemudian bakteri dibunuh oleh asam lambung. Namun jumlah bakteri terlalu banyak maka ada beberapa yang lolos sampai duodenum dan berkembang biak. Pada kebanyakan kasus gastroenteritis, organ tubuh yang sering diserang adalah usus. Didalam usus tersebut akteri akan memproduksi enzim yang akan mencairkan lapisan lendir yang menutupi permukaan usus, sehingga bakteri mengeluarkan toksin yang merangsang sekresi cairan-cairan usus dibagikan kripta vili dan menghambat absorbsi cairan. Sebagai akibat dari keadaan ini volume cairan didalam lumen usus meningkat yang mengakibatkan dinding usus menggembung dan tenaga dan sebagian dinding usus akan mengadaka kontraksi sehinggaterjadi  hipermotilitas untuk mengalirkan cairan di usus besar. Apabila jumlah  cairan tersebu t melebihi kapasitas absorbsi usus maka akan terjadi diare.
          Diare yang disebabkan karena malabsorbsi makanan akan menyebabkan makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meninggi sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit edaan rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan sehingga timbul diare.
          Tertelannya makanan yang beracun juga dapat menyebabkan diare karena akan mengganggu motilitas usus. Iritasi mukosa usus menyebabkan hiperperistaltik sehingga mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare. Sebaliknya jika peristaltic menurun akan mengakibatkan bakteri akan tumbuh berlebihan, selanjutnya timbul diare pula.
         Adanya iritasi mukosa usus dan peningkatan volume cairan dirongga usus menyebabkan klien mengeluh perut merasa sakit. Selain karena 2 hal itu, nyeri perut/kram timbul karena metabolisme KH oleh bakteri disusus yang menghasilkan gas H2 dan CO2 yang menimbulkan kembung dan flatis berlebihan. biasanya pada keadaan ini klien akan merasa mual bahkan muntah dan nafsu makan menurun. Karena terjadi ketidak seimbangan asam basa dan elektrolit.
          Kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan akan menyebabkan klien jatuh pada keadaan dehidrasi. Yang ditandai dengan berat badan menurun, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun bisa menjadi cekung (pada bayi), selaput lendir bibir dan mulut serta kulit tampak kering. Bila keadaan  ini terus berlanjut dan klien tidak mau makan maka akan menimbulkan gangguan nutrisi sehingga klien lemas.
     Dehidrasi dan reaksi inflamasi pada mukosa usus menyebabkan peningkatan suhu tubuh klien. Tubuh yang kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan membuat cairan ekstraseluler dan intraseluler menurun.  Dimana selain itu air tubuh juga kehilangan Na, K dan ion karbohidrat. Bila keadaan ini berlanjut terus makan volume darah juga berkurang . Tubuh mengalami gangguan sirkulasi, perfusi jaringan terganggu dan akhirnya dapat menyebabkan syok hipovolemik dengan gejala denyut jantung menjadi cepat, nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun, klien sangat lemah kesadaran menurun.
      Selain itu, akibat lain dari kehilangan cairan ekstrasel yang berlebihan, tubuh akan mengalami asidosis metabolik dimana klien akan tampak pucat dengan pernafasan yang cepat dan dalam (pernafasan kussmaul).
           Faktor psikologis juga dapat menyebabkan diare. Karena faktor psikologis (stress, marah, takut) dapat merangsang kelenjar adrenalin dibawah pengendalian sistem pernafasan simpatis untuk merangsang pengeluaran hormon yang kerjanya mengatur metabolisme tubuh. Sehingga bila terjadi stress maka metabolisme akan terjadi peningkatan, dalam bentuk peningkatan mortalitas usus.
(Ngastiyah, 2005; Syaifuddin, 1999)
E.       Tanda dan Gejala
a.  Diare (BAB, lember, cair)
1)  Faktor osmotik disebabkan oleh penyilangan air ke rongga usus dalam perbandingan isotonic, ketidakmampuan larutan mengabsorbsi menyebabkan tekanan osmotik menghasilkan pergeseran cairan dan Iodium ke rongga usus.
2)  Penurunan absorbsi atau peningkatan sekresi sekunder air dan elektrolit. Peningkatan ini disebabkan sekresi sekunder untuk inflamasi atau sekresi aktif sekunder untuk merangsang mukosa usus.
3) Perubahan mobiliti
Hiperperistaltik atau hipoperistaltik mempengaruhi absorpsi zat dalam usus.
b.  Mual, muntah dan panas (suhu > 370C)
Terjadi karena peningkatan asam lambung dan karena adnaya peradangan maka tubuh juga akan berespon terhadap peradangan tersebut sehingga suhu tubuh meningkat.
c.  Nyeri perut dan kram abdomen
Karena adanya kuman-kuman dalam usus, menyebabkan peningkatan peristaltik usus dan efek yang timbul adanya nyeri pada perut atau tegangan atau kram abdomen.
d.  Peristaltik meningkat (> 35x/menit)
Akibat masuknya patogen menyebabkan peradangan pada usus dan usus berusaha mengeluarkan ioxin dan meningkatkan kontraksinya sehingga peristaltik meningkat.
e.  Penurunan berat badan
Terjadi karena sering BAB encer, yang mana feses marah mengandung unsur-unsur penting untuk pertumbuhan dan perkembngan sehingga kebutuhan nutrisi kurang terpenuhi.
f.  Nafsu makan turun
Terjadi karena peningkatan asam lambung untuk membunuh bakteri sehingga tumbuh mual dan rasa tidak enak.
g. Turgor kulit menurun dan membran mukosa kering
Karena banyak cairan yang hilang dan pemasukan yang tidak adekuat.
h.  Mata cowong (cekung, menjorok kedalam)
Adanya ketidakseimbangan cairan tubuh dan peningkatan tekanan osmotik mengakibatkan beberapa jaringan kekurangan cairan dan oksigen.
i.  Gelisah dan rewel
Ini terjadi karena kompleksitas dari tanda klinis yang dirasakan penderita sehingga tubuh tidak merasa nyaman sebab adanya ketidak homeostasis dalam tubuh.
j.  Kesadaran menurun
Penurunan cairan tubuh yang mengakibatkan kerja jantung ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan O2 dan nutrisi sistemik sehingga denyut jantung cepat, nadi cepat tapi lemah, disebabkan peningkatan denyut jantung dengan peningkatan kepekaan dan tekanan osmotik plasma darah. Efeknya ginjal berusaha ineretensi air dengan mencegah eksresi Na sehingga urine pekat dan Na meningkat dengan cairan sirkulasi yang buruk dampaknya otak kekurangan O2 dan nutrisi sehingga pusat kesadaran hipotalamus terganggu
k. Dehidrasi
            Dehidrasi disebabkan karena tubuh mengeluarkan cairan yang berlebihan, bisa dikarenakan diare dengan BAB encer dan dapat pula dikarenakan hipertermi sehingga tubuh kehilangan cairan dan timbullah dehidrasi.
Tanda dan gejala berdasarkan dehidrasi:
Ø  Tanda dan gejala pada anak yang mengalami diare tanpa dehidrasi :
1.      BAB cair 1-2 kali sehari
2.      Muntah tidak adaa
3.      Haus tidak ada
4.      Masih mau makan
5.      Masih mau bermain
Ø  Tanda dan gejala pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi ringan :
1.      BAB cair  4-9  kali sehari
2.      Kadang muntah 1-2 kali sehari
3.      Haus
4.      Tidak mau makan
5.      Badan lesu lemas
Ø  Tanda dan gejala pada anak yang mengalami diare dengan dehidrasi berat :
1.      BAB cair terus-menerus
2.      Muntah terus-menerus
3.      Haus sekali
4.      Mata cekung
5.      Bibir kering dan biru
6.      Tangan dan kaki dingin
7.      Sangat lemah
8.      Tidak mau makan
9.      Tidak mau bermain
10.  Tidak BAK 6 jam atau lebih
11.  Kadang-kadang dengan kejang dan panas tinggi
F.  Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan laboratorium.
a) Pemeriksaan feses : makroskopis pH dan kadar gula jika diduga ada intoleransi gula (sugar intoleransi) biakan kuman untuk mencari kuman penyebab dan uji resistensi terhadap berbagai anti biotika (pada diare persisten).
b) Pemeriksaan darah : pemeriksaan darah perifer lengkap, analisis gas darah dan elektrolit (terutama natrium,kalsium,kalium dan protein serum pada diare yang diesrtai kejang). Dapat terjadi gangguan elektrolit dan gangguan asam basa,pH asam. Biakan dan tes sensitivitas untuk etiologi bakteri / terapi ELISA (bila memungkinkan untuk etiologi virus)
c) Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah astrup, bila memungkinkan dengan menentukan pH keseimbangan analisa gas darah atau astrup.
     (asidosis metabolik- ph menurun) pH normal : 7,35-7,45 .
d) Pemeriksaan kadar ureum dan creatinin untuk mengetahui faal ginjal.
                Jika terjadi faal ginjal maka kadar ureum dan creatinin akan meingkat.
                Batas normal ureum : 20 – 40 mg/dl
    Batas normal kreatinin : 0,5 – 1,5 mg/dl
2. Pemeriksaan elektrolit intubasi duodenum untuk mengetahui jasad renik atau parasit secara kuantitatif, terutama dilakukan pada penderita diare kronik ( FKUI, 2000 ).
3. pemeriksaan penunjang
a. Radiologis
Pada foto polos abdomen dapat dijumpai pengapuran (kalsifikasi) di daerah pankreas yang menunjukkan kemungkinan adanya pankreatitis kronik,umumnya peminum alkohol yang berat biasanya menderita diare dengan steatorea.
b.  Barium meal (pemeriksaan rontgen kontras lambung)
Dapat dijumpai adanya fistula gastrokolik yang disebabkan karsinoma lambung dan tungkak peptik kronik.Barium follow through:dapat dijumpai adanya kelainan radiologis penyakit Crohn usus halus dan divertikulosis jejunum.Barium enema:dapat menunjukkan kelainan kolon antara lain:skip lesion ditambah tukak apthosa pada penyakit Crohn,filling defect pada karsinoma kolon,spasme pada sindrom kolon iritabel,gambaran tidak adanya haustre disertai tumpukan bubur barium pada kolitis.
Penderita akan minum cairan kontras, kemudian difoto dengan alat Röntgen. Hasil foto akan memperlihatkan kelainan anatomis,
c.       Kolonoskopi
Pemeriksaan kolonoskopi dapat dianjurkan pada sangkaan adanya colitis walaupun hasil foto kolon dengan kontras ganda menunjukkan gambaran yang normal.koloskopi masih dianjurkan pada sangkaan adanya proses peradangan kolon,karena dengan kolonoskopi kita bisa melihat seluruh kolon bahkan sampai ileum terminal dan biopsi jaringan.


d. Ultrasonography (USG), untuk mengidentifikasi proses patofisiologi dalam pancreas, hati, limfa.
e.  Analisis Gaster adalah suatu bentuk pemeriksaan sekresi asam lambung dan pepsin dalam gaster. suatu prosedur dimana cairan lambung dihisap secara langsung dari lambung dan duodenum sehingga jumlah asam bisa diukur
f. Magnetic Resonance Imaging (MRI), untuk mempelajari aliran darah dan mengidentifikasi tumor, infeksi dan gambaran otot halus.
G. Penatalaksanaan Medis
1. Pemberian cairan
Pemberian cairan, pada klien diare dengan memperhatikan derajat dehidrasinya dan keadaan umum.
a) Cairan Per Oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan diberikan peroral berupa cairan yang berisikan natrium klorida, hidro klorida, kalium dan glukosa. Komposisi lengkap sering disebut oralit. Untuk diare akut diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan, atau sedang kadar natrium 50-60 Meq/I dapat dibuat sendiri (mengandung larutan garam dan gula) atau air tajin yang diberi gula dengan garam. Hal tersebut diatas adalah untuk pengobatan dirumah sebelum dibawa kerumah sakit untuk mencegah dehidrasi lebih lanjut.
Oralit   :
Oralit mengandung natrium, kalium, klorida, sitrat, dan glukosa. Adanya glukosa pada oralit untuk memicu penyerapan natrium secara aktif dari lumen usus dan diikuti penyerapan air dan elektrolit lainnya secara pasif.
Oralit diperlukan untuk mempertahankan keseimbangan elektrolit dalam tubuh. Campuran glukosa dan garam yang terkandung dalam oralit sangat baik diserap oleh usus penderita diare karena ion natriumnya memiliki fungsi alosterik atau berhubungan dengan penghambat enzim karena bergabung dengan molekul lain.
Kandungan garam dapat meningkatkanpengangkutan dan meninggikan daya absorbsi gula melalui membran sel. Sementara gula dalam larutan NaCl berkhasiat meningkatkan penyerapan air pada dinding usus dengan kuat. Daya serapnya bisa mencapai 25 kali lebih baik dari biasanya sehingga dehidrasi pada penderita diare bisa diatasi dengan cepat oleh serbuk ajaib ini
b) Cairan Parentral
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung dari berat badan atau berat ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat badannya.
1) Dehidrasi ringan
    1 jam pertama 25–50 ml/KgBB/hari Kemudian 125 ml/ KgBB /hari
2) Dehidrasi sedang
    1 jam pertama 50–100 ml/KgBB/oral Kemudian 125 ml/kgBB/hari
3) Dehidrasi berat
Untuk anak umur 1 bulan – 2 tahun dengan berat badan 3–10 kg
a. 1 jam pertama : 40 ml/kgBB/jam = 10 tetes/kg BB/menit (infus set 1 ml = 15 tetes atau 13 tetes/kgBB/menit.
b. 7 jam berikutnya 12 ml/kgBB/jam = 3 tetes/kgBB/menit (infus set 1 ml = 20 tetes).
c. 16 jam berikutnya 125 ml/kgBB oralit per oral bila anak mau minum,teruskan dengan intra vena 2 tetes/kgBB/menit atau 3 tetes/kgBB/menit.
Untuk anak lebih dari 2–5 tahun dengan berat badan 10–15 kg.
a. 1 jam pertama 30 ml/kgBB/jam atau 8 tetes/kg BB/menit (infus set 1 ml = 15 tetes) atau 10 tetes/ kgBB/menit (1 ml = 20 tetes).
b. 7 jam kemudian 127 ml/kgBB oralit per oral, bila anak tidak mau minum dapat diteruskan dengan intra vena 2 tetes/kgBB/menit atau 3 tetes/kgBB/menit.
Untuk anak lebih dari 5 – 10 tahun dengan berat badan 15 – 25 kg
a. 1 jam pertama 20 ml/kgBB/jam atau 5 tetes/kgBB/menit (infus set 1 ml = 20 tetes)
b. 16 jam berikutnya 105 ml/kgBB oralit per oral
c) Pemasangan NGT bila :
a). Kehilangan cairan berat
b). Gagal terapi dehidrasi oral
c). Gagal mencoba berulang kali saat akses intra vena
2. Diatetik Terapi diatetik adalah pemberian makan dan minum khusus kepada penderita dengan tujuan meringankan,menyembuhkan serta menjaga kesehatan penderita. Hal – hal yang perlu diperhatikan :
a) Memberikan asi
b) Memberikan bahan makanan yang mengandung kalori, protein, vitamin, mineral dan makanan yang bersih
3. Medikamentosa
a) Obat anti sekresi (menekan/menghambat sekresi asam lambung)
Ø  Asetosal : dosis 25 mg / tahun dengan dosis minimum 30 mg
Indikasi:
Nyeri : Sakit kepala, nyeri-nyeri ringan lain yang berhubungan dengan adanya inflamasi. Nyeri ringan sampai sedang setelah operasi, melahirkan, sakit gigi, dismenore. Demam, Penyakit Inflamasi.
Kontraindikasi:
Alergi terhadap Aspirin dan golongan salisilat
Efek Samping :
Reye's syndrome : suatu penyakit mematikan yang menganggu fungsi otak dan hati.
Efek terhadap Sistem syaraf : Nyeri pada ujung syaraf, sakit kepala, epilepsi, agitasi, perubahan mental, koma, paralisis, pusing, limbung, depresi, bingung,amnesia, sulit tidur.
Ø  klorpomozin, dosis 0,5 1mg/kg BB/hari.
Sediaan:
Tablet 25 mg dan 100 mg
Injeksi 25 mg/ml
 
Indikasi:
Psikosis, neurosis, gangguan susunan saraf pusat yang membutuhkan sedasi, anestesi, pre medikasi, mengontrol hipotensi, induksi hipotermia, antiemetik,
Kontraindikasi :
kelainan fungsi hati, koma, pasien dengan pemakaian obat penekan susunan syaraf pusat, juga depresi sumsum tulang.
Peringatan dan Perhatian:
-     Obat ini dapat menimbulkan gejala ekstrapiramidal.
-     Hati-hati pada pasien yang hipersensitif.
-     Dapat melemahkan mental/fisik, abilitas.
-     Penggunaan pada wanita hamil belum diketahui dengan pasti, di-gunakan hanya bila perlu.
-     Pemakaian bersama alkohol, menyebabkan efek aditif.
-     Hati-hati pada penderita dengan kelainan fungsi hati.
-     Hati-hati diberikan pada pasien lanjut usia.
Efek Samping :                   
-   Gejala idiosinkrasi yang dapat timbul berupa ikterus, dermatitis dan leukopenia. Reaksi ini disertai oleh adanya eosinophilia dalam darah perifer.
-   Klorpromazin HCl dapat menyebabkan gejala ekstrapiramidal serupa dengan yang terlihat pada Parkinsonisme, orthostatic hypotension sering terlihat pada penderita yang mempunyai sistem vasomotor labil.
-  Dapat juga berupa hipotermia, kadang-kadang takikardia atau mulut dan tenggorokan kering,mengantuk, konstipasi dan retensi urin.
b) Obat anti spasmolitik (melemaskan ketegangan otot lambung,usus)
Pada umumnya obat anti spasmolitik seperti papaverin, ekstra beladona, opium, ioperamid tidak diperlukan untuk mengatasi diare akut hanya digunakan pada diare kronik
c) Obat anti biotic
Obat antibiotic tidak diperlukan untuk mengatasi diare kecuali bila penyebabnya jelas, seperti :
1. Kolera : diberikan tetrasiklin 25 – 50 mg/kgBB/kgBB/hari
2. Lampaylobacter diberikan critomisin 40–50 mg/kgBB/hari
Antibiotic lain dapat diberikan bila terdapat penyakit penyerta seperti infeksi ringan (Otitis media akut, faringitis) diberikan penicilin prokain 50.000 u/kgBB/hari, infeksi sedang (bronchitis) diberikan penicilin prokain 90 mg/kgBB/hari, infeksi berat (bronkopneumonia) diberikan penicillin dengan klorampenikal 75 mg/kgBB/hari.
H. Komplikasi
Gastroenteritis dapat menyebabkan berbagai komplikasi. Sebagian besar komplikasi disebabkan oleh ketidakseimbangan cairan dalam tubuh. Komplikasi yang lebih serius dapat berupa sepsis (pada infeksi sistemik) dan abses liver :
1.      Dehidrasi
Gastroenteritis berat yang disertai nausea dan muntah sehingga asupan oral berkurang dapat menyababkan dehidrasi terutama pada anak dan lanjut usia. Dehidrasi bermanisfestasi sebagai rasa haus yang meningkat, berkurangnya jumlah buang air kecil dengan warna urin gelap, tidak mampu berkeringat dan perubahan ortostatik. Hal ini disebabkan oleh tubuh yang senantiasa menjaga homeostasis. Rasa haus dan pengeluaran urin yang sedikit saat tubuh kekurangan cairan bertujuan mengatur osmolaritas cairan ekstraseluler.
            Haus adalah perasaan subyektif yang mendorong seseorang untuk minum. Deficit H2O bebas dan kelebihan H2O bebas menstimulasi osmoreseptor hipotalamus yang terletak dekat dengan sel penghasil vasopressin dan rasa haus. Osmoreseptor memantau osmolaritas cairan tubuh dan ketika osmolaritas meningkat (penurunan kadar H2O) terjadi perangsangan sekresi vasopressin. Vasopresin meningkatkan permeabilitas tubulus ginjal distal sehingga reabsorbsi meningkat. Pada akhirnya, volume urin yang dikeluarkan menurun.
            Dehidrasu sendiri adalah suatu keadaan tubuh dimana cairan yang keluar lebih banyak daripada cairan yang masuk.
2.      Syok Hipovolemik
Hipovolemia adalah keadaan berkurangnya volume darah yang bersirkulasi dalam tubuh.  Keadaan ini tergolong darurat dimana jumlah darah dan cairan yang hilang membuat jantung tidak mampu memompa darah dalam jumlah yang cukup. Kehilangan cairan pada syok hipovlemik bisa disebabkan oleh terbakar, gastroenteritis, muntah, dan kekurangan asupan makanan. Untuk mempertahankan perfusi jantung dan otak, maka terjadi peningkatan kerja simpatis, hiperventilasi, pembuluh vena yg kolaps, pelpasan hormone stress serta ekspansi besar untuk pengisian kembali cairan interstitial dan ekstraselular, serta penurunan volume urine.
3.      Feses Berdarah
Feses yang disertai darah dapat disebabkan oleh Entamoeba hystolytica. Meskipun mekanisme pastinya belum diketahui, diduga trofoit menginvasi dinding usus dengan mengeluarkan enzim proteolituk. Pelepasan bahan toksik menyebabkan reaksi inflamasi yang merusak mukosa. Bila berlanjut maka akan timbul ulkus hingga lapisan submukosa atau lapisan muskularis. Pada pemeriksaan tinja pasien ditemukan darah yang memandakan bahwa protozoa ini memfagosit eritrosit (eritrofagositosis).
4.      Demam
Bakteri yang masuk ke dalam tubuh dianggap sebagai antigen oleh tubuh. Bakteri tersebut mengeluarkon toksin lipopolisakarida dari membrane sel. Sel yang bertugas menghancurkan zat-zat toksik atau infeksius tersebut adalah neutrofil dan makrofag dengan cara fagositosis atau non-fagositosis. Sekresi fagositik menginduksi timbulnya demam, terutama melalui pelepasan pirogin endogen (Interleukin-I). respon ini utama muncul ketika bakteri invasiveberedar di dalam sirkulasi lalu difagosit oleh makrofag dan netrofil. Pirogen endogen selanjutnya merangsang pengeluaran prostaglandin (prostaglandin E2) dari hipotalamus yang menyebabkan kenaikan suhu tubuh.
BAB III
PENUTUP
A.  Kesimpulan
     Gastroentritis merupakan suatu  peradangan yang terjadi pada lambung, usus besar, dan usus halus disebabkan oleh infeksi makanan yang mengandung bakteri atau virus yang memberikan gejala diare dengan frekwensi lebih banyak dengan konsistensi encer dan kadang-kadang disertai dengan muntah-muntah. Dari biasanya yang disebabkan oleh bakteri,virus Norwalk dan parasit yang patogen. Dan ditandai oleh infiltrasi mukosa usus halus oleh eosinofil, dengan edema tetapi tanpa vaskulitis dan oleh eosinofilia darah tepi. 
Penanganan masalah gastroenteritis harus secepatnya dilakukan bila klien memiliki tanda-tanda dehidrasi berat dengan memberikan cairan pengganti oral maupun cairan parenteral untuk mengganti kehilangan cairan
B.   Saran
Untuk Perawat
Sebaiknya perawat dalam memberikan asuhan keperawatan harus lebih memperhatikan faktor penyebab maupun faktor pencetus dari penyakit yang diderita anak dan memberikan pendidikan kesehatan pada orang tua klien dan klien agar masalah yang menyebabkan klien dirawat dapat diatasi sehingga tidak terjadi perawatan yang berulang
Untuk Orangtua Klien
Menjaga kebersihan lingkungan rumah, dan membiasakan diri untuk mencuci tangan sebelum dan sesudah memberi makan anak serta menjaga personal hygiene dan memberi mainan anak yang bersih dan dapat dicuci, dan bila terjadi diare pada anak sebelum di bawah ke rumah sakit, diberikan larutan gula garam

0 komentar:

Posting Komentar

 

LWPM Copyright © 2012 Design by Antonia Sundrani Vinte e poucos